EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani
Not a member yet
    158 research outputs found

    Optimalisasi Pengelolaan Pelayanan dan Pemberdayaan Ekonomi dalam Konteks Gereja: Menuju Kesejahteraan Jemaat

    Get PDF
    Congregational welfare represents a crucial indicator of successful, holistic church ministry. However, numerous churches remain primarily focused on spiritual service without adequate attention to the economic empowerment of their congregants. This article analyzes how ministry management and economic empowerment can be optimized within the local church context to achieve comprehensive welfare. Employing a qualitative-descriptive approach and literature review, this article highlights the importance of empowering leadership, contextual ministry strategies, and the church's role in developing community-based economic ecosystems. The findings demonstrate that churches integrating spiritual and socio-economic aspects of ministry in a balanced manner demonstrate greater capacity to foster congregational transformation and enhance collective welfare.   Abstrak Kesejahteraan jemaat merupakan salah satu indikator penting keberhasilan pelayanan gerejawi yang holistik. Namun, banyak gereja masih terfokus pada pelayanan spiritual semata tanpa memperhatikan aspek pemberdayaan ekonomi jemaat. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengelolaan pelayanan dan pemberdayaan ekonomi dapat dioptimalkan dalam konteks gereja lokal guna mewujudkan kesejahteraan yang menyeluruh. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif dan kajian literatur, artikel ini menyoroti pentingnya kepemimpinan yang memberdayakan, strategi pelayanan yang kontekstual, serta peran gereja dalam membangun ekosistem ekonomi berbasis komunitas. Temuan menunjukkan bahwa gereja yang mengintegrasikan aspek pelayanan rohani dan sosial-ekonomi secara seimbang lebih mampu mendorong transformasi jemaat dan meningkatkan kesejahteraan kolektif

    Fungsi Budaya dalam Mengoptimalkan Dialog dan Misi Kristiani

    Get PDF
    This study analyzes the function of culture in optimizing dialogue and Christian mission through an integrative approach that combines missiological anthropology, practical theology, and intercultural communication studies perspectives. The research identifies gaps in existing literature that tend to separate contextualization studies from intercultural dialogue mechanism analysis in mission contexts. Through a comprehensive analysis of cultural elements functioning as cross-cultural communication bridges, this study develops a theoretical framework for understanding how local cultural particularities can be utilized as media for conveying universal Gospel truths without compromising theological integrity. Findings indicate that cultural optimization in mission dialogue requires a deep understanding of target communities' worldviews, value systems, and social structures. This research formulates practical principles for implementing culturally informed approaches in contemporary Christian mission, contributing to developing more effective and contextually appropriate mission strategies in the globalization era characterized by increasing cultural complexity and religious pluralism.   Abstrak Penelitian ini menganalisis fungsi budaya dalam mengoptimalkan dialog dan misi Kristiani melalui pendekatan integratif yang menggabungkan perspektif antropologi misiologi, teologi praktis, dan studi komunikasi antarbudaya. Studi ini mengidentifikasi kesenjangan dalam literatur eksisting yang cenderung memisahkan kajian kontekstualisasi dari analisis mekanisme dialog antarbudaya dalam konteks misi. Melalui analisis komprehensif terhadap elemen-elemen budaya yang berfungsi sebagai jembatan komunikasi lintas budaya, penelitian ini mengembangkan kerangka teoretis untuk memahami bagaimana particularitas budaya lokal dapat dimanfaatkan sebagai medium penyampaian kebenaran universal Injil tanpa mengorbankan integritas teologisnya. Temuan menunjukkan bahwa optimalisasi budaya dalam dialog misi memerlukan pemahaman mendalam tentang worldview, sistem nilai, dan struktur sosial masyarakat sasaran. Penelitian ini merumuskan prinsip-prinsip praktis untuk implementasi pendekatan yang culturally informed dalam misi Kristiani kontemporer, berkontribusi pada pengembangan strategi misi yang lebih efektif dan contextually appropriate dalam era globalisasi yang ditandai oleh increasing cultural complexity dan religious pluralism

    Konstruksi Teologis tentang Tanggung Jawab Ekologis dalam Pembacaan Kejadian 1:26–28

    Get PDF
    This research examines the theological construction of human role and responsibility in creation care based on an in-depth analysis of Genesis 1:26-28. The contemporary ecological crisis reveals a fundamental gap between the divine mandate given to humanity as stewards of creation and the reality of exploitative practices that damage the environment. Through a qualitative-descriptive approach that employs biblical exegesis, this study examines the theological significance of the human role as imago Dei within the context of creation. Textual analysis demonstrates that humanity is called not as absolute rulers, but as God's representatives (vice-regents) responsible for maintaining and preserving the integrity of creation. The theological-practical implications of this research include: the need for reformulating Christian environmental ethics that integrates ecological spirituality with concrete conservation actions, developing an ecological praxis that views environmental concern as an expression of love for God and neighbor, and forming faith communities committed to environmental justice for the well-being of all creation. This research contributes to the development of contextual eco-theology that bridges biblical insights with the challenges of the global ecological crisis.   Abstrak Penelitian ini mengkaji konstruksi teologis tentang peran dan tanggung jawab manusia dalam pemeliharaan ciptaan berdasarkan analisis mendalam terhadap Kejadian 1:26–28. Krisis ekologis kontemporer menunjukkan adanya kesenjangan fundamental antara mandat ilahi yang diberikan kepada manusia sebagai penatalayan ciptaan dengan realitas praktik eksploitatif yang merusak lingkungan. Melalui pendekatan kualitatif-deskriptif dengan metode eksegesis biblika, penelitian ini menelusuri makna teologis dari peran manusia sebagai imago Dei dalam konteks penciptaan. Analisis tekstual menunjukkan bahwa manusia dipanggil bukan sebagai penguasa absolut, melainkan sebagai representasi Allah (vice-regent) yang bertanggung jawab memelihara dan menjaga integritas ciptaan. Implikasi teologis-praktis dari penelitian ini mencakup: perlunya reformulasi etika lingkungan Kristen yang mengintegrasikan spiritualitas ekologis dengan tindakan konkret pelestarian alam, pengembangan praksis ekologis yang memandang kepedulian lingkungan sebagai wujud kasih kepada Allah dan sesama, dan pembentukan komunitas iman yang berkomitmen pada keadilan ekologis untuk kesejahteraan seluruh ciptaan. Penelitian ini berkontribusi pada pengembangan eko-teologi kontekstual yang menjembatani wawasan biblika dengan tantangan krisis lingkungan global

    Fondasi Ilahi untuk Keluarga Kontemporer: Hermeneutika Mazmur 127 dalam Dialog dengan Tantangan Modernitas

    Get PDF
    Contemporary families face multidimensional crises due to modernity's pressures such as individualism, materialism, and relational disintegration that threaten Christian family foundations. This research aims to explore the relevance of Psalm 127 as a theological foundation for family formation capable of responding to modern challenges. Contextual hermeneutical method is employed to analyze Psalm 127 and dialogue it with contemporary family realities through historical-critical exegesis and theological-practical interpretation. The findings reveal that Psalm 127 offers three fundamental principles: (1) acknowledgment of God's sovereignty as a foundation that liberates from existential anxiety; (2) balance between human effort and divine grace; (3) value reorientation from productivity toward holistic shalom. In conclusion, Psalm 127 provides counter-cultural wisdom relevant for building Christian family resilience, offering alternatives to modern secular values through spirituality that integrates faith and daily life.   Abstrak Keluarga kontemporer menghadapi krisis multidimensional akibat tekanan modernitas seperti individualisme, materialisme, dan disintegrasi relasional yang mengancam fondasi keluarga Kristen. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi relevansi Mazmur 127 sebagai dasar teologis pembentukan keluarga yang mampu merespons tantangan modern. Metode hermeneutika kontekstual digunakan untuk menganalisis teks Mazmur 127 dan mendialogkannya dengan realitas keluarga kontemporer melalui pendekatan eksegesis historis-kritis dan interpretasi teologis-praktis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mazmur 127 menawarkan tiga prinsip fundamental: (1) pengakuan kedaulatan Allah sebagai fondasi yang membebaskan dari kecemasan eksistensial; (2) keseimbangan antara usaha manusia dan anugerah ilahi; (3) reorientasi nilai dari produktivitas menuju shalom holistik. Simpulannya, Mazmur 127 menyediakan hikmat counter-cultural yang relevan untuk membangun resiliensi keluarga Kristen, menawarkan alternatif terhadap nilai-nilai sekuler modern melalui spiritualitas yang mengintegrasikan iman dan kehidupan sehari-hari.

    Integritas dan Moralitas dalam Kepemimpinan Kristen: Upaya Gereja Membangun Spiritualitas Kepemimpinan Kristen

    Get PDF
    Christian leadership is faced with serious challenges in the form of a crisis of integrity and moral degradation that is increasingly undermining the spiritual leaders of the church. This phenomenon not only reflects the spiritual disorientation of church leaders but also threatens the church's testimony and transformation in society, hindering its role as a light. This study aims to examine theologically how the church can build a spirituality of Christian leadership rooted in integrity and morality. By employing a descriptive qualitative method in a literature study approach, this article demonstrates that Christian leadership must understand its nature, enabling it to identify and respond to the crisis of integrity in modern Christian leadership. Thus, a foundational theological building is needed regarding the morality and integrity of Christian leaders.   Abstrak Kepemimpinan Kristen diperhadapkan pada tantangan serius berupa krisis integritas dan degradasi moral yang kian merongrong pemimpin rohani gereja. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan disorientasi spiritual para pemimpin gereja, tetapi juga mengancam kesaksian dan transformasi gerejawi dalam masyarakat untuk menjadi terang. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah secara teologis  bagaimana gereja dapat membangun spiritualitas kepemimpinan Kristen yang berakar pada integritas dan moralitas. Dengan menggunkan metode kualitatif deskriptif dalam pendekatan studi pustaka, artikel ini memperlihatkan bahwa kepemimpinan Kristen perlu memahami hakikat kepemimpinan Kristen, sehingga dapat mengidentifikasi sekaligus merespons krisis integritas dalam kepemimpinan Kristen modern. Dengan demikian, diperlukan sebuah bangunan teologis yang fondasional terkait moralitas dan integritas pemimpin Kristen.

    Perempuan Sebagai Pembaru: Telaah Teologis-Naratif Kisah Anak-Anak Zelafehad

    Get PDF
    The story of Zelophehad's daughters in Numbers 27:1-11 represents a pivotal moment in the biblical narrative where women's voices drive change in the patriarchal legal system of ancient Israel. In a cultural context where inheritance rights were reserved only for men, the courage of these five women to make demands to Moses and God became a significant form of social and spiritual protest. This study aims to examine the narrative narratively and theologically, and assess its implications for understanding justice and women's participation in the context of faith. The method used is a narrative criticism and contextual theology approach, which enables analysis of the story structure, character roles, and relational dynamics between the transformational law and its theological impact. The results show that the actions of the sons of Zelophehad not only succeeded in changing the law of inheritance but also demonstrated that divine law is open to ethical correction from the marginalized. The conclusion of this study confirms that women, through courage and faith, play an essential role as reformers in the History of God's people.   Abstrak Kisah anak-anak perempuan Zelafehad dalam Bilangan 27:1-11 menampilkan momen penting dalam narasi Alkitab di mana suara perempuan mendorong perubahan dalam sistem, hukum patriarki Israel kuno. Dalam konteks budaya di mana hak waris hanya diperuntukkan bagi laki-laki, keberanian lima perempuan ini untuk mengajukan tuntutan kepada Musa dan Tuhan menjadi bentuk protes sosial dan spiritual yang signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah narasi tersebut secara naratif dan teologis, serta menilai implikasinya bagi pemahaman keadilan dan partisipasi perempuan dalam konteks iman. Metode yang digunakan adalah pendekatan tafsir naratif (narrative criticism) dan teologi kontekstual, yang memungkinkan analisis terhadap struktur cerita, peran karakter, serta dinamika relasional antara transformasional hukum, dan dampak teologisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan anak-anak Zelafehad tidak hanya berhasil mengubah hukum waris, tetapi juga memperlihatkan bahwa hukum Ilahi bersifat terbuka terhadap koreksi etis dari mereka yang terpinggirkan. Kesimpulan dari studi ini menegaskan bahwa perempuan, melalui keberanian dan iman, berperan penting sebagai pembaru dalam Sejarah umat Allah

    Khotbah Ekspositori sebagai Jembatan antara Teks Suci dengan Konteks Kehidupan: Sebuah Studi pada Gereja Pantekosta Tabernakel Surabaya

    No full text
    Understanding the teachings of the Bible is a need of the congregation throughout the history of the church. In particular, today's congregation in the midst of the development of the digital world, is required to understand its faith correctly and relevant to the times. The Bible is the highest authority in the teaching and practical life of the congregation, especially in the Tabernacle Pentecostal Church - Christ the Helper. However, for the congregation of the Tabernacle Pentecostal Church - Christ the Helper, understanding the Bible is not easy, because there is a gap between the text of the Bible and the context of this congregation living in the present. There are differences in language, socio-cultural, political and religious that are very contrasting between the context of the Bible and the present. Expository preaching plays an important role as a bridge between the text of the Bible and the congregation. Through a descriptive qualitative method, the research was conducted by collecting and analyzing library data and then comparing it with the factual situation in the field. In addition, observations were made of sermon archives at the Tabernacle Pentecostal Church - Christ the Helper in the last four years, as well as short interviews related to the development of the topics discussed with several congregations. From the research, it was found that expository preaching is able to bridge the Bible text with today's congregation, specifically in the Tabernacle Pentecostal Church - Christ the Helper. First, expository preaching rephrases the Bible's teachings into today's language; second, expository preaching structures the sermon in a systematic way that is easy for the congregation to understand; third, it helps the congregation participate in Bible teaching; and fourth, it increases the congregation's interest in Biblical teaching.   Abstrak Memahami pengajaran Alkitab adalah kebutuhan jemaat sepanjang sejarah gereja. Secara khusus jemaat masa kini ditengah-tengah perkembangan dunia digital, diharuskan untuk mengerti imannya secara benar dan relevan dengan zaman. Alkitab adalah otoritas tertinggi dalam pengajaran maupun kehidupan praktis jemaat, khususnya di Gereja Pantekosta Tabernakel - Kristus Penolong. Namun bagi jemaat Gereja Pantekosta Tabernakel - Kristus Penolong, memahami Alkitab bukanlah hal yang mudah, karena adanya kesenjangan antara teks Alkitab dengan konteks jemaat ini yang hidup di masa kini. Ada perbedaan bahasa, sosial budaya, politik serta keagamaan yang sangat kontras antara konteks Alkitab dan masa kini. Khotbah ekspositori menjadi penting peranannya sebagai jembatan antara teks Alkitab dan jemaat. Melalui metode kualitatif deskriptif, penelitian dilakukan dengan pengumpulan dan analisa data-data kepustakaan kemudian dikomparasi dengan situasi faktual di lapangan. Selain itu dilakukan pengamatan terhadap arsip-arsip khotbah di Gereja Pantekosta Tabernakel - Kristus Penolong empat tahun belakangan ini, juga wawancara singkat terkait perkembangan topik yang dibahas dengan beberapa jemaat. Dari penelitian diperoleh fakta bahwa khotbah ekspositori mampu menjembatani antara teks Alkitab dengan jemaat masa kini, secara khusus di Gereja Pantekosta Tabernakel - Kristus Penolong. Pertama, khotbah ekspositori membahasakan ulang pengajaran Alkitab kepada bahasa masa kini; kedua, khotbah ekspositori menyusun khotbah dalam sistematika yang mudah untuk dipahami jemaat; ketiga, membantu partisipasi jemaat terhadap pengajaran Alkitab; dan keempat, meningkatkan minat jemaat terhadap pengajaran yang Biblikal.

    Penanaman Gereja di tengah Krisis Toleransi Beragama di Era Digital

    Get PDF
    The crisis of religious tolerance in Indonesia, as well as the challenges of the digital era, are significant obstacles to the implementation of planting or pioneering the church. This research employs a qualitative method with a literature study approach, utilizing the Bible as the primary source, and is supported by various books and articles relevant to the research topic. The results show that church planting is a critical and urgent call to restore the authentic and appropriate meaning of the Gospel in the context of the crisis of religious tolerance and the dynamics of the digital era. The church can no longer fulfill its duties using conventional methods and rigid rules. Therefore, the Church needs to be adaptive and relevant to the times, without neglecting its theological foundations and mission vocation. With this approach, church planting can be an effective strategy in facing these challenges.   Abstrak Krisis toleransi beragama yang terjadi di Indonesia serta tantangan di era digital merupakan hambatan signifikan dalam pelaksanaan penanaman atau perintisan gereja. Penelitian ini mengguna-kan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur, yang menjadikan Alkitab sebagai sumber utama, serta didukung oleh berbagai buku dan artikel yang relevan dengan topik penelitian. Sehingga diperoleh hasil bahwa perintisan atau penanaman gereja merupakan panggilan yang sangat penting dan mendesak untuk mengembalikan makna Injil yang autentik dan relevan dalam konteks krisis toleransi beragama dan dinamika era digital. Gereja tidak dapat lagi melaksanakan tugasnya dengan metode konvensional dan aturan yang kaku. Oleh karena itu, gereja perlu bersikap adaptif dan relevan dengan perkembangan zaman, tanpa mengabaikan fondasi teologis maupun panggilan misinya. Dengan pendekatan ini, perintisan jemaat dapat menjadi strategi efektif dalam menghadapi tantangan tersebut.  

    Konstruksi Nilai-Nilai Teologi Universal Berdasarkan Keluaran 20:1-17

    No full text
    The relationship between Israel and its exclusivism among nations invites new understanding with archaeological discoveries about the history of the nation's plurality. The meaning of the discovery of the history of pluralism is understood as the early history of the nation of Israel. There is also an understanding that the influence of the context of Israelite life (religious, social, economic, political and legal) occurred in the midst of pluralism. Similarly, based on the context of Israel's life recorded in Exodus 20:1-17, it is understood to have been formed by the process of assimilation and adaptation of various elements of Canaanite culture and religion around it. The purpose of writing this article is to discover the universal theological values of Exodus 20:1-17. The method used is the redaction analysis of social history. The result of this article's research is that the universal theological values of Exodus 20:1-17are: The ideology of living together in the midst of plurality, the legal foundation that became the regulation for Israel to establish relations with God and others and live in harmony with plurality,   Abstrak Hubungan antara Israel dengan eksklusivismenya di antara bangsa-bangsa mengundang pemahaman baru dengan adanya penemuan arkeologi tentang sejarah kemajemukan bangsa tersebut. Pemaknaan dari penemuan sejarah kemajemukan itu dipahami sebagai sejarah awal bangsa Israel. Ada juga pemahaman bahwa pengaruh konteks hidup bangsa Israel (keagamaan, sosial, ekonomi, politik dan hukum) terjadi di tengah kemajemukan. Demikian pula berdasarkan Konteks hidup Israel yang tercatat dalam Kel.20:1-17 dipahami terbentuk atas  proses asimilasi dan adaptasi dari berbagai unsur budaya dan agama Kanaan di sekitarnya. Tujuan dari penulisan artikel ini ialah untuk menemukan nilai-nilai teologis universal dari Kel.20:1-17. Metode yang digunakan adalah analisis redaksi sejarah sosial. Hasil dari penelitian artikel ini bahwa nilai-nilai teologis universal dari Kel.20:1-17 adalah:  Ideologi kehidupan bersama di tengah kemajemukan, fondasi hukum yang menjadi regulasi bagi Israel untuk menjalin relasi dengan Allah dan sesama dan hidup rukun di tengah pluralitas, &nbsp

    Pedagogi Kasih dan Pembentukan Karakter: Studi Kasus Integrasi Dimensi Edukatif-Spiritual dalam Pembinaan Anak di Panti Asuhan Amuri

    Get PDF
    Outside influences that tend to be negative today have become a concern for Amuri orphanage coaches from an early age, during the child’s mental growth and development. This research examines the educative and spiritual role of coaches in shaping Christ’s character, describing the concrete steps employed in this process. The research was conducted using a qualitative method, involving written interviews with Amuri orphanage coaches through a desk-based approach. The research findings indicate that the development of the character of Christ in the children of Amuri orphanage is a result of the educative and spiritual role of the coaches, which is achieved through life examples, loving parenting, discipline, and open and constructive communication. These steps transform the children’s character, positively impacting their academic performance, spiritual maturity, and the quality of their social relationships.   Abstrak Pengaruh luar yang cenderung negatif saat ini telah menjadi perhatian oleh pembina panti asuhan Amuri sejak dini, yakni di masa pertumbuhan dan perkembangan mental anak. Penelitian ini menganalisis peran edukatif-spiritual pembina dalam membentuk karakter Kristus serta menggambarkan langkah-langkah konkret yang digunakan dalam proses tersebut. Penelitian ini disusun melalui metode kualitatif melalui pelaksanaan wawancara tertulis dengan pembina panti asuhan Amuri dan juga dengan pendekatan studi kepustakaan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa pembentukan karakter Kristus pada anak-anak panti asuhan Amuri merupakan hasil dari peran edukatif dan spiritual para pembina yang diwujudkan melalui keteladanan hidup, pola asuh kasih, disiplin, serta komunikasi yang terbuka dan membangun. Langkah-langkah ini secara nyata menciptakan transformasi karakter anak-anak, yang berdampak pada peningkatan prestasi akademik, kedewasaan rohani, dan kualitas hubungan sosial anak.  

    71

    full texts

    158

    metadata records
    Updated in last 30 days.
    EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani is based in Indonesia
    Access Repository Dashboard
    Do you manage Open Research Online? Become a CORE Member to access insider analytics, issue reports and manage access to outputs from your repository in the CORE Repository Dashboard! 👇