Modifikasi Pendekatan Frontier Data Envelopment Analysis (DEA) Untuk Menilai Efisiensi Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) Dalam Program Pengembangan Ekonomi Kawasan (PPEK) Di Jawa Timur: Laporan Hasil Penelitian Fundamental

Abstract

Program Pengembangan Ekonomi Kawasan merupakan salah satu program pengentasan kemiskinan dan penanganan pengangguran yang ditekankan pada sektor riil berbasis potensi aktual kawasaan. Pengembangan Ekonomi Kawasan menekankan pada upaya pendayagunaan sumber daya ekonomi yang berfokus pada keterkaitan dan ketergantungan antara pelaku dalam jaringan kerja produksi sampai dengan jasa pelayanan dan upaya-upaya inovasi, pengembangannya dalam bentuk: upaya penggalian, sumber daya potensial, pengembangan industri, perdagangan, jasa serta investasi lainya yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan peningkatan masyarakat miskin. Penelitian ini berusaha menetapkan variabel input dan output untuk menilai efisiensi pada instansi BKAD yang merupakan lembaga yang dibentuk melalui Program Pengembangan Ekonomi Kawasan (PPEK). Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana tingkat efisiensi operasional BKAD di Jawa Timur berdasarkan teknik Data Envelopment Analysis (DEA)? ; (2) BKAD manakah yang memiliki tingkat efisiensi terbaik (best practice) di Jawa Timur? ; dan (3) Faktor-faktor apakah yang menjadi determinan tingkat efisiensi BKAD di Jawa Timur?. Berdasarkan pada permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk menganalisis tingkat efisiensi operasional BKAD di Jawa Timur ; (2) Untuk menganalisis BKAD yang memiliki tingkat efisiensi terbaik (best practice) di Jawa Timur dan (3) Untuk menganalisis faktor-faktor yang menjadi determinan tingkat efisiensi BKAD di jawa Timur. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran teoritis dan praktis khususnya berkaitan dengan program-program pemberdayaan masyarakat yaitu: memberikan masukan-masukan terhadap kebijakan pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja sektor pedesaan, memberikan masukan tentang kebijakan pengembangan usaha ekonomi produktif pedesaan, dan memberikan masukan tentang kebijakan pengembangan BKAD. Metode analisis menggunakan Data Envelopment Analysis yang dimodifikasi sesuai dengan karakteristik BKAD. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan intermediasi yang memandang sebuah institusi finansial sebagai intermediator yang merubah dan mentransfer aset-aset finansial dari unit-unit surplus menjadi unit-unit defisit. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh BKAD di propinsi Jawa Timur yang berdiri sejak tahun 2005 yaitu sebanyak delapan BKAD di delapan kabupaten di Propinsi Jawa Timur. Teknik penarikan sampel adalah sesus. Data yang dianalisis adalah laporan keuangan BKAD tahun 2006, yaitu tepat 1 tahun beroperasinya BKAD atau pada saat institusi tersebut berada dalam tahap penguatan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik Dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada model 1 digunakan konfigurasi variabel output : (a) pendapatan bunga simpan pinjam, (b) Pendapatan kemitraan, (c) Pendapatan Swakelola dan (4) Pendapatan administrasi pinjaman. Penggunaan konfigurasi output ini dengan mempertimbangkan fungsi BKAD sebagai lembaga keuangan mikro yang bertindak sebagai lembaga intermediasi bagi sektor ekonomi produktif. Sehingga dengan menggunakan konfigurasi output yang demikian maka kinerja operasional dari BKAD dapat dinilai secara tepat. Dari model pertama terdapat 2 (dua) BKAD yang secara relatif tidak efisien. Ketidakefisienan tersebut dapat diperbaiki dengan melakukan pengurangan terhadap input yang dupakai atau dengan meningkatkan outputnya. Sementara pada model kedua merupakan bentuk penilaian kinerja terhadap BKAD dalam hal mengukur dampak yang dirasakan masyarakat atas pelaksanaan program. Indikator output yang ditunjukkan dalam model 2 akan mengarah pada aspek jangkauan layanan yang dapat diberikan oleh BKAD kepada masyarakat beserta tolok ukur dampak yang dijadikan alat ukur bagi keberhasilan program. Hasil analisis menunjukan dari kedelapan BKAD hanya terdapat satu BKAD yang berdasarkan model 2 berada dalam kondisi yang tidak efisien. Berdasarkan hasil analisis dari model 1 dan model 2 terdapat perbedaan dalam hal BKAD yang berada dalam kondisi yang tidak efisien. Hal ini akan memberikan petunjuk bahwa meskipun secara fungsi intermediasi sebuah BKAD telah berjalan secara efisien namun dalam konteks dampak kinerja BKAD terhadap tolok ukur keberhasilan program belum tentu efisien secara relatif

    Similar works