Transformasi Komunitas Stand Up Comedy Jogja di Era Digital

This research aims to delve into the changes occurring within the stand-up comedy community in the face of the digital transformation that has permeated various aspects of life. Through in-depth interviews with comedians and observations on various social media platforms, this study demonstrates that digital technology has become a crucial space for the development of the stand-up comedy community. Additionally, utilizing a qualitative approach, the research explores the perspectives of performers and stand-up comedy practitioners on how digital technology affects interactive processes within this community. The findings highlight the need for alignment between the use of technology and the preservation of the essence of stand-up comedy as an art form. Key factors in ensuring the success of the stand-up comedy community in the digital era include building a strong collaborative network from within the community, aligning technology with stand-up comedy, and adapting to technological changes. This research hopes to contribute to a comprehensive understanding of the dynamics of the stand-up comedy community in the digital era while providing guidelines for comedians and community managers to maximize the potential of technology in enriching the expression of stand-up comedy as an art form

NDALEM PANGERAN IN THE LIFE OF CONTEMPORARY JAVANESE SOCIETY

 TATA LETAK NDALEM PANGERANDALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JAWA MASA KINI  Sakundria Satya Murti Wardhana, Imam Santosa, Andriyanto Wibisono, dan  Yan Yan Sunarya Institut Teknologi Bandung Email : [email protected]  AbstrakPenelitian ini membahas rumah tinggal sebagai pusat kehidupan masyarakat Jawa. Setiap bagian dari bangunan tersebut, terutama yang berkaitan dengan tingkatan strata pemiliknya memiliki posisi khusus sesuai dengan aturan di dalam budaya Jawa. Aturan tersebut telah dituangkan dalam bentuk lingkaran Konsentris yang memusat kepada tempat tinggal sultan di dalam kerajaan. Berdasarkan fakta tersebut, penelitian ini bertujuan untuk meninjau posisi rumah tinggal pada kehidupan masyarakat saat ini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan ditinjau dengan telaah etnografi. Rumah tinggal pada masyarakat Jawa juga saling berkaitan pada sejarah kehidupan masyarakatnya yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Penelitian mengungkapkan bahwa posisi bangunan ditempatkan berdasarkan lingkaran konsentris yang mengacu pada konsep budaya Jawa. Rumah tinggal menunjukkan adanya keterkaitan antara konsep geografis dengan konsep budaya yang mencerminkan hierarki sosial, politik, dan budaya, seperti halnya tempat tinggal Pangeran. Bentuk arsitektur memiliki ciri khas tersendiri dari sebuah rumah tinggal pada umumnya  yang berhubungan dengan nilai budaya, tingkatan sosial, dan spiritual masyarakatnya khususnya di Jawa, selain itu posisi dan tata letak dari rumah tinggal merepresentasikan pandangan serta kepercayaan masyarakatnya yang memengaruhi keberlangsungan kehidupannya. Hubungan yang lebih dalam berkaitan dengan posisi rumah tinggal dapat menunjukkan kompleksitas dalam budaya Jawa, yang memperlihatkan bahwa rumah tinggal dapat mengungkapkan adanya nilai-nilai kehidupan masyarakat Jawa. Kata kunci: Budaya Jawa, Masyarakat Jawa, Ndalem Pangera

Risiko Penurunan Kondisi Kesehatan Mental pada Remaja Pengguna Media Sosial yang Melakukan Self-diagnose

The existence of information technology, especially internet bring increase awareness about mental health. On the other hand, the abundance of this information on internet and lack of understanding from adolescence about dynamics of mental health disorders bring negative impact of self diagnose. This research purposes to reveal the picture of self diagnose with adolescence mental health which social media user, the psychological impact, also what role social media do for the phenomenon. Methods of this research are qualitative methods with phenomenology design. Data collected with semi- structured interview with 4 participants (16-17 years old, 50% women) that already did a self diagnose and active on social media. Analysis technique use in this research is thematic research. The results are that all participants are curious about their mental health condition and sense of their mental illness symptoms, so that they search for information about their mental health from social media on the internet. This self-diagnosed behavior appears when they believe what happened to themselves are the same with mental health disorders. This what bring impact on their psychological such as worried, fear, even wakeful. Self diagnose without validation from professional mental health worker could trigger cognitive process to misunderstanding and false belief about the condition of their mental health and bring up a negative psychological impact.

Sejarah Gerakan Personeel Fabrieck Bond (PFB) di Yogyakarta Pada Tahun 1919-1920

Pasca Perang Dunia I (1917) harga kebutuhan barang mentah mengalami peningkatan, sedangkan masyarakat pribumi yang menjadi buruh tidak mendapatkan kenaikan gaji, pemerintah kolonial menikmati kekayaan mereka sendiri. Keresahan buruh pribumi direspon oleh tokoh-tokoh SI seperti Semaoen dan Suryopranoto bergerak bersama buruh. Salah satu organisasi bentukan yang memperjuangkan kesejahteraan buruh adalah Personeel Fabrieks Bond yang diketuai oleh Soeryopranoto. Penelitian ini merupakan sebuah studi sejarah. Dengan demikian, pendekatan yang digunakan adalah metode historis yang melibatkan pencarian, penemuan, dan pengujian sumber-sumber agar dapat memperoleh fakta-fakta sejarah yang autentik dan dapat  dipercaya. Hasil penelitian menunjukan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh PFB dinilai berhasil hingga memperluas gerakannya ke berbagai daerah di Jawa. Keberhasilan yang ditorehkan oleh PFB kemudian memengaruhi para petani di Surakarta untuk melakukan pemogokkan. Pada akhirnya gerakan yang diperjuangkan tersebut harus berakhir dengan penahanan para pemimpin organisasi-organisasi buruh dan dilarangnya mengadakan perkumpulan tanpa izin pemerintah setempat

DISCERNMENT ACCORDING TO JOHN CASSIAN AND ITS APPLICATION IN THE USE OF SMARTPHONE FOR CANDIDATES OF PRIESTS

The development of digital technology, especially the smartphone, has a tremendous impact within all persons and structures of society, including the seminarians and their formation in seminaries. They can no longer withdraw and refuse to utilize the various facilities or applications provided by smartphone. Instead, they must learn to use it appropriately, wisely and competently, sharpened by appropriate theological insights that reflect priestly spirituality based on a constant dialogue with God. This requires them to have discretionary skills regarding the use of smartphone. Using a quantitative and qualitative methods, this research focuses on the understanding and experience of discretion in using smartphone among the seminarians in Yogyakarta, Indonesia, based on John Cassian’s thoughts on discernment. The result shows that among the seminarians there is a gap between their understanding and their practice on discretion. On the one hand, they understand very well what discretion is and how it should be applied in using smartphone. However, on the other hand, they often do not practice it so they are easily distracted. This research, therefore, recommends that digital discernment skills among seminarians, both personal and communal, need to be continuously improved during their formation years

CITRA TOKOH PEREMPUAN LAKON “SINTA BOYONG” SEBAGAI REPRESENTASI PEREMPUAN JAWA MASA KINI (WAYANG ORANG SRIWEDARI SURAKARTA)

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengungkapan citra tokoh perempuan pewayangan karakter Dewi Sinta dan representasi karakter Dewi Sinta dengen perempuan Jawa masa kini menggunakan pendekatan studi kasus pada pertunjukan Wayang Orang Sriwedari. Salah satu lakonnya berjudul “Sinta Boyong” menggambarkan keteguhan dan kesetiaan seorang istri. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni teori dari Sugihastuti mengenai citra perempuan dan teori oleh Ardian Kresna pada representasi perempuan Jawa masa kini. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara kepada pemain wayang orang yang memerankan karakter Dewi Sinta. Selanjutnya, data di analisis menggunakan teori Milles dan Huberman meliputi reduksi data, penyajian data, dan memperoleh kesimpulan. Penyajian data menggunakan narasi atau uraian. Hasil kajian ini meliputi dua hal yakni citra tokoh perempuan pewayangan dan representi tokoh perempuan pewayangan dengan perempuan Jawa masa kini. Citra perempuan pewayangan dari aspek fisik berupa tata rias wajah pakel luruh dengan riasan wajah cantik, menggunakan kostum dengan warna-warna gelap sebagai lambang perempuan luruh yang anteb dan anteng, penggunaan suara yang pelan dan tinggi mencerminkan sikap anggun dan lemah lembut. Serta penggambaran gerak dalam antawecana dan gerak tari yang memperlihatkan ketenangan. Selanjutnya citra psikis Dewi Sinta menampilkan kesetiaan seorang perempuan sebagai seorang istri. Psikis Dewi Sinta dipermainkan ketika suaminya tidak percaya bahwa ia menjaga kesucian dirinya. Keteguhan hatinya juga diperlihatkan untuk membuktikan bahwa dirinya masih menjaga kesuciannya dan menuruti keinginan suaminya untuk dibakar. Ketulusannya dapat dilihat hingga pada akhirnya semua doa-doanya diijabah oleh Dewa yang membuktikan bahwa ia berada di jalan yang benar, sehingga hal tersebut membawa Dewi Sinta di boyong kembali ke negara Ayodhya.Sementara itu, citra sosial ditinjau dari segi sosial dalam keluarga dan masyarakat. Karakter Dewi Sinta dalam lakon Sinta Boyong berperan sebagai istri dalam keluarga dan menjaga martabatnya dan nama baik dirinya juga keluarga. Sementara itu, citra sosial dalam masyarakat memperlihatkan hubungan Dewi Sinta dalam masyarakat memperlihatkan hubungan Dewi Sinta dengan Rahwana sebagai orang yang menculiknya. Tidak pernah sekalipun ia melukai perasaan Rahwana dengan memberontak dan melawan Rahwana dengan cara yang tidak baik. Kekesalan dan kecewaannya disampaikan dengan tegas namun tetap menjaga perasaan Rahwana. Representai Dewi Sinta dengan perempuan Jawa masa kini ialah Dewi Sinta memperlihatkan sosok perempuan Jawa yang anggun, sopan santun, berwibawa tata ucapnya dan dapat menempatkan diri dengan baik dalam masyarakat.

JOB BURNOUT AND SATISFACTION AMONG SECONDARY TEACHERS: REGRESSION AND K-MEANS CLUSTERING ANALYSIS

Burnout on a teaching job refers to exhaustion that leads to depression which can affect the teacher’s well-being and satisfaction. This article looks into the level of job burnout and satisfaction of high school teachers during modular distance learning and determines its association at different levels. Cross-sectional primary data were gathered from a random sample of secondary teachers in Ormoc City, Leyte, Philippines. The gathered data were job burnout and satisfaction scores and described using standard statistical metrics. Moreover, correlation and regression analysis were employed to analyze its association, and K-means clustering was used to identify homogeneous categories of job burnout and satisfaction scores with similar characteristics. On average, results showed that the high school teachers were still  “satisfied” despite the “high burnout” they were facing during the modular distance learning amid the pandemic. Using the correlation analysis, it is revealed that teachers’ satisfaction and burnout are significantly and inversely correlated to each other. This implies that the burnout level adversely affects the satisfaction in teaching. Based on regression analysis, there is a decrease of 0.653 units in the satisfaction perception score for every 1 unit increase in the burnout perception score and it is significant at a 1% level. It is depicted in K-means clustering that teachers’ satisfaction and burnout levels are compact and converge to the interpretation that they were highly burnout yet satisfied in modular distance learning. Hence, the study suggests that teachers' tasks during distance education must be lessened to increase their well-being as educators

Design Of Maximum Torque Per Ampere Control Method In Squirrel Cage Three-Phase Induction Motor

Improving the performance of three-phase induction motors is currently carried out by various control methods. One of them is controlling a three-phase induction motor using the Maximum Torque Per Ampere (MTPA) method. This paper focuses on the study of modeling specific motor models using the MTPA method. The purpose of the study is to prove that with the squirrel cage motor model, the speed can be increased above its rating. The MTPA method is a method of controlling a three-phase induction motor by controlling the current from the torque speed. Modeling is tested to see the responsiveness of the modeled system. The experimental results were tested using two-speed references and the system showed that MTPA control induction motors can improve the performance of three-phase induction motors. The results from the design show that the MTPA method can increase the performance of three-phase induction motors to reach 84.4%. The results of this study can be used as one way to model induction motors

Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) pada Guru SMP dan SMA di Jabodetabek

Technological advances are developing very rapidly and have become a part of human life in the 21st century. The digitalization era demands that educational institutions and the parties within them carry out educational transformation by changing the learning paradigm. This is done in response to changing times that require new skills in global society. 21st century learning emphasizes learning that is integrated with technology. Therefore, educators need skills in mastering three fundamental components, namely content, pedagogy, and technology, which can be understood through the Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) framework. This study aims to determine the integration of technology by private middle and high school teachers in Jabodetabek in 21st century learning based on the TPACK component. A total of 138 participant data was obtained by self-report via electronic questionnaire using convenience sampling and analyzed using the descriptive statistical analysis method. The study results show that teachers have adequate knowledge regarding the integration of technology in the education sector because the majority of teachers' scores are in the high category. The Covid-19 pandemic has also increased the integration of technology in the learning process. In utilizing technology, most teachers use Google Classroom as a type of Learning Management System (LMS) that can increase learning efficiency

WORKSHOP KURIKULUM MERDEKA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SEKOLAH MITRA PENDIDIKAN SEJARAH UNIVERSITAS SANATA DHARMA

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memperoleh informasi terkait penerapan workshop kurikulum merdeka dalam pembelajaran sejarah di sekolah mitra pendidikan sejarah Universitas Sanata Dharma. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yakni menggambarkan pelaksanaan workshop terkait kurikulum merdeka dalam pembelajaran sejarah di sekolah mitra tentang situasi dan data yang diperoleh selama pengamatan. Melalui hasil penelitian ini diperoleh bahwa implementasi kurikulum merdeka dalam pembelajaran sejarah di sekolah mitra telah dilaksanakan dengan cukup baik dengan adanya fasilitas berupa serangkaian pelatihan dan sosialisasi terkait pelaksanaan dan pembuatan perangkat pembelajaran berbasis kurikulum merdeka. Guru di sekolah mitra berusaha beradaptasi dengan istilah-istilah baru seperti Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), Capaian Pembelajaran (CP), Tujuan Pembelajaran (TP) dan beberapa istilah lainnya