Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences
Not a member yet
    599 research outputs found

    Identifikasi Potentially Inappropriate Medication (PIM’s) Menggunakan Kriteria Beers dan STOPP pada Pasien Geriatri dengan Diagnosis Gastrointestinal Rawat Inap di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda: Identification of Potentially Inappropriate Medication (PIM’s) Using Beers and STOPP Criteria in Geriatric Patients with Gastrointestinal Diagnosis at Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Hospital

    No full text
    The Beers and STOPP criteria are criteria used to identify possible inappropriate treatment including drugs that should be avoided and used in patients older than 65 years. These two criteria are a reference in evaluating the prescription of potentially inappropriate medications or Potentially Inappropriate Medications (PIM\u27s) in geriatrics. The aim of the research is to determine geriatric characteristics, treatment profiles in prescribing and PIM\u27s based on the Beers criteria and STOPP criteria in geriatric patients with gastrointestinal diagnoses who are hospitalized at Abdul Wahab Sjahranie Hospital, Samarinda. This research used an observational research design with data collected retrospectively and analyzed descriptively. The research results obtained from 80 patient data showed that geriatric patients were predominantly female as many as 47 patients (59%) with young elderly aged 65 - 74 years as many as 53 patients (66.25%) with the most dominant diagnosis being diarrhea and dyspepsia as many as 36 patients (42.85%) and the most common comorbidity was hypertension in 17 patients (30.35%). The most dominant use of medication in geriatric patients was antiemetic therapy, 64 patients (80%). Based on PIM\u27s analysis using the Beers and STOPP criteria, no events were found according to the Beers criteria and of the 23 cases included in drug use, only 1 incident was found using the STOPP criteria. Keywords:          Beers, Geriatric, STOPP, Potentially inappropriate medication (PIM’s)   Abstrak Kriteria Beers dan STOPP adalah kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi kemungkinan pengobatan yang tidak tepat termasuk obat yang harus dihindari dan digunakan pada pasien yang berusia lebih dari 65 tahun. Kedua kriteria ini menjadi acuan dalam mengevaluasi peresepan obat yang berpotensi tidak tepat penggunaannya atau Potentially Inappropriate Medication (PIM’s) pada geriatri. Tujuan penelitian yaitu mengetahui karakteristik geriatri, profil pengobatan pada peresepan serta PIM’s berdasarkan kriteria Beers dan kriteria STOPP pada pasien geriatri dengan diagnosis gastrointestinal rawat inap di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional dengan pengambilan data secara retrospektif dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian yang diperoleh dari 80 data pasien menunjukkan bahwa pasien geriatri dominan Perempuan sebanyak 47 pasien (59%) dengan usia lansia muda 65 – 74 tahun sebanyak 53 pasien (66.25%) dengan diagnosis paling dominan diare dan dispepsia sebanyak 36 pasien (42.85%) dan penyakit penyerta terbanyak adalah hipertensi sebanyak 17 pasien (30.35%). Penggunaan obat pada pasien geriatri paling dominan adalah terapi antiemetik sebanyak 64 pasien (80%). Berdasarkan analisis PIM’s menggunakan kriteria Beers dan STOPP, tidak ditemukan kejadian pada kriteria Beers dan dari 23 kasus yang masuk dalam penggunaan obat hanya ditemukan 1 kejadian dengan kriteria STOPP. Kata Kunci:         Beers, Geriatri, STOPP, Potentially inappropriate medication (PIM’s

    Analisis Karakteristik Dismenore pada Remaja Putri: Analysis of the Characteristics of Dysmenorrhea in Adolescent Girls

    No full text
    Menstrual pain or dysmenorrhea is pain felt during menstruation so that it can interfere with a woman\u27s daily activities. Usually women experience discomfort during menstruation, such as cramps and are usually accompanied by nausea and dizziness. The aim of this research is to determine the characteristics of young women who experience dysmenorrhea at SMKN 1 Muara Bengkal. This research is descriptive in nature with an observation method. It was found that the incidence of dysmenorrhea occurred most frequently in respondents who were 16 years old at 36.67%, at menarche age 12-13 years at 63.33%, with a duration of menstrual pain of 1 day at 40.00%, respondents did not take care of the pain. amounted to 66.67%, respondents with symptoms of dizziness amounted to 60.00%, and it was found that 76.67% of respondents said that menstrual pain could affect activities. So it can be concluded that there is no relationship between age, age of menarche, duration of menstrual pain, treatment during menstrual pain, other symptoms during dysmenorrhea which can influence the occurrence of dysmenorrhea. Keywords:          Menstruation, dysmenorrhea, menstrual pain, teenage girls   Abstrak Nyeri haid atau dismenore adalah nyeri yang dirasakan pada saat menstruasi sehingga dapat mengganggu aktifitas sehari-hari wanita. Biasanya wanita mengalami rasa yang tidak nyaman pada saat menstruasi, seperti keram dan biasanya disertai mual dan pusing. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran karakteristik remaja putri yang mengalami dismenore di SMKN 1 Muara Bengkal. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode observasi. Diperoleh hasil kejadian dismenore paling banyak terjadi pada responden yang memiliki 16 tahun sebesar 36,67%, memiliki usia menarche 12-13 tahun sebesar 63,33%, dengan durasi nyeri haid 1 hari sebesar 40,00%, responden tidak melakukan penanganan saat nyeri sebesar 66,67%, responden dengan gejala pusing sebesar 60,00%, dan didapatkan responden sebesar 76,67% mengatakan bahwa nyeri haid dapat mempengaruhi aktivitas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara usia, usia  menarche, durasi nyeri haid, penanganan saat nyeri haid, gejala lain saat dismenore yang dapat mempengaruhi terjadinya dismenore. Kata Kunci:         Menstruasi, dismenore, nyeri haid, remaja putr

    Pengaruh Kemoterapi terhadap Kadar Hematologi pada Pasien Kanker Payudara di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan: The Effect of Chemoterapy on Hematological Levels in Breast Cancer Patients at RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

    No full text
    Breast cancer is a malignant disease of breast tissue that can originate from the duct epithelium or lobules. Breast cancer therapy can be done with several types of therapy, one of which is chemotherapy. The most common side effect of chemotherapy is myelosuppression, a decrease in blood cell levels because chemotherapy agents are toxic to blood-forming organs. This research was conducted to understand the effect of chemotherapy in reducing blood cell levels in breast cancer patients who received chemotherapy at RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan for the period July 2022 to June 2023. This research is descriptive with a cross-sectional design. Of the 82 samples, 50 patients (60%) had erythrocyte levels below normal; hemoglobin in 79 patients (96%); hematocrit in 75 patients (91%); neutrophils in 20 patients (24%); leukocytes in 25 patients (30%); and thrombocytes in 7 patients (9%). The most common hematological levels below normal are hemoglobins and hematocrits. Keywords:          ca mamae, hematology, mielosuppresion   Abstrak Kanker payudara merupakan penyakit keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Terapi kanker payudara dapat dilakukan dengan beberapa macam terapi, salah satunya adalah kemoterapi. Efek samping kemoterapi yang paling umum adalah mielosupresi yaitu penurunan kadar sel darah karena agen kemoterapi bersifat toksik terhadap organ pembentuk darah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengaruh kemoterapi dalam menurunkan kadar sel darah pasien kanker payudara yang menerima kemoterapi di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan periode Juli 2022 sampai Juni 2023. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional.  Dari 82 sampel, pasien dengan kadar eritrosit dibawah normal sebanyak 50 pasien (60%); hemoglobin 79 pasien (96%); hematokrit 75 pasien (91%); neutrofil 20 pasien (24%); leukosit 25 pasien (30%); dan trombosit 7 pasien (9%). Kadar hematologi di bawah normal paling banyak adalah hemoglobin dan hematokrit. Kata Kunci:         kanker payudara, hematologi, mielosupres

    Karakteristik Ekstrak Daun Kersen (Muntingia calabura L.) sebagai Kandidat Bahan Aktif dalam Formulasi Gel Sleeping Mask: Characteristics of Kersen Leaf Extract (Muntingia calabura L.) as A Candidate Active Ingredient in Sleeping Mask Gel Formulation

    No full text
    Kersen plant (Muntingia calabura L.) is one of the plants that has antioxidant activity. The phytochemical content in kersen plants includes flavonoids, terpenoids, steroids, phenolics, saponins and tannins. This content makes kersen plants have high antioxidant activity and potential to be formulated in the form of sleeping mask gel. Antioxidants have an important role that can neutralize free radicals in the body, where these free radicals are closely related to accelerated aging and carcinogenic. Therefore, the antioxidant activity of kersen leaf extract was tested quantitatively using a UV-Vis spectrophotometer to determine the potential of kersen plants as a source of antioxidants. The results showed that kersen plant has characteristics of blackish brown color, solid form, distinctive aroma, with an extract pH of 4.29. The content of secondary metabolite compounds in it include flavonoids, alkaloids, and tannins. The results of the antioxidant activity test of kersen leaf extract showed an IC50 value of 13.11242 and was included in the very strong category. Keywords:          Kersen Leaf, Extract, Antioxidant   Abstrak Tumbuhan kersen (Muntingia calabura L.) merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki aktivitas antioksidan. Kandungan fitokimia dalam tanaman kersen meliputi flavonoid, terpenoid, steroid, fenolik, saponin dan tanin. Kandungan ini menjadikan tumbuhan kersen memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi dan berpotensi untuk diformulasikan dalam bentuk sediaan gel sleeping mask. Antioksidan memiliki peran penting yaitu dapat menetralkan radikal bebas yang ada di dalam tubuh, dimana radikal bebas ini berkaitan erat dengan percepatan penuaan dan karsinogenik. Oleh karena itu, dilakukan pengujian aktivitas antioksidan ekstrak daun kersen secara kuantitatif menggunakan spektrofotometer UV-Vis untuk mengetahui potensi tumbuhan kersen sebagai sumber antioksidan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan kersen memiliki karakteristik warna coklat kehitaman, berwujud padat, aroma khas, dengan pH ekstrak 4,29. Kandungan senyawa metabolit sekunder yang ada di dalamnya antara lain flavonoid, alkaloid, dan tanin. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak daun kersen  menunjukkan nilai IC50 sebesar 13.11242 dan termasuk dalam kategori sangat kuat. Kata Kunci:         Daun Kersen, Ekstrak, Antioksida

    Aktivitas Antimikroba Ekstrak dan Fraksi Kulit Batang Banitan (Monocarpia kalimantanensis): Antimicrobial Activity from Extract and Fraction of Banitan Stem Bark (Monocarpia kalimantanensis)

    No full text
    Banitan (Monocarpia kalimantanensis) is a plant that grows in the Samboja area, East Kalimantan. Antimicrobial activity extract and fractions of banitan stem barks against Staphylococcus aureus, Escherichia coli, and Candida albicans has never been done. This study aims to determine the yield and antimicrobial activity produced by banitan bark extract and fractions (n-hexane, ethyl acetate and n-butanol) against Staphylococcus aureus, Escherichia coli, and Candida albicans. Antimicrobial activity was assayed by agar well diffusion method using 5 concentration groups of the extract and fractions of banitan stem bark, namely 0,625%; 1,25%; 2,5%; 5%; and 10% with chloramphenicol and ketoconazole as positive control and DMSO 10% as negative control. The diameter inhibition zone value of ethanol extract, n-hexane, ethyl acetate and n-butanol fractions at the concentration 10% for Staphylococcus aureus were 13,63; 9,08; 21,18; 6,05 mm, Escherichia coli were 14,46; 9,93; 21,97; 6,90 mm and Candida albicans were 11,85; 18,09; 19,36; 13,17 mm. The ethyl acetate fraction showed the highest inhibitory activity at a concentration of 10%. Keywords:          Monocarpia kalimantanensis, antimicrobial   Abstrak Banitan (Monocarpia kalimantanensis) adalah tanaman yang tumbuh di daerah Samboja, Kalimantan Timur. Aktivitas antimikroba ekstrak dan fraksi kulit batang banitan terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Candida albicans belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antimikroba yang dihasilkan oleh ekstrak dan fraksi (n-heksana, etil asetat dan n-butanol) dari kulit batang banitan terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Candida albicans. Aktivitas antimikroba diuji dengan metode difusi agar kertas cakram menggunakan 5 kelompok konsentrasi yaitu 0,625%; 1,25%; 2,5%; 5%; dan 10% dengan kloramfenikol dan ketokonazol sebagai kontrol positif dan DMSO 10% sebagai kontrol negatif. Ekstrak etanol, fraksi n-heksana, etil asetat dan n-butanol dengan konsentrasi 10% mampu menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus sebesar 13,63; 9,08; 21,18; 6,05 mm, Escherichia coli sebesar 14,46; 9,93; 21,97; 6,90 mm dan Candida albicans sebesar 11,85; 18,09; 19,36; 13,17 mm. Fraksi etil asetat menunjukkan aktivitas penghambatan paling tinggi pada konsentrasi 10%. Kata Kunci:         Monocarpia kalimantanensis, antimikrob

    Skrining Fitokimia dan Karakterisasi Minyak Biji Kemiri (Aleurites moluccana L.): Phytochemical Screening and Characterization of Candlenut Seed Oil (Aleurites moluccana L.)

    No full text
    Candlenut is an intriguing plant, especially for its activities as a hair strengthener and its antibacterial properties. Various techniques can be employed to obtain candlenut oil, one of which is the roasting method. This method is cost-effective and easy to perform. However, there is currently no information on the phytochemical composition of candlenut oil produced using the roasting method. The aim of this research is to identify the groups of chemical compounds present in candlenut oil and to characterize candlenut oil. The research methodology for screening the phytochemicals in candlenut oil includes testing for alkaloids, flavonoids, steroids/terpenoids, tannins, phenols, and saponins. Characterization of candlenut oil includes organoleptic tests, water content analysis, acid value determination, saponification value determination, and density testing. The phytochemical screening results indicate that candlenut oil contains alkaloids, flavonoids, and steroids. The characterization results for candlenut oil reveal that it has a yellow color, smooth texture, and a distinctive candlenut oil scent. The water content is 0.01%, the acid value is 5%, the saponification value is 184.1825 mg KOH/g, and the density is 1.03 g/mL. This result shows that the obtained candlenut oil meets the Indonesian National Standard (SNI) for oil. Keywords:          Candlenut, Phytochemical screening, Characterization   Abstrak Kemiri merupakan tanaman yang menarik, khususnya aktivitasnya sebagai penguat rambut serta aktivitas antibakterinya. Berbagai teknik dapat dilakukan untuk mendapatkan minyak biji kemiri, salah satunya dengan metode sangrai. Metode ini merupakan metode yang murah dan mudah dilakukan. Namun belum ada informasi fitokimia terhadap minyak kemiri yang dihasilkan dengan metode sangrai. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung pada minyak biji kemiri dan mengkarakterisasi minyak biji kemiri. Metode penelitian skrining fitokimia minyak biji kemiri meliputi alkaloid, flavonoid, steroid/ terpenoid, tannin, fenol, dan saponin. Karakterisasi minyak biji kemiri meliputi uji organoleptik, uji kadar air, uji bilangan asam, uji bilangan penyabunan, dan uji massa jenis. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa minyak biji kemiri mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, dan steroid. Hasil yang diperoleh dari karakterisasi minyak biji kemiri yaitu dari organoleptik minyak biji kemiri berwarna kuning, tekstur licin dan berbau khas minyak kemiri, kadar air 0,01%; bilangan asam 5%; bilangan penyabunan 184,1825 mg KOH/ g;  massa jenis 1,03 g/ mL. Hasil ini memperlihatkan bahwa minyak biji kemiri yang diperoleh telah sesuai dengan standar SNI minyak. Kata Kunci:         Kemiri, Skrining Fitokimia, Karakterisas

    Formulasi Sediaan Serum Wajah dari Ekstrak Sarang Burung Walet: Formulation of Facial Serum Preparations from Edible Bird\u27s Nest Extract

    No full text
    The swallow\u27s nest (Edible bird\u27s nest) is included in the Apodidae family. Swallow\u27s nest contains several proteins and amino acids, glutathione and antioxidants. Swallow\u27s nest also contains EGF (Epideral grow factor) which functions to regulate cell growth and development. Facial serum is a preparation with a high concentration of active substances and low viscosity, which can deliver a thin film of active ingredients to the skin surface. The results of this study aim to examine the stability of facial serum formulations from edible bird\u27s nest extract. The results of this research produced facial serum preparations. The results of the physical testing showed that the swallow\u27s nest extract facial serum preparation looked stable without any sediment. Keywords:          Edible bird\u27s nest, facial serum, stability test   Abstrak Sarang burung walet (Edible bird’s nest) termasuk dalam family Apodidae. Sarang burung walet mengandung beberapa protein dan asam amino, glutathione serta antioksidan. Sarang burung walet juga mengandung EGF (Epideral grow factor)yang berfungsi mengatur pertumbuhan dan perkembangan sel. Serum wajah merupakan sediaan dengan zat aktif konsentrasi tinggi dan viskositas yang rendah, yang dapat menghantarkan film tipis dari bahan aktif pada permukaan kulit. Hasil dari penelitian ini bertujuan untuk melihat stabilitas formulasi sediaan serum wajah dari ekstrak sarang burung walet (Edible bird’s nest). Hasil penelitian ini menghasilkan sediaan serum wajah. Hasil dari pengujian fisik terlihat sediaan serum wajah ekstrak sarang burung walet terlihat stabil tanpa ada endapan. Kata Kunci:         Edible bird’s nest, serum wajah, Uji stabilita

    Optimasi Pembuatan Nanopartikel Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.) Berdasarkan Konsentrasi Kitosan: Optimization of Making Dayak Onion Extract Nanoparticles (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.) Based on Chitosan Concentration

    No full text
    Dayak onion extract (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.) is known to have strong antibacterial activity so it has the potential to be developed into a nanoparticle delivery system. Chitosan polymer has the advantage of delivering active substances because it has good stability, low toxicity, and the preparation method is quite simple. This research aims to determine the effect of variations in chitosan–tripolyphosphate (TPP) concentration on the size and polydispersity index of nanoparticles. Dayak onion extract was formulated in the form of nanoparticles using the ionic gelation method with varying concentrations of chitosan polymer: tripolyphosphate 0.1%, 0.2%, 0.3% and 0.4%. Test parameters include determining the size and polydispersity index of nanoparticles using a particle size analyzer. The results showed that F1, F2, F3, and F4 had particle sizes of 376.6 nm, 354.7 nm, 480.1 nm, 654.0 nm, respectively, and a polydispersity index of 1.666; 1,702; 0.949; and 1,585 with heterogeneous size distribution. Based on the results of research that has been carried out, it can be concluded that Dayak onion extract can be formulated in nanoparticle sizes with varying physical characteristics depending on the concentration of chitosan and tripolyphosphate used. Keywords:          Dayak onion (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.), nanoparticles, chitosan, tripolyphosphate, ionic gelation   Abstrak Ekstrak bawang dayak (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.) diketahui memiliki aktivitas antibakteri yang kuat sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi sistem penghantaran nanopartikel. Polimer kitosan memiliki kelebihan untuk menghantarkan zat aktif karena memiliki stabilitas yang baik, toksisitas yang rendah, dan metode preparasinya yang cukup sederhana. Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui pengaruh  variasi konsentrasi  kitosan–tripolifosfat  (TPP)  terhadap  ukuran dan indeks polidisperitas  nanopartikel. Ekstrak bawang dayak diformulasi dalam bentuk nanopartikel dengan metode gelasi ionik dengan  variasi  konsentrasi  polimer  kitosan : tripolifosfat 0,1%, 0,2%, 0,3%, dan 0,4%. Parameter pengujian meliputi penentuan ukuran dan indeks polidispersitas  nanopartikel  menggunakan particle  size  analyzer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa F1, F2, F3, dan F4 memiliki ukuran partikel masing-masing sebesar 376,6 nm, 354,7 nm, 480,1 nm, 654,0 nm, dan indeks polidisperisitas masing-masing 1,666; 1,702; 0,949; dan 1,585 dengan distribusi ukuran yang heterogen. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ekstrak bawang dayak dapat diformulasi   dalam   ukuran   nanopartikel   dengan karakteristik fisik yang bervariasi tergantung pada konsentrasi kitosan dan tripolifosfat yang digunakan. Kata Kunci:         Bawang dayak (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.), nanopartikel, kitosan, tripolifosfat, gelasi ioni

    Skrining Fitokimia dan Optimasi Basis Spray Gel Ekstrak Etanol Kulit Bawang Putih (Allium sativum L.) sebagai Anti Jerawat: Phytochemical Screening and Optimization of Garlic Peel (Allium sativum L.) Ethanol Extract Gel Spray Base as Anti-Acne

    No full text
    Spray gel is topical pharmaceutical preparations that can last long when sprayed on the skin. Because without physical contact, this preparation can reduce waste and the risk of developing skin diseases. The purpose of this study are determine the secondary metabolite content of garlic skin extract and obtain the optimal spray gel base. This study begins with the extraction of samples using 70% ethanol. Then qualitative phytochemical screening was conducted. Spray gel base optimization was carried out by varying the concentration of carbopol where F1(0,1%), F2(0,2%) and F3(0,3%) were then evaluated. The results of this study are garlic skin extract contains alkaloids, flavanoids, saponins and tannins. While the results of the base evaluation are in the organoleptic test all bases form are slightly cloudy in color, odorless and liquid, not sticky and has no air bubbles. All base formulas have been homogeneous, attached and spread, the range of the pH are 8.67-9.80 and the results of the viscosity test is range of average viscosity are 33.33-780 dPa.s. In this study, it can be concluded that garlic skin extract contains alkaloid, flavanoid, saponin and tannin that have potential as anti acne and the optimum carbopol concentration for spray gel base is 0,2%. Keywords:          Phytochemical Screening, Allium sativum L., Spray Gel, Anti Acne   Abstrak Spray gel termasuk kedalam sediaan topikal farmasi yang dapat bertahan lama ketika disemprotkan pada kulit, karna tanpa adanya kontak fisik sediaan ini dapat mengurangi limbah dan risiko terkena penyakit kulit seperti jerawat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dari ekstrak etanol kulit bawang putih dan mendapatkan basis optimal spray gel. Penelitian ini diawali dengan ekstraksi sampel menggunakan pelarut etanol 70%. Kemudian dilakukan skrining fitokimia secara kualitatif. Optimasi basis spray gel dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi bahan pembentuk gel (karbopol) dimana F1(0,1%), F2(0,2%) dan F3(0,3%) yang kemudian dievaluasi. Hasil dari penelitian ini adalah ekstrak kulit bawang putih mengandung alkaloid, flavanoid, saponin dan tanin. Sedangkan hasil dari evaluasi basis adalah pada uji organoleptik dari semua basis didapatkan sediaan berwarna agak keruh, tidak berbau dan berbentuk cairan, tidak lengket serta tidak memiliki gelembung udara. Semua formula basis telah homogen, melekat dan menyebar, memiliki pH dengan rentang 8,67-9,80 dan hasil dari uji viskositas didapatkan hasil berupa rata-rata kekentalan sediaan 33,33-780 dPa.s. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol kulit bawang putih mengandung senyawa alkaloid, flavanoid, saponin dan tanin yang berpotensi sebagai anti jerawat serta konsentrasi karbopol yang optimum untuk sediaan spray gel ekstrak etanol kulit bawang putih adalah 0,2%. Kata Kunci:         Skrining Fitokimia, Allium sativum L., Spray Gel, Anti Jerawa

    Identifikasi Metabolit Sekunder Minyak Atsiri Kulit Jeruk Manis Pontianak (Citrus nobilis Lour.) Menggunakan Metode Ekstraksi Microwave Hydrodistillation: Identification of Secondary Metabolites of Essential Oil Sweet Orange Pontianak Peel (Citrus nobilis Lour.) Using Microwave Hydrodistillation Extraction Method

    No full text
    Jeruk manis pontianak (Citrus nobilis Lour.) merupakan salah satu komoditas unggulan tanaman holtikultura di Kalimantan Barat, Pontianak. Umumnya, kulit jeruk di Indonesia hanya dibuang begitu saja padahal kulit jeruk memiliki banyak khasiat terlebih jika diolah menjadi minyak atsiri. Senyawa yang terkandung dalam kulit jeruk bermanfaat dalam bidang kesehatan yaitu sebagai antibakteri, antijamur, antioksidan, antiaging, dan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam minyak atsiri kulit jeruk manis pontianak yang diekstraksi dengan metode microwave hydrodistillation. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Metode yang digunakan adalah analisis fitokimia. Minyak atsiri kulit jeruk manis pontianak diperoleh dengan ekstraksi microwave hydrodistillation. Minyak atsiri kulit jeruk manis pontianak yang dihasilkan kemudian dilakukan uji skrining fitokimia. Hasil uji skrining fitokimia didapatkan hasil bahwa minyak atsiri kulit jeruk manis pontianak positif mengandung senyawa flavonoid, saponin, terpenoid, dan alkaloid, sedangkan hasil negatif mengandung senyawa steroi

    0

    full texts

    599

    metadata records
    Updated in last 30 days.
    Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences
    Access Repository Dashboard
    Do you manage Open Research Online? Become a CORE Member to access insider analytics, issue reports and manage access to outputs from your repository in the CORE Repository Dashboard! 👇