2 research outputs found

    Identifikasi Protein Spesifik Sebagai Biomarker Diagnosa Awal Kebuntingan Pada Urin Sapi Po Betina

    No full text
    Diagnosis awal kebuntingan berperan dalam mengurangi hilangnya waktu produksi pada sapi dan membantu efisiensi reproduksi, yaitu melalui biomolekul seperti steroid, prostaglandin, dan protein yang diproduksi selama kebuntingan oleh janin atau plasenta. Early Pregnancy Factor (EPF) merupakan salah satu protein yang hadir dalam maternal sapi 48 jam sampai 7 hari setelah fertilisasi. Peran penting EPF yaitu untuk implantasi dan diduga keluar dari urin sapi bunting yang dikembangkan sebagai diagnosa kebuntingan, salah satunya adalah PAG. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi profil protein spesifik dalam urin pada sapi PO dengan umur kebuntingan berbeda dan mengetahui gambaran sitologi vagina untuk diagnosis kebuntingan dini. Penelitian ini dilaksanakan di Kandang Percobaan Lolitsapi, peternakan rakyat Desa Nguling dan Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya. Penelitian ini menggunakan sampel 42 ekor induk sapi PO dengan status fisiologis estrus, bunting (hari ke-5, 16, 22, dan 60 pasca IB), dan sapi tidak bunting. Identifikasi protein dengan metode SDS-PAGE, analisis western blot (WB) pada urin untuk mengidentifikasi ekspresi protein spesifik dengan berat molekul (BM) tertentu selama proses kebuntingan. Selain itu, dilakukan ulas vagina untuk mengetahui gambaran sitology epitel vagina pada sapi PO di fase estrus sampai bunting hari ke-5, ke-16, ke-22, dan ke-60. Parameter yang diamati yaitu profil protein pada sapi PO bunting dengan umur kebuntingan yang berbeda dan persentase sel epitel vagina (sel superfisial, sel intermediet, dan sel parabasal) pada kondisi estrus sampai bunting. Analisa data dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teridentifikasi empat belas total pita protein yang berbeda pada sampel urin sapi bunting, namun tidak muncul di sapi estrus dan tidak bunting. Band protein yang muncul mempunyai berat molekul pada kisaran 39,9–63.0 kDa, yang dapat digunakan sebagai biomarker diagnosa kebuntingan dini pada sapi. Band protein prominen pada rentang berat molekul tersebut, yang diduga sebagai pregnancy associated glycoprotein (PAG) dan Manan binding lectin. Hasil analisis western blot antibodi anti-PAG dan anti-Lectin dapat mengenali pita protein tersebut pada umur kebuntingan hari ke-5 dan ke-16, sedangkan pada kondisi estrus dan tidak bunting tidak ditemukan. Hasil pemeriksaan swab epitel vagina menunjukkan pada sapi PO fase estrus persentase sel superfisialis 56.27±6.49%, lebih besar dibandingkan sel intermiediet 26.23±7.98%, kemudian sel parabasal 17.50±4.73%. Sedangkan pada sapi PO yang sedang bunting hari ke-5 didominasi sel epitel intermediet 56.60±0.89%, meningkat terus pada hari ke-22 77.19±5.25% sampai hari ke-60 yaitu 80.43±1.31%. Sedangkan dari hasil pengamatan sel superfisial yaitu kebuntingan hari ke-5 (41.78±0.90%), ke-16 (42.62±0.82%), ke-22 (22.11±4.95%), dan ke-60 (18.09±1.30%). Pada sel parabasal 2 berturut-turut dari hari ke-5 sampai ke-60 yaitu 1.62±0.31%; 0.72±0.69%; 0.70±0.68%; dan 1.48±0.04%. Kondisi tersebut dapat digunakan sebagai tanda bahwa selama proses kebuntingan ditemukan banyak sel intermediet. Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa diagnosis kebuntingan dapat dilakukan dengan mengetahui protein spesifik dengan berat molekul 39-9 sampai 63,0 kDa dan bersifat imunogenik serta perubahan sel epitel vagina yang diekspresikan pada umur kebuntingan yang berbeda. Hal tersebut diduga terdapat keterlibatan selama fase kebuntingan seperti implantasi, pembentukan, dan pemeliharaan fetus sehingga dapat digunakan sebagai kandidat biomarker dalam diagnosis awal kebuntinga

    Kehidupan Masyarakat Etnis Tionghoa dan Arab Dalam Perspektif Sejarah Perdagangan di Kota Palembang

    No full text
    The background in this research is about the history of the ethnic Chinese and Arabs in Palembang due to trade in the past that led to relations with the Malay community. The purpose of this study was to determine the life of the Chinese and Arab ethnic communities in the perspective of the history of trade in Palembang City. The method in this research is the historical research method. In this historical research method, there are steps that include: Heuristics (collection of sources) obtained from the results of journal and scientific book reviews, then criticism which consists of external criticism and internal criticism), the data that has been criticized is then adjusted to be suitable for use. in writing scientific articles, the last step is hirtoriography, namely writing history from the results of these sources into scientific writing. The results and discussion are the social life of the Chinese and Arab communities in Palembang, namely the Chinese and Arab communities in Palembang can develop well. Social interaction with the Malay community and other immigrant communities is well maintained. This good relationship creates cultural acculturation through marriage ties with the local community which gives birth to a new culture. Meanwhile, the relationship between the local community and the ethnic Chinese and Arab communities in Palembang was created because of good communication and both as social beings to need each other. Various sentiments against the Chinese and Arab communities over time can be avoided. People can live in peace and harmony by helping the prosperity of the city of Palembang as a city that maintains local history and traditions. The conclusion is that the Malay community can coexist with other ethnic groups that develop in the city of Palembang. This harmonious life is marked by cultural acculturation which adds to the uniqueness of the city of Palembang today.)Latar belakang dalam penelitian ini adalah tentang sejarah adanya etnis Tionghoa dan Arab di Palembang akibat perdagangan di masa lalu yang menimbulkan hubungan dengan masyarakat Melayu. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kehidupan masyarakat etnis Tionghoa dan Arab dalam perspektif Sejarah perdagangan di Kota Palembang. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian Sejarah. Dalam metode penelitian Sejarah ini memiliki langkah-langkah yang meliputi: Heuristik (pengumpulan sumber) yang didapatkan dari hasil review jurnal dan buku ilmiah, selanjutnya kritik dimana terdiri dari kritik eksternal dan kritik internal), data yang telah dikritik tersebut kemudian disesuaikan agar layak untuk digunakan dalam penulisan artikel ilmiah,langkah terakhir adalah hirtoriografi yaitu penulisan sejarah dari hasil sumber tersebut menjadi tulisan ilmiah. Hasil dan pembahasan adalah kehidupan sosial masyarakat Tionghoa dan Arab di Palembang yaitu masyarakat Tionghoa dan Arab di Palembang dapat berkembang dengan baik. Interaksi sosial dengan masyarakat Melayu dan masyarakat pendatang lainnya terjaga dengan baik. Hubungan yang baik ini menciptakan akulturasi budaya melalui ikatan pernikahan dengan masyarakat lokal yang melahirkan kebudayaan baru. Sedangkan hubungan masyarakat lokal dengan masyarakat Etnis Tionghoa dan Arab di Palembang adalah tercipta karena adanya komunikasi yang baik dan sama-sama sebagai makhluk sosial untuk saling membutuhkan. Berbagai sentimen terhadap masyarakat Tionghoa dan Arab seiring berjalannya waktu dapat dihindari. Masyarakat dapat hidup dengan tenang dan rukun dengan membantu kemakmuran Kota Palembang sebagai Kota yang menjaga Sejarah dan tradisi lokal. Simpulannya adalah masyarakat Melayu dapat berdampingan dengan suku bangsa lain yang berkembang di Kota Palembang. Kehidupan yang rukun ini ditandai dengan adanya akulturasi budaya yang menambah kekhasan Kota Palembang saat ini
    corecore