Abstract: This article is a result of a history research relying on informants and documents for the larger part of its data. The Madrasah Al Qismul Ali Jalan Ismailiyah Medan was established by Al Jam’iyatul Washliyah in 1953, to cater for the education of young ‘ulamâ’ applying a curriculum almost solely based on Islamic classical books (known popularly as kitab kuning). This madrasa was very successful in fulfilling its mission and was celebrated as an‘ulamâ’-producing institution until mid-1980s. Madrasah Al Qismul Ali strives to combine its old winning curriculum with the new state-sponsored one. After some decades, it is clear that this strategy is not working to expectation. The madrasa fails to deliver graduates of the same quality as it did. Apparently what is left of classical book in the curriculum is not sufficient to prepare younger generation of ‘ulamâ’.Abstrak: Artikel ini didasarkan pada sebuah penelitian sejarah yang terutama mengandalkan data informan dan dokumen. Madrasah Al Qismul Ali Jalan Ismailiyah Medan didirikan oleh Al Jam’iyatul Washliyah pada 1953, dengan visi mendidik calon ulama dengan pembelajaran berbasis kitab kuning. Madrasah ini sangat sukses menjalankan misinya dan terkenal sebagai produsen ulama sekurang-kurangnya hingga pertengahan 1980an. Madrasah Al Qismul Ali berjuang untuk memadukan dua kurikulum sekaligus: kurikulum lama berbasis kitab kuning dan kurikukum baru versi pemerintah. Setelah beberapa dekade, terlihat bahwa siasat pemaduan kurikulum tidak dapat menghasilkan alumni sebagaimana sebelumnya. Porsi pembelajaran kitab kuning yang dikurangi ternyata tidak memadai untuk melahirkan bibit ulama.Keywords: Qismul Ali, kitab kuning, ‘ulamâ’ training, madrasa