Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri (University of Brawijaya)
Not a member yet
    256 research outputs found

    Risk Mitigation and Sustainability Status of The Seaweed Area for Food Sovereignty in Pasir Panjang, Kupang City, East Nusa Tenggara, Indonesia

    Get PDF
    AbstractThe potential seaweed cultivation area at Pasir Panjang Beach in Kupang City, East Nusa Tenggara, Indonesia, faces various risks at every stage of its activities. This study aims to identify key risks, evaluate sustainability status, and formulate evidence-based mitigation strategies across five dimensions: production, post-harvest, economic, human resources, and institutional. Data were collected through field observations, water quality monitoring, interviews, and questionnaires distributed to 50 active farmer respondents and local experts. The Failure Mode and Effects Analysis method and Pareto diagram were used for risk analysis, Rapid Assessment Procedure - Rural Livelihoods (RAP-RL) for Multidimensional Scaling, leverage analysis to assess sustainability, and Monte Carlo simulation to measure the validity of the analysis results. The results indicate 30 risk drivers, with 16 priority risks consisting of 3 priority risks each in the post-harvest, institutional, and economic dimensions, three priority risks in the production dimension, and four priority risks in the human resources dimension. The highest sustainability index was in the human resources dimension (80.54), production (79.13), and economic (78.67), while post-harvest (33.76) and institutional (34.79) were classified as less sustainable. Mitigation strategies include using superior seeds, crop protection, farmer capacity building, institutional strengthening, and digital technology for the supply chain. Integrated interventions are needed to create an adaptive, resilient, and competitive seaweed cultivation system.Keywords: FMEA, food sovereignty, multidimensional scalling, Pareto, seaweedAbstrakKawasan potensial budidaya rumput laut di Pantai Pasir Panjang di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia menghadapi beragam risiko pada setiap tahapan kegiatan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi risiko utama, mengevaluasi status keberlanjutan, dan merumuskan strategi mitigasi berbasis bukti pada lima dimensi: produksi, pasca panen, ekonomi, sumber daya manusia, dan kelembagaan. Data dikumpulkan melalui observasi lapangan, pengamatan kualitas air, wawancara dan penyebaran kuesioner pada 50 responden petani aktif dan pakar lokal. Metode Failure Mode and Effects Analysis dan diagram Pareto digunakan untuk analisis risiko, Rapid Assessment Procedure - Rural Livelihoods (RAP-RL) untuk Multidimensional Scaling, analisis leverage untuk menilai keberlanjutan, dan simulasi Monte Carlo untuk mengukur validitas hasil analisis. Hasil menunjukkan 30 penyebab risiko, dengan 16 risiko prioritas yang terdiri dimensi pasca panen, kelembagaan, dan ekonomi masing-masing 3 risiko prioritas, dimensi produksi 3 risiko priotas, dan dimensi sumber daya manusia 4 risiko prioritas. Indeks keberlanjutan tertinggi pada dimensi sumber daya manusia (80,54), produksi (79,13), dan ekonomi (78,67), sedangkan pasca panen (33,76) dan kelembagaan (34,79) tergolong kurang berkelanjutan. Strategi mitigasi mencakup penggunaan bibit unggul, pelindung tanaman, peningkatan kapasitas petani, penguatan kelembagaan, serta pemanfaatan teknologi digital untuk rantai pasok. Intervensi terintegrasi diperlukan guna menciptakan sistem budidaya rumput laut yang adaptif, resilien, dan berdaya saing.Kata kunci: rumput laut, keberlanjutan, risiko, multidimensional scaling, Pantai Pasir Panjang

    Formulation and Characterization of Spray Hand Sanitizer from Cuttlefish Bone Chitosan (Sepia sp.) as an Antibacterial Agent

    Get PDF
    AbstractHand hygiene is crucial to prevent infection, while repeated alcohol use risks disrupting the skin barrier. This study formulated a hand sanitizer spray based on cuttlefish bone chitosan and evaluated its physicochemical quality and antibacterial activity against Escherichia coli. Chitosan was isolated through deproteinization, demineralization, and deacetylation, resulting in a 30% yield, 5.23% moisture content, 3.36% ash content, and a 74.78% deacetylation degree. The study used a completely randomized design with chitosan concentrations of 5%, 10%, and 15%. Results were analyzed using ANOVA for pH, viscosity, and inhibition zone. Significant differences were further tested using DMRT at a 5% significance level. The results showed an increase in pH from 8.38 ± 0.10 to 9.26 ± 0.47, viscosity from 750 ± 250 cP to 4517 ± 680 cP, and inhibition zone from 9.07 ± 1.33 mm to 25.43 ± 3.96 mm. The 5% formula had the best spray comfort despite its low activity, the 15% formula produced the most significant inhibition but had high viscosity, while the 10% formula provided the best compromise with potent antibacterial activity and functional viscosity. The pH value at 10% was still above the ideal skin range of 4.5–6.5, so buffer optimization was necessary. These findings confirm the potential of cuttlefish bone chitosan as an effective and environmentally friendly non-alcoholic alternative when pH and rheology are tightly controlled.Keywords: cuttlefish bone chitosan, Escherichia coli, pH, spray hand sanitizer, viscosity AbstrakKebersihan tangan berperan penting dalam pencegahan infeksi, sementara penggunaan alkohol berulang berisiko mengganggu sawar kulit. Penelitian ini merumuskan spray hand sanitizer berbasis kitosan tulang sotong dan mengevaluasi mutu fisikokimia dan aktivitas antibakterinya terhadap Escherichia coli. Kitosan diisolasi melalui deproteinasi, demineralisasi, dan deasetilasi yang menghasilkan rendemen 30%, kadar air 5,23%, kadar abu 3,36%, dan derajat deasetilasi 74,78%. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan konsentrasi kitosan 5%, 10%, dan 15%. Hasil dianalisis dengan ANOVA pada parameter pH, viskositas, dan zona hambat. Perbedaan nyata diuji lanjut dengan DMRT pada taraf signifikansi 5%. Hasil menunjukkan pH meningkat 8,38 ± 0,10 hingga 9,26 ± 0,47, viskositas 750 ± 250 cP hingga 4517 ± 680 cP, dan zona hambat 9,07 ± 1,33 mm hingga 25,43 ± 3,96 mm. Formula 5% memiliki kenyamanan semprot terbaik meski aktivitasnya rendah, formula 15% menghasilkan hambatan terbesar namun viskositasnya tinggi, sedangkan formula 10% memberikan kompromi terbaik dengan aktivitas antibakteri kuat dan viskositas fungsional. Nilai pH pada 10% masih di atas rentang ideal kulit 4,5–6,5 sehingga optimasi penyangga diperlukan. Temuan ini menegaskan potensi kitosan tulang sotong sebagai alternatif non-alkohol yang efektif dan ramah lingkungan saat pH serta reologi dikendalikan ketat.Kata kunci: Escherichia coli, kitosan tulang sotong, pH, spray hand sanitizer, viskositas

    Economic Feasibility and Value Added Analysis of Bamboo Handicraft Industries in Rural Communities

    Get PDF
     AbstractBamboo is important in Indonesia's rural economy, especially in the craft sector. This study aimed to analyze the business feasibility and the added value of the bamboo craft industry. The study was conducted in Muntuk Village, Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta Province, Indonesia through a quantitative descriptive approach with a census technique involving 100 bamboo artisans. Data were obtained through direct observation, structured interviews, and documentation of business activities. The feasibility analysis used the Revenue-to-Cost (R/C) ratio, while the added value was calculated using the Hayami method based on raw bamboo input-output. The results showed that all craft products (klakat, tampah, bamboo rice container, tambir) had an R/C ratio above 1 with the highest value was bamboo rice container of 5.48. The highest added value was the bamboo rice container, 325,903 rupiah per bamboo stick. Product diversification has increased the stability of artisan income, especially those who make more than one product type. Support for artisan skills, experience, and community-based management greatly determines product competitiveness. This study concludes that the bamboo craft industry in Muntuk Village is economically feasible to develop, and policy recommendations need to focus on skills training, digital marketing, and facilitation of artisan clusters.Keywords: bamboo, product diversification, business feasibility, crafts, added value Abstrak Bambu memiliki peran penting dalam ekonomi pedesaan Indonesia, khususnya dalam sektor kerajinan. Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan usaha serta nilai tambah industri kerajinan bambu. Penelitian dilakukan di Desa Muntuk, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia melalui pendekatan deskriptif kuantitatif dengan teknik sensus melibatkan 100 perajin bambu. Data diperoleh melalui observasi langsung, wawancara terstruktur, dan dokumentasi kegiatan usaha. Analisis kelayakan menggunakan rasio R/C, sedangkan nilai tambah dihitung berdasarkan metode Hayami berbasis input-output bahan baku bambu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh produk kerajinan (klakat, tampah, tempat nasi, tambir) memiliki rasio R/C di atas 1 dengan nilai tertinggi pada tempat nasi sebesar 5,48. Nilai tambah terbesar juga pada tempat nasi, yaitu 325.903 rupiah per batang bambu. Diversifikasi produk terbukti meningkatkan stabilitas pendapatan perajin, terutama yang membuat lebih dari satu jenis produk. Dukungan keterampilan perajin, pengalaman, serta pengelolaan berbasis komunitas sangat menentukan daya saing produk. Penelitian ini menyimpulkan industri kerajinan bambu Desa Muntuk layak dikembangkan secara ekonomi dan rekomendasi kebijakan perlu difokuskan pada pelatihan keterampilan, pemasaran digital, serta fasilitasi klaster perajin.Kata kunci: bambu, diversifikasi produk, kelayakan usaha, kerajinan, nilai tambah

    Ergonomic Design of Shovel to Improve Productivity in Sorghum Silage Industry

    Get PDF
     AbstractSorghum silage production is an important process in the animal feed industry. However, manually transferring chopped sorghum with existing shovels can increase workers' risk of musculoskeletal disorders. This study aimed to design an ergonomic shovel to reduce the risk of injury and improve work efficiency. The shovel design was developed based on worker anthropometric data and the Quality Function Deployment (QFD) approach. Ergonomic evaluation was conducted using the Rapid Entire Body Assessment (REBA) method, while productivity was measured based on worker energy consumption and work capacity. The results showed that the ergonomic shovel reduced the ergonomic risk score from 11 to 4, indicating a significant improvement in work posture. The average heart rate of workers after work decreased from 195–201 beats per minute to 118–122 beats per minute. Productivity increased from 1.06–1.13 kg/kcal to 4.09–4.41 kg/kcal, indicating increased work energy efficiency. The shovel's ergonomic design has a 72 cm handle length, 3 cm handle diameter, and stainless steel material, which has proven more comfortable to use and reduces the worker's physiological burden. This study's results confirm that applying ergonomic principles in designing work tools can improve worker welfare and the efficiency of the sorghum silage industry. Further test is needed for validation on a broader scale.Keywords: ergonomics, musculoskeletal disorders, productivity, sorghum silage, tool design AbstrakProduksi silase sorgum merupakan proses penting dalam industri pakan ternak. Aktivitas pemindahan manual irisan sorgum dengan sekop eksisting dapat meningkatkan risiko gangguan muskuloskeletal pada pekerja. Penelitian ini bertujuan merancang sekop ergonomis untuk mengurangi risiko cedera dan meningkatkan efisiensi kerja. Desain sekop dikembangkan berdasarkan data antropometri pekerja serta pendekatan Quality Function Deployment (QFD). Evaluasi ergonomi dilakukan menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA), sedangkan produktivitas diukur berdasarkan konsumsi energi dan kapasitas kerja pekerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekop ergonomis menurunkan skor risiko ergonomi dari 11 menjadi 4 yang mengindikasikan perbaikan postur kerja yang signifikan. Rata-rata denyut nadi pekerja setelah bekerja menurun dari 195–201 denyut per menit menjadi 118–122 denyut per menit. Produktivitas meningkat dari 1,06–1,13 kg/kkal menjadi 4,09–4,41 kg/kkal, menunjukkan peningkatan efisiensi energi kerja. Desain ergonomis sekop dengan panjang gagang 72 cm, diameter pegangan 3 cm, serta material baja tahan karat terbukti lebih nyaman digunakan dan mengurangi beban fisiologis pekerja. Hasil penelitian ini memastikan bahwa penerapan prinsip ergonomi dalam desain alat kerja dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja dan efisiensi industri silase sorgum. Pengujian lebih lanjut diperlukan untuk validasi dalam skala yang lebih luas.Kata kunci: desain alat, ergonomi, gangguan muskuloskeletal, produktivitas, silase sorgum

    Securing the Food Supply Chain Amid Geopolitical Uncertainty: A Comprehensive Review

    Get PDF
    AbstractThe global food supply chain is highly vulnerable to geopolitical influences, affecting production and consumption activities. Recent geopolitical disruptions have highlighted the need for strategic foresight and risk management to enhance resilience. This study aims to analyze the multifaceted impact of geopolitical events on the food supply chain and propose strategies for enhancing its resilience and sustainability. A qualitative literature review was conducted, synthesizing findings from 50 peer-reviewed articles. Key findings reveal that geopolitical events such as conflicts, trade disputes, and regulatory changes significantly disrupt food supply chains, leading to food shortages and price volatility. Technological innovations and strategic foresight are critical in mitigating these impacts. Effective risk management, technological advancements, and adaptive governance frameworks are essential for building resilient food supply chains. Policymakers and stakeholders must collaborate to develop robust strategies that ensure food security in an increasingly volatile geopolitical landscape.Keywords: Food supply chain, geopolitical disruption, policy, resilience, risk management AbstrakRantai pasok pangan global sangat rentan terhadap pengaruh geopolitik yang memengaruhi aktivitas mulai dari produksi hingga konsumsi. Gangguan geopolitik baru-baru ini menyoroti bahwa tinjauan ke masa depan yang strategis dan manajemen risiko diperlukan untuk meningkatkan ketahanan ketahanan dan keberlanjutan rantai pasok pangan. Tinjauan literatur kualitatif dilakukan dengan mensintesis temuan dari 50 artikel jurnal. Temuan utama mengungkapkan bahwa peristiwa geopolitik seperti konflik, perselisihan perdagangan, dan perubahan peraturan secara signifikan mengganggu rantai pasok pangan sehingga menyebabkan kekurangan pangan dan ketidakstabilan harga. Inovasi teknologi dan tinjauan ke masa depan sangat penting dalam memitigasi dampak-dampak ini. Manajemen risiko yang efektif, kemajuan teknologi, dan kerangka tata kelola yang adaptif sangat penting untuk membangun rantai pasok pangan yang tangguh memastikan keamanan pangan dalam situasi geopolitik yang semakin bergejolak.Kata Kunci: Gangguan geopolitik, kebijakan, ketahanan, manajemen risiko, rantai pasok pangan

    Analysis of Dairy Supply Chain Practices and Their Impact on Food Loss in Banyumas Regency, Indonesia

    Get PDF
    AbstractFood loss in the dairy supply chain is a challenge that impacts the production efficiency and sustainability of the livestock industry. This study aimed to analyze the effect of supply chain practices, including milking, inventory, transportation, and communication, on food loss in the dairy supply chain in Banyumas Regency, Indonesia. This study used a quantitative approach with multiple linear regression analysis based on data from 46 dairy farmers. The results showed that only transportation significantly affected food loss with a regression coefficient of -0.450 and a p value of 0.004. Poor road infrastructure, inefficient transportation, and inadequate delivery support equipment contributed to milk loss during distribution. Although milking, inventory, and communication did not show significant effects, these practices are still important in maintaining milk quality. Farmers are advised to improve milking hygiene, improve storage systems, and strengthen stakeholder coordination. The implications of this study indicate that reducing food loss can improve milk production efficiency, maintain supply stability, and support farmer welfare. Further studies are recommended to expand the research scope to cooperatives and processing industries to obtain a more comprehensive picture of the dairy supply chain.Keywords: Banyumas Regency, distribution efficiency, food loss, milk supply chain, transportation AbstrakFood loss dalam rantai pasok susu merupakan tantangan yang berdampak pada efisiensi produksi dan keberlanjutan industri peternakan. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh praktik rantai pasok, yang mencakup pemerahan, persediaan, transportasi, dan komunikasi, terhadap food loss dalam rantai pasok susu di Kabupaten Banyumas, Indonesia. Studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi linier berganda berdasarkan data dari 46 peternak sapi perah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya transportasi yang berpengaruh signifikan terhadap food loss dengan koefisien regresi -0,450 dan p value 0,004. Infrastruktur jalan yang buruk, ketidakefisienan alat transportasi, dan alat pendukung pengiriman yang kurang berkontribusi terhadap kehilangan susu selama distribusi. Meskipun pemerahan, persediaan, dan komunikasi tidak menunjukkan pengaruh signifikan, praktik-praktik ini tetap penting dalam menjaga kualitas susu. Peternak disarankan meningkatkan kebersihan pemerahan, memperbaiki sistem penyimpanan, dan memperkuat koordinasi antar pemangku kepentingan. Implikasi penelitian ini menunjukkan bahwa pengurangan food loss dapat meningkatkan efisiensi produksi susu, menjaga stabilitas pasokan, dan mendukung kesejahteraan peternak. Studi lanjutan disarankan untuk memperluas cakupan penelitian hingga ke koperasi dan industri pengolahan guna mendapatkan gambaran lebih menyeluruh tentang rantai pasok susu.Kata kunci: efisiensi distribusi, food loss, Kabupaten Banyumas, rantai pasok susu, transportas

    Determining the Location of Agro-Industry Development Based on Superior Aquaculture Commodities Using Geographic Information System (GIS)

    Get PDF
    Abstract The initial step in planning an agro-industry establishment is determining the type of superior commodities and the right industrial location. Identification of superior commodities and determination of location in coastal areas are still limited, even though the area has complex environmental conditions. This study aimed to identify superior commodities and determine potential locations for agro-industry. The research was conducted in Bekasi Regency, West Java, Indonesia. The methods used to identify advantages were Location Quotient and Shift Share. Determining industrial locations used the Geographic Information System (GIS) with the pairwise comparison method. The study results showed that the three main superior commodities in Bekasi Regency were seaweed, milkfish, and shellfish. The agro-industry potential location based on the analysis of industrial requirement parameters and by the Bekasi Regency Spatial Plan (SP) for the development of industrial areas was Cabangbungin District. The location meets the requirements in terms of proximity to energy sources, water sources, business centers/markets, accessibility to main roads, and the place's elevation and slope. The use of land cover with a potential land area by the location is 985.97 Ha. This study result can be used as a reference for policy considerations of decision-making systems for other coastal areas.Keywords: agro-industry, Bekasi Regency, GIS, leading commodities, potential location AbstrakPenentuan jenis bahan baku unggulan dan lokasi industri yang tepat merupakan langkah awal dalam perencanaan pendirian agroindustri. Identifikasi komoditas unggulan dan penentuan lokasi di wilayah pesisir masih terbatas, padahal daerah tersebut memiliki kondisi lingkungan yang bersifat kompleks. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi komoditas unggulan dan menentukan lokasi potensial agroindustri. Penelitian dilakukan di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Indonesia. Metode yang digunakan untuk identifikasi keunggulan adalah Location Quotion dan Shift Share. Penentuan lokasi industri menggunakan Geographic Information System (GIS) dengan metode pairwaise comparison. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga komoditas unggulan utama di Kabupaten Bekasi adalah rumput laut, bandeng, dan kerang. Lokasi potensial agroindustri berdasarkan analisis parameter syarat industri dan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bekasi untuk pengembangan kawasan industri adalah Kecamatan Cabangbungin. Lokasi tersebut memenuhi syarat dalam hal kedekatan sumber energi, sumber air, pusat bisnis/pasar, aksesbilitas jalan utama, serta ketinggian dan kelerengan tempat. Penggunaan tutupan lahan dengan luasan lahan yang potensial sesuai di lokasi tersebut adalah 985,97 Ha. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan pertimbangan kebijakan sistem pengambilan keputusan untuk wilayah pesisir lainnya.Kata kunci: agroindustri, GIS, Kabupaten Bekasi, komoditas unggulan, lokasi potensia

    Enhancing Consumer Engagement through Kansei Engineering: A Novel Approach to Sago Rice Packaging Design

    Get PDF
    AbstractThe purpose of this study was to produce a sago rice packaging design that suits consumer preferences using the Kansei Engineering method. This study employed a survey method and quantitative analysis. The Kansei words selected in this study included communicative, transparent, informative, practical, safe, brightly colored, attractive, innovative, size-appropriate, unique, strong, creative, distinctive, patterned, and protective of the product (15 words in total). The design elements and sub-elements identified from 10 samples of analog rice packaging were packaging materials (aluminum foil and plastic), labels (digital printing and stickers), packaging forms (standing pouches, side gusset pouches, and sachets), and colors (many colors (>3 colors), few colors (2-3 colors), and plain). The packaging design desired by consumers, based on conjoint analysis, reflected the Kansei words practical, attractive, innovative, unique, creative, distinctive, and patterned. Consumers preferred packaging made of aluminum foil, labeled with digital printing, in the form of a standing pouch, and featuring many colors (>3 colors).Keywords: Kansei Engineering, Kansei word, packaging design plan, sago rice AbstrakTujuan penelitian ini adalah menghasilkan rancangan desain kemasan beras sagu yang sesuai dengan keinginan konsumen menggunakan metode Kansei Engineering. Penelitian ini menggunakan metode survei dan analisis kuantitatif menggunakan metode Kansei Engineering. Kata Kansei yang terpilih pada penelitian ini adalah komunikatif, transparan, informatif, praktis, aman, berwarna terang, menarik, inovatif, ukuran sesuai kebutuhan, unik, kuat, kreatif, berciri khas, bermotif dan melindungi produk (15 kata). Elemen desain dan sub elemen desain yang dipilih berdasarkan identifikasi 10 sampel kemasan beras analog adalah bahan kemasan terdiri dari aluminium foil dan plastik, label kemasan terdiri dari digital printing dan stiker, bentuk kemasan terdiri dari standing pouch, side gusset pouch, dan sachet, dan warna kemasan terdiri dari banyak warna (>3 warna), sedikit warna(2-3 warna), dan polos. Desain kemasan yang diinginkan konsumen berdasarkan kombinasi yang muncul dari hasil conjoint analysis menggambarkan kata kansei praktis, menarik, inovatif, unik, kreatif, berciri khas, dan bermotif dan kemasan dengan bahan aluminium foil, berlabel digital printing, berbentuk standing pouch, dan terdiri banyak warna (>3 warna).Kata kunci: Beras sagu, Kansei Engineering, kata Kansei, rancangan desain kemasan 

    Laney P' Chart Effectiveness in Quality Control of Cigar Production

    Get PDF
    AbstractThis study aimed to evaluate the effectiveness of Laney p' chart in overcoming the limitations of conventional p-chart in cigar quality control, especially in handling overdispersion of production data. Overdispersion often occurs in agricultural processes with large sample sizes, resulting in narrow control limits and false alarms. The study was conducted at PT Taru Martani, using cigar quality data from three main production units from August 2021 to July 2022. A quantitative descriptive approach was used to analyze the proportion of product defects. Initial analysis with conventional p-chart showed that 29,140 units in the Cocoon Unit, 23,602 units in the Rolling Unit, and 5,987 units in the Dry Cigar Unit were out of control due to overdispersion. After the Laney p' chart application, the control limits were expanded to 234.7%, significantly reducing false alarms and increasing sensitivity to actual variations in the data. The analysis showed that Laney p' chart was more effective in identifying relevant process variations. The process in the Dry Cigar Unit continued to show instability, likely due to humidity and raw material quality fluctuations. These findings highlight the importance of environmental control and raw material stability in maintaining product quality. This study provided practical contributions to the quality control of high-value agricultural products. It is recommended that further studies explore the integration of other statistical methods and study deeply the relationship between external factors and product quality.Keywords: Agricultural products, cigars, Laney p' chart, overdispersion, quality control AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas Laney p' chart dalam mengatasi keterbatasan p-chart konvensional pada pengendalian mutu cerutu, khususnya dalam menangani overdispersi data produksi. Overdispersi sering kali muncul dalam proses agrikultur dengan ukuran sampel besar, menghasilkan batas kendali yang sempit dan alarm palsu. Studi dilakukan di PT Taru Martani, menggunakan data mutu cerutu dari tiga unit produksi utama selama Agustus 2021 hingga Juli 2022. Pendekatan deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis proporsi kecacatan produk. Analisis awal dengan p-chart konvensional menunjukkan bahwa 29.140 unit di Unit Kepompong, 23.602 unit di Unit Pelintingan, dan 5.987 unit di Unit Cerutu Kering berada di luar kendali akibat overdispersi. Setelah penerapan Laney p' chart, batas kendali diperluas hingga 234,7%, mengurangi alarm palsu secara signifikan dan meningkatkan sensitivitas terhadap variasi nyata dalam data. Hasil analisis menunjukkan Laney p' chart lebih efektif dalam mengidentifikasi variasi proses yang relevan. Proses di Unit Cerutu Kering, misalnya, tetap menunjukkan ketidakstabilan, kemungkinan akibat fluktuasi kelembaban dan kualitas bahan baku. Temuan ini menyoroti pentingnya pengendalian lingkungan dan stabilitas bahan baku dalam menjaga mutu produk. Penelitian ini memberikan kontribusi praktis dalam pengendalian mutu produk agrikultur bernilai tinggi. Disarankan agar studi lanjutan mengeksplorasi integrasi metode statistik lain dan mempelajari hubungan lebih dalam antara faktor eksternal dengan mutu produk.Kata kunci: Cerutu, Laney p' chart, overdispersi, pengendalian mutu, produk agrikultu

    Analysis of Supply Chain Performance Improvement in the Fish Processing Industry

    Get PDF
    Abstract This study aims to identify the supply chain condition of the red snapper fish processing industry, assess the supply chain performance, and recommend performance improvements based on the performance measurement results. The study was conducted in Brondong District, Lamongan Regency, East Java, Indonesia. The methods used are the Supply Chain Operations Reference (SCOR) model and the Analytical Hierarchy Process (AHP), which measure effectiveness and efficiency parameters. Data were collected through interviews and field observations with expert respondents representing fishermen, collectors, and the fish processing industry. The results showed that the supply chain performance of the fishermen, collectors, and fish processing industry was 67.52% (poor), 88.11% (average), and 95.09% (excellent). The low performance was mainly in the fish catch composition accuracy and raw material handling practices. Root cause analysis was conducted to identify the leading causes, such as poor raw material quality, high raw material costs, and low cash-to-cash cycle time. Recommendations for improvement include handling raw materials training, using better cooling technology, and accelerating debt payments. Implementing lean supply chain management with the 5S system will improve operational efficiency and final product quality. Support from all stakeholders and government is essential for successfully implementing this strategy. Further study on the impact of lean implementation on environmental and social sustainability and exploration of new technologies for efficient fish handling and processing is needed.Keywords: AHP, lean supply chain, red snapper, SCOR, supply chain performance AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi rantai pasok industri pengolahan ikan kakap merah, menilai kinerja rantai pasok, dan merekomendasikan perbaikan kinerja berdasarkan hasil pengukuran kinerja. Penelitian dilakukan di Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Indonesia. Metode yang digunakan adalah model Supply Chain Operations Reference (SCOR) dan Analytical Hierarchy Process (AHP) yang mengukur parameter efektivitas dan efisiensi. Data dikumpulkan melalui wawancara dan observasi lapangan dengan responden pakar yang mewakili nelayan, pengepul, dan industri pengolahan ikan. Hasil penelitian menunjukkan kinerja rantai nelayan, pengepul dan industri pengolah ikan berturut-turut adalah 67,52% (sangat kurang), 88,11% (sedang), dan 95,09% (sangat baik). Kinerja yang rendah terutama pada ketepatan jenis ikan dan penanganan bahan baku. Analisis akar masalah dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab utama, seperti kualitas bahan baku rendah, biaya bahan baku tinggi, dan siklus kas-ke-kas lama. Rekomendasi perbaikan mencakup pelatihan penanganan bahan baku, penggunaan teknologi pendinginan yang lebih baik, dan percepatan pembayaran utang. Implementasi lean supply chain management dengan metode 5R diharapkan meningkatkan efisiensi operasional dan kualitas produk akhir. Dukungan dari semua pemangku kepentingan dan pemerintah sangat penting untuk keberhasilan penerapan strategi ini. Penelitian ini menyarankan kajian lebih lanjut tentang dampak implementasi lean terhadap keberlanjutan lingkungan dan sosial dan eksplorasi teknologi baru untuk efisiensi penanganan dan pengolahan ikan.Kata kunci: AHP, ikan kakap merah, kinerja rantai pasok, lean supply chain, SCO

    196

    full texts

    256

    metadata records
    Updated in last 30 days.
    Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri (University of Brawijaya) is based in Indonesia
    Access Repository Dashboard
    Do you manage Open Research Online? Become a CORE Member to access insider analytics, issue reports and manage access to outputs from your repository in the CORE Repository Dashboard! 👇