PESANTREN: CANDRADIMUKA NILAI-NILAI KARAKTER SANTRI

Especially in relation to the scientific structure of Islamic boarding schools, knowledge related to Arabic, such as sharaf, nahwu and other tool knowledge, knowledge related to sharia, such as fiqh, both regarding worship (ubudiyah) and transactions (mu'amalat), knowledge that related to the Al-Qur'an along with knowledge about the causes of the revelation of verses (asbab al-nuzul), correlation between verses, verses and hadith, tafsir-tafsir, and others (ulum al-Qur'an), knowledge of hadith along with knowledge about the causes of the existence of hadith (asbab al-wurud), etc. (mustalah al-hadith), knowledge related to logic (ilmu al-mantiq), knowledge related to the purification of the soul (tazkiyah al-nafs) which is framed in knowledge about etiquette (tashawwuf), knowledge that discusses the power and oneness of God (tauhid). The values built by Islamic boarding schools can be categorized into: (1) Essential values including: the value of honesty (al-shidq), the value of spirituality (al-ibadah), the value of struggle (al-jihad), the value of tolerance (al-tasamuh), the value of independence (al-i'timad ala al-nafs), the value of sincerity (al-ikhlas), example (uswah hasanah). (2) Instrumental values which include: wisdom, freedom to be guided, self-government, togetherness (collectivism). So it is not surprising that Islamic boarding schools are considered as an education system that can play an empowerment role in strengthening civil society (mobilization of civil society forces) maximally and effectively. Keywords: Islamic Boarding School, Values, Curriculum, CharacterEspecially in relation to the scientific structure of Islamic boarding schools, knowledge related to Arabic, such as sharaf, nahwu and other tool knowledge, knowledge related to sharia, such as fiqh, both regarding worship (ubudiyah) and transactions (mu'amalat), knowledge that related to the Al-Qur'an along with knowledge about the causes of the revelation of verses (asbab al-nuzul), correlation between verses, verses and hadith, tafsir-tafsir, and others (ulum al-Qur'an), knowledge of hadith along with knowledge about the causes of the existence of hadith (asbab al-wurud), etc. (mustalah al-hadith), knowledge related to logic (ilmu al-mantiq), knowledge related to the purification of the soul (tazkiyah al-nafs) which is framed in knowledge about etiquette (tashawwuf), knowledge that discusses the power and oneness of God (tauhid). The values built by Islamic boarding schools can be categorized into: (1) Essential values including: the value of honesty (al-shidq), the value of spirituality (al-ibadah), the value of struggle (al-jihad), the value of tolerance (al-tasamuh), the value of independence (al-i'timad ala al-nafs), the value of sincerity (al-ikhlas), example (uswah hasanah). (2) Instrumental values which include: wisdom, freedom to be guided, self-government, togetherness (collectivism). So it is not surprising that Islamic boarding schools are considered as an education system that can play an empowerment role in strengthening civil society (mobilization of civil society forces) maximally and effectively. Keywords: Islamic boarding school, values, curriculum, character

Analisis Kesalahan Siswa Madrasah Tsanawiyah dalam Menyelesaikan Materi Teorema Pythagoras

Penelitian ini bertitikberatkan pada deskripsi kesalahan siswa mengenahi pengolahan soal-soal masalah pada materi teorema Pythagoras, dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif pada salah satu Madrasah tsanawiyah siswa kelas VIII di kabupaten Malang. Tes uraian digunakan dalam mencari data-data. Langkah-langkah yang peneliti gunakan diantaranya analisis data, pengumpulan data, dan mereduksi data-data untuk menghasilkan kesimpulan. Data yang diperoleh dari pekerjaan siswa dianalisis kesalahan-kesalahan dalam mereduksi data, kesalahan dalam memahami konsep soal cerita, kesalahan dalam menentukan langkah-langkah mengerjakan kerap dilakukan oleh siswa, kekeliruan dalam proses operasi hitung dan penguadratan kedalam pengakaran berulangkali dilakukan oleh siswa

THE ROLE OF PESANTREN IN THE EMPLOYMENT OF WORKERS IN THE INDUSTRIAL ERA 4.0 : (Study at Pondok Pesantren Attanwir Bojonegoro)

This article aims to explore the role of Pondok Pesantren Attanwir Bojonegoro in absorbing labor in the Industry 4.0 era. The study focuses on the transformation of Pondok Pesantren Attanwir from a traditional institution to a modern institution, and the efforts made by the institution to develop the creativity of its students. The article also discusses the challenges and prospects of pesantren in character education in the Industry 4.0 era. This research uses a qualitative approach with data collected through observation, interviews, and documentation. The research findings show that Pondok Pesantren Attanwir has played an important role in absorbing the workforce in the Industry 4.0 era by equipping its students with the necessary skills and knowledge to adapt to the ever-changing job market. Keywords: Pesantren, Labor Absorption, Industrial Era 4.0Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran Pondok Pesantren Attanwir Bojonegoro dalam menyerap tenaga kerja di era Industri 4.0. Studi ini berfokus pada transformasi Pondok Pesantren Attanwir dari lembaga tradisional menjadi lembaga modern, dan upaya yang dilakukan oleh lembaga tersebut untuk mengembangkan kreativitas para santrinya. Artikel ini juga membahas tantangan dan prospek pesantren dalam pendidikan karakter di era Industri 4.0. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Temuan penelitian menunjukkan bahwa Pondok Pesantren Attanwir telah memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja di era Industri 4.0 dengan membekali para santrinya dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk beradaptasi dengan pasar kerja yang terus berubah

The PENGEMBANGAN KEGIATAN MUSYAWARAH MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM PEMBELAJARAN ILMU FIKIH DI MA’HAD ‘ALY PONDOK PESANTREN LIRBOYO KEDIRI

The success of learning can be achieved with the existence of an appropriate learning model. The learning model becomes more important than the material it self. The purpose of this study determined the implementation of the deliberation in learning fiqh at Ma'had 'Aly Lirboyo Kediri, as well as to determine the supporting and inhibiting factors for the implementation of the deliberation in learning fiqh at Ma'had 'Aly Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. This paper is the result of qualitative research using interviews, observation, documentation. Data analysis carried out using qualitative descriptive analysis techniques. The approach used phenomenological approach. The data analysis technique used descriptive qualitative analysis with a phenomenological approach. Based on the results of research and data analysis, obtained 2 (two) types of deliberation models in learning fiqh at Ma'had 'Aly Pondok Pesantren Lirboyo Kediri; namely: first, group deliberation; and second, joint deliberation. Keywords: Deliberation Method, Jurisprudence Learnin

A KONSEP PENDIDIKAN HOLISTIK DI PESANTREN: ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI: KONSEP PENDIDIKAN HOLISTIK DI PESANTREN: ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN IMAM AL-GHAZALI

Pesantren is the oldest Islamic educational institution in Indonesia which still has a big role in the success of Islamic education programs. However, it is unfortunate that not all pesantren are able to adapt to the times. So that it makes Islamic education tends to be left behind. But on the other hand, not a few pesantren have been able to adapt very well to the times, this is because the pesantren has implemented holistic education in its curriculum. This research is a qualitative research based on literature review. The purpose of this study is to find the concept of holistic education in Islamic boarding schools and its correlation with the thinking of Imam al-Ghazali. The results of this study found that the concept of Islamic holistic education in Islamic boarding schools is in line with the thinking of Imam al-Ghazali which aims to form a complete human being. Keywords: Education, Holistic, Islamic Boarding School, al-GhazaliPesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang masih memiliki peran besar dalam mensukseskan program pendidikan Islam. Namun sangat disayangkan bahwa tidak semua pesantren mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Sehingga hal tersebut menjadikan pendidikan Islam cenderung tertinggal. Namun di lain sisi tidak sedikit pesantren yang sudah mampu beradaptasi dengan sangat baik dengan perkembangan zaman, hal ini karena pesantren tersebut telah melaksanakan pendidikan holistik dalam kurikulumnya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang didasarkan pada kajian kepustakaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan konsep pendidikan holistik di pesantren serta korelasinya dengan pemikiran imam al-Ghazali. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa konsep pendidikan holistik Islam di Pesantren sejalan dengan pemikiran imam al-Ghazali yang bertujuan untuk membentuk insan yang paripurna

REVIEW OF ISLAMIC LAW ON GOAT PRODUCTION SHARING: case study in the village of Gandanglegi, Malang

In social life there must be such things as rules to guide. In the state, laws are used as rules and prohibitions as well as sanctions for every individual or group who violates them. In Islam, many kinds of laws are used, one of which is Islamic law regarding buying and selling, namely muamalah fiqh. In this business, you entrust pets to other people. The results of this research can be concluded that the Study of Goat Livestock Results in the Perspective of Sharia Economic Law in Ganjaran Village is a type of Syirkah Mudharabah which is carried out orally. Sharing the results of goat farming is still done according to custom, namely by the goats that are born, if one goat is born then it is sold first and then divided in half. If a goat gives birth to 2 goats, each of them gets 1 goat. The second way to share the results is by taking turns with the goat kids, the first born child goes to (mudharib) the second child goes to (shahibul mall) and so on, while for male goats the way to share the results is by selling them first, then the profits from the sale are divided into two

Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Dalam Menyelesaikan Soal Open Ended Trigonometri

Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang harus dimiliki setiap siswa untuk dapat menganalisa persoalan matematika dari sudut pandang yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Populasi penelitian ini sebanyak 27 siswa kelas X SMK NU Sunan Ampel Poncokusumo tahun pelajaran 2022/2023. Pemilihan subjek menggunakan purposive sampling dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis sebanyak 3 subjek. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes dan wawancara. Jawaban tes siswa dianalisis menggunakan indikator kelancaran, flexibilitas, originalitas dan elaborasi. Kemudian dikategorikan berdasarkan tingkat kategori berpikir kreatif. Hasil penelitian adalah 1) Penilaian tes siswa hanya memenuhi 3 tingkat kategori berpikir kreatif yaitu kreatif, cukup kreatif, dan kurang kreatif. 2) Subjek dengan tingkat kategori kemampuan “kreatif” teridentifikasi memenuhi indikator fleksibilitas dan originalitas dengan baik. Subjek dengan tingkat kategori kemampuan “cukup kreatif” teridentifikasi memenuhi indikator kelancaran dan elaborasi dengan baik. Terakhir subjek dengan tingkat kategori kemampuan “kurang kreatif” teridentifikasi hanya memenuhi indikator originalitas dengan baik. Ketiga subjek yang terpilih belum ada yang memenuhi keempat indikator berpikir kreatif

PEMBELAJARAN KITAB KUNING DI PESANTREN

Learning in pesantren can be classified into 4 (four) levels. Within each of these levels the fields of study and the basis for learning the kitab kuning are different. At elementary level pesantren, the field of study is focused on procedures for reading the Qur'an and daily prayers as well as reading in prayer. Learning at this level is given on a skill-based basis. In pesantren at secondary level I, learning is focused on the study of Arabic grammar (nahwu and sharraf). Similar to the previous level, in this phase learning is carried out on a skill-based basis. At secondary level II pesantren, the learning material provided is a study of the kitab kuning across fields. Learning at this level is carried out based on content understanding. At high-level pesantren, students are given more specific subject matter. Learning at this level is in-depth and based on constructivism where students are encouraged to think critically and can understand the epistemological conceptual framework of the author of the kitab kuning. Keywords: Kitab Kuning, PesantrenPembelajaran di pesantren dapat diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) jenjang. Di dalam setiap jenjang tersebut bidang kajian dan basis pembelajaran kitab kuning berbebda-beda. Pada pesantren tingkat dasar, bidang kajian difokuskan kepada tata cara membaca Al-Qur’an dan doa-doa keseharian serta bacaan dalam shalat. Pembelajaran pada jenjang ini diberikan dengan berbasis skill. Pada pesantren tingkat menengah I, pembelajaran difokuskan kepada kajian tata bahasa arab (nahwu dan sharraf). Sama dengan jenjang sebelumnya, pada fase ini pembelajaran dilaksanakan dengan berbasis skill. Pada pesantren tingkat menengah II, materi pembelajaran yang diberikan adalah kajian kitab kuning lintas bidang. Pembelajaran pada jenjang ini dilaksanakan dengan berbasis pemahaman isi (content). Pada pesantren tingkat tinggi para santri diberikan materi pelajaran yang lebih spesifik. Pembalajaran pada tingkat ini bersifat pendalaman dan berbasiskan konstruktivisme di mana para santri didorong untuk berfikir kritis dan dapat memahami kerangka konseptual epistemologis dari penulis kitab kuning

Sejarah dan Perkembangan Dinasti Bani Umayyah dalam Dunia Islam

Bani umayyah merupakan dinasti pertama dalam Islam yang berentuk monarkhi setelah berakhirnya masa Khulafaur Rasyidin. Dinasti Bani Umayyah didirikan oleh Mu’awiyah bin Abu Sofyan. Meskipun berbentuk monarkhis, namun Bani Umayyah telah membawa kemajuan peradaban dalam Islam baik dalam pemerintahan, keilmuan maupun ekspansi wilayah. Oleh karena itu dalam kajian ini difokuskan pada bagaimana Perkembangan Budaya dan Peradaban Dinasti Bani Umayyah Dalam Dunia Islam. Kajian ini adalah kajian pustaka dengan sumbernya berupa buku dan jurnal yang sesuai dengan pokok bahasan Hasil kajian ini yaitu bahwa berdirinya dinasti Bani Umayyah terjadi, setelah adanya kesepakatan dengan Hasan bin Abi Thalib. Walaupun akhirnya Mu’awiyah mengingkarinya dengan menjadikan pemerintahannya pemerintahan absolut-monarkhi dan mengangkat putranya Yazid sebagai penggantinya. Keputusan ini diambil karena memiliki alasan yang rasional yaitu menghindari terjadinya konflik yang di antara sesama umat Islam karena pada waktu itu muncul kelompok-kelompok lain yang memiliki ambisi untuk menjadi Khalifah dengan jalan menentang dan memberontak kepada perintahan yang legal. Kelompok-kelompok ini, tampaknya bersatu dalam melawan Mu’awiyah namun sesungguhnya terjadi persaingan di antara mereka. Di antara kelompok ini adalah Husen bin Abi Tholib dan Abdullah bin Zubeir. Dinasti Bani Umayyah berkuasa selam 90 tahun dengan 14 Khalifah. Dalam rentang waktu 90 tahun, yang telah dicapai diantaranya (1) Penataan Organisasi Negara yang meliputi L a). Organisasi Politik (b) Tata Usaha Negara (c) Angkatan Laut (d) Organisasi Keuangan/Ekonomi (e) Organisasi Kehakiman (2). Perkembangan Ilmu Pengetahuan: (a) Ilmu pengetahuan Agama (b) Ilmu Pengetahuan Umum (c) Seni dan Budaya. (3) Ekspansi Wilayah yang meliputi wilayah-wilayah di benua Afrika (Afrika Utara), Eropa (Spanyol), dan beberapa wilayah Asia hingga memasuki perbatasan China Kata kunci: Sejarah dan Perkembanga

The Concept of Musyarakah in Surah Al Kahfi verse 79

In social muamalah, especially in terms of transactions, there are contracts included in it, including sale and purchase contracts and capital. the concept of capital contracts in Islam is known to be two things, namely mudharabah and musyarakah. In the context of the dynamics of today's society, it is musyarakah that is often used rather than mudharabah in the scope of business and property ownership. In the Qur'an itself, there are three verses that explain about musyarakah, including; the 12th verse in Surah an-Nisa', the 38th verse in Surah ash-Shad, and the 79th verse in Surah al-Kahf. This research tries to discuss more deeply the concept of musyarakah contained in Surah Al-Kahf verse 79 and compares it with the hadiths and opinions of the madzhab imams. This research uses the method of literature (library research). Then the conclusion is obtained, namely that the 79th verse in Surah al-Kahf explains the concept of musyarakah, namely there is the concept of ownership of property owned by several people using the Shirkah Amlak Jabar/Ijbari contract. The contract is a joint ownership contract, whether the contract is consented to or not. In this case, it is joint ownership that occurs from the cause of inheritance