Agroteknika (E-Journal)
Not a member yet
175 research outputs found
Sort by
Pengaruh Jarak Tanam dan Sistem Jajar Legowo terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi (Oryza sativa L.) di Lahan Rawa Pasang Surut
Semakin terbatasnya jumlah lahan mendorong petani untuk tetap membudidayakan padi di lahan rawa. Oleh karena itu, petani dapat memodifikasi praktik budidaya dengan menerapkan sistem jajar legowo (jarwo) dan mengubah jarak tanam guna mengatasi masalah serta meningkatkan hasil panen padi. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh dari sistem jajar legowo dan jarak tanam pada pertumbuhan dan hasil tanaman padi di lahan rawa pasang surut. Penelitian dilakukan di Desa Mayangan, Kabupaten Jember mulai Juli sampai dengan November 2023. Penelitian menggunakan Rancangan Split Plot dengan sistem jajar legowo sebagai petak utama (main plot) terdiri dari 3 level: A1 (dua:satu), A2 (tiga:satu) dan A3 (empat:satu) sedangkan untuk anak petak (sub plot) adalah jarak tanam B1 (30cm x 20cm), B2 (30cm x 25cm) dan B3 (30cm x 30cm). Terdapat sembilan kombinasi dengan setiap perlakuan diulang tiga kali sehingga seluruhnya 27 unit. Fase vegetatif dan generatif, hasil panen, laju pertumbuhan tanaman, dan kandungan N gabah merupakan beberapa variabel yang diamati. Uji Duncan digunakan untuk menilai data pada tingkat 5%. Jumlah tanaman per petak dan bobot gabah kering per petak ternyata dipengaruhi secara signifikan oleh interaksi sistem tanam jarwo (jajar legowo) dan perlakuan jarak tanam. Variabel tinggi tanaman, jumlah tanaman per rumpun, jumlah tanaman per petak, bobot gabah basah per tanaman, bobot gabah kering per rumpun, dan laju pertumbuhan tanaman semuanya dipengaruhi secara berbeda nyata oleh perlakuan jarak tanam. Bobot gabah kering per petak dan jumlah tanaman per petak dipengaruhi sangat nyata oleh perlakuan sistem jajar legowo
Kajian Pemupukan NPK pada Tanaman Jagung Manis di Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman
Jagung manis adalah salah satu komoditas hortikultura yang memililki produktivitas yang cukup rendah. Salah satu penyebab produktivitas rendah adalah lingkungan terutama adalah hara pada tanah yang rendah. Upaya untuk meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah dapat dilakukan melalui pemupukan. Tujuan percobaan ini adalah untuk mempelajari kajian pemupukan NPK pada tanaman jagung manis di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman. Percobaan ini dilaksanakan di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada bulan Mei-Oktober 2024. Metode yang digunakan yaitu RAK satu faktor yaitu dosis pemupukan NPK dengan taraf 0, 75, 150, 225, 300 dan 375 kg NPK/ha yang diaplikasikan 2 minggu setelah tanam dan empat kali ulangan. Parameter pengamatan terdiri peubah pertumbuhan (tinggi tanaman dan jumlah daun) serta hasil (bobot tongkol dan panjang tongkol) tanaman jagung manis. Hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA), jika berbeda nyata, maka akan dilanjutkan dengan analisis BNJ 5%. Hasil menunjukkan pemberian pupuk NPK tidak berpengaruh signifikan pada peubah pertumbuhan serta hasil tanaman jagung manis
Optimasi Kondisi Pengeringan Terhadap Sifat Kimia Tepung Ubi Kayu Lokal Nuabosi Menggunakan Response Surface Methodology (RSM)
Ubi kayu Nuabosi merupakan ubi kayu varietas lokal unggulan yang berasal dari Kabupaten Ende, Flores NTT. Kandungan karbohidrat dari umbi ini berpotensi untuk diolah menjadi alternatif bahan pangan setengah jadi seperti tepung, agar umur simpannya lebih lama, kualitas gizi lebih terjaga, dan berpotensi dalam pengembangan diversifikasi pangan fungsional. Proses pengeringan yang tepat dapat meningkatkan kualitas dan umur simpan tepung ubi kayu Nuabosi. Namun, pengeringan yang tidak optimal dapat mengurangi kandungan gizi dan kualitas tepung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi optimum suhu dan waktu pemanasan oven tepung ubi kayu Nuabosi dengan sifat kimia yang optimal. Penelitian ini menggunakan metode Response Surface Methodology (RSM) yang terdiri dari dua faktor, yakni faktor suhu dengan batas bawah 50℃ dan batas atas 70℃, serta faktor waktu dengan batas bawah 16 jam dan batas atas 32 jam, sedangkan respon yang diamati meliputi kadar proksimat tepung ubi kayu Nuabosi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu dan waktu pemanasan berpengaruh signifikan (p<0,05) terhadap semua respon. Kondisi optimum proses pengeringan adalah pada suhu 70℃ dan waktu 16 jam dengan karakteristik kadar air 9,45%, abu 1,22%, serat kasar 13,14%, lemak 0,82%, dan karbohidrat 85,82%
Pengaruh Pupuk Silika Terhadap Jumlah Populasi dan Keanekaragaman Hama dan Musuh Alami Pada Kedelai
Salah satu tanaman pangan utama di Indonesia adalah kedelai. Kebutuhan akan kedelai terus meningkat seiring dengan permintaan dari konsumen. Hama merupakan organisme penggangu tanaman yang keberadaannya dapat menjadi hambatan dalam budidaya kedelai. Oleh karena itu, perlu adanya sistem pemeliharaan yang tepat terhadap tanaman budidaya. Salah satu tahap dalam pemeliharaan yaitu pemberian unsur hara dan pengendalian hama, pupuk silika memiliki dua manfaat selain sebagai unsur hara juga berguna dalam meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan waktu dan konsentrasi pupuk silika yang tepat untuk meningkatkan ketahanan kedelai terhadap serangan hama. Penelitian dilakukan di Cawas, Klaten, Jawa Tengah dari Juli hingga Oktober 2020. Menggunakan rancangan penelitian petak terbagi (split plot). Konsentrasi pupuk silika sebagai anak petak adalah P1= 2 ml/L, P2= 4 ml/L, dan P3 = 6 ml/L dan waktu aplikasi sebagai petak utama adalah T1= pemupukan seminggu sekali dan T2= pemupukan dua minggu sekali. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa Aphids glycine adalah hama dengan populasi tertinggi, sedangkan Coccinela transversalis adalah musuh alami hama. Nilai indeks keanekaragaman (H`) sedang pada hama, sedangkan untuk musuh alami rendah. Intensitas kerusakan daun dan polong kedelai tidak berbahaya karena tingkat keparahannya rendah
Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tipe Penggunaan Lahan Cabai Rawit di Kecamatan Pinolosian Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
Cabai menjadi bagian dari kebutuhan makanan keseharian, tetapi produksinya masih rendah. Penilian kesesuaian lahan beserta kelayakan usahatani tipe penggunaan lahan (TPL) cabai rawit menjadi tujuan penelitian ini yang berlokasi di Kecamatan Pinolosian Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Metode survei tanah diterapkan dengan observasi lahan dan pengambilan sampel tanah, serta survei usahatani cabai. Analisis kesesuaian lahan dengan memadankan antara kriteria kesesuaian lahan dengan karakteristik lahan sampai didapatkan kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial, sementara R/C rasio digunakan untuk menilai kelayakan usahataninya. Hasil yang diperoleh bahwa TPL cabai rawit yang terpilih dengan kesesuaian aktual hanya kelas sesuai marjinal (S3) seluas 3.608,14 ha dan kelas kelas tidak sesuai (N) seluas 33.584,24 ha dengan curah hujan, drainase, N total, pH, P2O5, tekstur, kedalaman tanah, dan bahaya erosi sebagai faktor pembatas. Meskipun N total, dan pH dapat diperbaiki, tetapi faktor pembatas lainnya sulit diperbaiki, sehingga kelas dan luas kesesuaian lahan potensial sama. Budidaya cabai rawit menguntungkan karena nilai R/C 2,0 (R/C > 1), sehingga layak diusahatanikan. Dengan demikian, berdasarkan kelas kesesuaian lahan dan kelayakan usahatani cabai rawit ini, maka budidaya cabai rawit dapat dikembangkan pada lahan yang sesuai yang tersebar di wilayah tengah dan barat Kecamatan Pinolosian
Rekayasa Mesin Pembuat Pelet Pakan Ikan untuk Meningkatkan Efisiensi Produksi
Sektor perikanan budidaya memainkan peran penting dalam ketahanan pangan dan ekonomi nasional Indonesia. Peningkatan produksi ikan menuntut ketersediaan pakan yang efisien, namun biaya pakan komersial yang tinggi menjadi kendala besar, terutama bagi pembudidaya kecil dan menengah. Penelitian ini bertujuan untuk merancang mesin pelet pakan ikan yang harganya terjangkau, bertenaga bensin, dengan kapasitas produksi 20-50 kg/jam, untuk mendukung produksi pakan mandiri. Metode yang digunakan meliputi perancangan dan perakitan mesin dengan komponen utama berupa screw extruder, roda penggerak, dan cetakan (die). Prototipe mesin memiliki dimensi 60 x 40 x 70 cm, menggunakan motor penggerak 4 tak (3600 rpm, 196 cc, bensin), tipe pencetakan screw extruder dengan diameter die 3 mm, tabung penggiling berukuran panjang 23 cm dan diameter 7 cm. Prototipe mesin diuji dengan bahan baku seberat 10 kg sebanyak lima kali. Hasil menunjukkan mesin dapat menghasilkan daya maksimum 3,46 kW, dengan putaran 720 rpm (maksimum) dan 200 rpm (minimum). Rata-rata kapasitas produksi mencapai 49,49 kg/jam, lebih tinggi dibandingkan mesin motor listrik 1 Hp pada penelitian sebelumnya yang menghasilkan 39,83 kg/jam. Selain itu, analisis scatterplot menunjukkan bahwa semakin banyak pelet yang dihasilkan, semakin lama waktu yang diperlukan, menandakan hubungan linier antara jumlah dan waktu produksi. Beberapa perbaikan diperlukan, seperti penambahan pengunci roda untuk kestabilan. Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mengoptimalkan konsumsi bahan bakar dan mengevaluasi interval pemeliharaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif solusi mesin pelet yang efisien bagi pembudidaya skala kecil dan menengah
Pengaruh Penurunan Batang dan Pewiwilan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Produksi Benih Kentang (Solanum tuberosum L.) Bermutu Var.Granola Sistem Aeroponik
Produksi benih kentang (Solanum tuberosum L.) bermutu di Indonesia masih menghadapi tantangan serius berupa keterbatasan ketersediaan dan tingginya harga benih berkualitas, sehingga banyak petani menggunakan benih turunan rendah yang menurunkan produktivitas. Teknologi sistem aeroponik yang dikombinasikan dengan teknik penurunan batang dan pewiwilan menawarkan pendekatan budidaya yang lebih efisien dan terkontrol untuk meningkatkan kualitas dan hasil produksi benih kentang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengaruh penurunan batang dan pewiwilan erhadap pertumbuhan dan produksi benih kentang varietas Granola dalam sistem aeroponik. Teknik aeroponik merupakan metode budidaya tanpa media tanah yang memungkinkan optimalisasi produksi benih berkualitas tinggi. Penurunan batang dan pewiwilan dilakukan untuk mengevaluasi pengaruhnya terhadap parameter pertumbuhan tanaman, jumlah umbi, serta kualitas benih yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan penurunan batang dan pewiwilan yang dibandingkan dengan kontrol tanpa perlakuan. Data dianalisis menggunakan uji One Way ANOVA untuk menentukan signifikansi perbedaan antar kelompok perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penurunan batang dan pewiwilan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan dan hasil produksi benih kentang. Penurunan batang dan pewiwilan mampu meningkatkan jumlah dan bobot umbi per tanaman, serta memperbaiki kualitas benih yang dihasilkan dibandingkan dengan kontrol. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan teknik penurunan batang dan pewiwilan dapat menjadi strategi yang efektif dalam meningkatkan produktivitas benih kentang varietas Granola dengan sistem aeroponik. Temuan ini memberikan implikasi penting bagi pengembangan teknologi produksi benih kentang berkualitas tinggi secara efisien dan berkelanjutan
Pengaruh Waktu dan Metode Fermentasi Terhadap Kandungan C, N, P, K dalam Pupuk Organik Cair dari Limbah Air Kelapa Tua, Limbah Buah-Buahan dan Molase
Salah satu isu krusial yang dihadapi sektor pertanian saat ini adalah meminimalisasi dampak lingkungan tanpa memengaruhi hasil pertanian. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan penggunaan pupuk organik cair (POC). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu dan metode fermentasi terhadap kandungan unsur hara yaitu karbon, nitrogen, fosfor dan kalium (CNPK) dalam POC dari limbah air kelapa tua, limbah kulit buah-buahan yaitu pisang kepok, nanas dan semangka, serta molase. Metode fermentasi yang digunakan yaitu aerob dan anaerob, dengan waktu fermentasi selama 21 hari. POC yang diperoleh dari hasil fermentasi menggunakan kedua metode tersebut diamati parameter fisiknya berupa aroma dan warna, sedangkan untuk parameter kimianya akan diukur pH, kandungan C-organik, nitrogen, fosfor dan kalium. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan standar pupuk organik berdasarkan Indonesian Standards No. 261/KPTS/SR.310/M/4/2019. Hasil yang diperoleh menunjukkan beberapa parameter yaitu aroma, warna, kadar C-organik dan kadar nitrogen telah memenuhi standar yang berlaku, sedangkan nilai pH, kadar fosfor dan kalium belum memenuhi standar yang berlaku. Rata-rata hasil yang diperoleh memperlihatkan metode fermentasi POC secara aerob memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan metode fermentasi secara anaerob
Bio-waste Alchemy: Turning Agricultural Residue into Green Gold for Food Packaging, A Systematic Review
The increasing environmental concerns associated with conventional plastic packaging have accelerated the global pursuit of sustainable alternatives. This review explored the innovative transformation of agricultural waste into eco-friendly food packaging materials, highlighting its potential to address both ecological and economic challenges. Agricultural residues—such as cereal by-products, sugar and starch crop wastes, fruit processing leftovers, and leaf waste—were rich in biopolymers like cellulose, starch, and pectin, making them suitable candidates for biodegradable packaging. Through advancements in green chemistry, biotechnology, and materials science, these wastes are now being repurposed into high-performance, compostable packaging solutions. Relevant literature was selected through a systematic search of peer-reviewed journal articles from databases such as Scopus, ScienceDirect, and Google Scholar, focusing on publications from the last five years that addressed agricultural waste utilization in ecofriendly food packaging. The review synthesizes recent research and technological breakthroughs in this field, showcasing applications ranging from rice husk-based films to cassava starch bioplastics. Furthermore, it examines the environmental benefits of reduced plastic pollution and landfill burden, alongside the economic advantages of waste valorization, rural job creation, and market competitiveness. By turning agricultural residues into valuable resources, this approach supports circular economy principles, enhances food system sustainability, and paves the way for a greener packaging industry
Analisis Pengaruh Penambahan Crosslinker CaCl2 Terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Bioplastik Berbasis Agar dan Na-Alginat
Bioplastik adalah jenis plastik yang dibuat dari sumber daya alam terbarukan seperti alga yang memproduksi agar dan Na-alginat, kedua bahan ini memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan bioplastik. Dalam upaya mengoptimalkan kinerja agar dan Na-alginat, diperlukan penambahan pengikat silang untuk meningkatkan sifat mekanik bioplastik khususnya pada ketahanan air. Kalsium klorida pada ion Ca²⁺ berfungsi sebagai jembatan silang (crosslinker) yang menghubungkan rantai polimer Na-alginat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan konsentrasi kalsium klorida (CaCl2) terbaik. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 4 taraf perlakuan dengan konsentrasi penambahan kalsium klorida (0%, 1%, 2%, dan 3%) dan 3 kali ulangan. Penelitian ini terdiri dari dua tahapan. Tahap pertama adalah pembuatan agar rumput laut Gracilaria sp. dan tahap kedua pembuatan bioplastik dengan parameter pengujian meliputi, ketebalan, ketahanan air, kuat tarik, elongasi, dan biodegradasi Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penambahan konsentrasi CaCl2 memberikan pengaruh terhadap sifat fisik dan mekanik bioplastik. Konsentrasi CaCl2 3% memiliki perlakuan terbaik dengan sifat mekanik yang meliputi ketebalan 0,13 mm, ketahanan air 87,33%, kuat tarik 25,22 MPa, elongasi 14,48%, dan hasil biodegradasi 58,67%