Uji Karakteristik Beras Tiruan Berbasis Mocaf (Modified Cassava Flour) (Kajian Proporsi Mocaf Dengan Tepung Kedelai Dan Penambahan Tapioka

Abstract

Salah satu teknologi yang sedang berkembang pada program diversifikasi pangan dewasa ini adalah beras tiruan. Beras tiruan merupakan beras yang dibuat dari bahan non padi dengan kandungan karbohidrat mendekati atau melebihi beras yang terbuat dari tepung lokal atau tepung beras. Penelitian ini menggunakan mocaf (modified cassava flour), tepung kedelai, dan tapioka sebagai bahan baku dalam proses pembuatan beras tiruan. Penelitian ini disusun menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari dua faktor. Faktor I adalah proporsi mocaf : tepung kedelai yang terdiri dari 3 level (60:40, 70:30, dan 80:20) dan faktor II adalah penambahan tapioka yang terdiri dari 3 level (1%, 2% dan 3%). Data yang diperoleh dianalisa menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) kemudian dilanjutkan menggunakan uji BNT. Data hasil uji organoleptik dianalisa menggunakan uji Hedonic Scale Scoring, jika terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan menggunakan uji DMRT, sedangkan untuk menentukan perlakuan terbaik menggunakan metode indeks efektivitas (De Garmo). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan terbaik dari sifat fisik dan organoleptik didapatkan pada kombinasi perlakuan perbandingan komposisi mocaf dengan tepung kedelai adalah 80 : 20 dengan penambahan tepung tapioka sebesar 2% (M3T2). Dari kombinasi perlakuan tersebut didapatkan nilai dari sifat fisik yang meliputi daya rehidrasi sebesar 93,167%, volume pengembangan sebesar 330,913%, densitas kamba sebesar 0,722 gr/cm3, dan rendemen sebesar 66,287%. Sedangkan dari sifat organoleptik diketahui tingkat rerata kesukaan yang meliputi warna sebesar 4,300 (netral), aroma sebesar 5,25 (agak suka), dan kenampakan sebesar 5,85 (agak suka). Kandungan kimia dari perlakuan terbaik yang diperoleh tidak berbeda jauh dengan kandungan beras asli berdasarkan literatur. Dimana kandungan karbohidrat beras tiruan perlakuan terbaik adalah sebesar 72,06% sedangkan kandungan karbohidrat beras asli berdasarkan literatur adalah sebesar 78,06%. Kandungan protein dari beras tiruan perlakuan terbaik adalah sebesar 10,20%. Lebih tinggi dibanding kandungan protein beras asli berdasarkan literatur yang sebesar 6,8%. Hal ini menunjukkan dari sisi kandungan produk beras tiruan yang dilakukan dalam peneiltian ini termasuk dalam kategori layak untuk dikonsumsi. Tingkat penerimaan panelis terhadap nasi yang dimasak dari beras tiruan perlakuan terbaik masih di bawah tingkat penerimaan panelias terhadap nasi yang dimasak dari beras asli. Dimana dari sisi warna, aroma, tekstur dan rasa berturut-turut tingkat kesukaan panelis pada nasi tiruan adalah sebesar 5,05 (agak suka), 4,75 (netral), 4,85 (netral), dan 4,95 (netral). Sedangkan tingkat kesukaan panelis terhadap nasi asli adalah sebesar 6,45 (suka), 6,3 (suka), 6,5 (suka), dan 6,5 (suka). Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa nasi tiruan dari kombinasi perlakuan terbaik masih dapat diterima meskipun tingkat kesukaan atau penerimaanya masih di bawah nasi yang terbuat dari beras asli

    Similar works