Jawara merupakan warisan budaya yang dikonstruksi sebagai bagian dari identitas masyarakat Banten. Dengan teoriInteraksi simbolik dimana ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (mind), mengenai diri (self) dan hubungannya di tengah interaksi sosial dan tujuan akhir memediasi serta mengintrepretasi makna di tengah masyarakat (society) dimana individu itu menetap. Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang diamati. Sedangkan metode etnografi komunikasi digunakan untuk mengetahui pola-pola komunikasi kelompok yang diwakilkan oleh unit-unit etnografi komunikasi yaitu situasi, peristiwa dan tindakan. Melalui Metode Etnografi Komunikasi dengan tiga unit analisis yaitu situasi komunikasi, peristiwa komunikasi dan tindakan komunikasinya ditemukan citra negatif jawara pada mulanya merupakan pelabelan kepada orang-orang yang melakukan perlawanan terhadap kolonial, tidak sesuai dengan makna awalnya yaitu sebagai murid kiyai atau “tentarane Kiyai”. Sebuah lingkaran interaksi dapat menggerakkan mereka yang didefinisikan berbeda atau menyimpang untuk berpikiran atau berperilaku seperti yang dituduhkannya itu dimana jawara lebih dikenal sebagai subkuktur kekerasan, hal ini bagian dari identitas budaya Banten menjadikan posisi dan peranan jawara di sangat tinggi dimana dalam proses komunikasinya mereka kebanyakan berinteraksi dengan simbol-simbol kejawaraannya