Suatu permasalahan yang sering dihadapi dalam pemodelan untuk meramalkan curah
hujan seperti di Indramayu yakni adanya data hilang, data pencilan, dan keragaman curah
hujan yang tinggi. Adanya keragaman curah hujan yang tinggi dapat diatasi dengan melakukan
pewilayahan curah hujan. Pewilayahan curah hujan menghasilkan 3 wilayah, wilayah 1 terdiri
atas stasiun Anjatan, Bugel, Tulung Kacang, Karang Asem, Lawang Semut, Wanguk, Gabus
Wetan, Cikedung, Kroya, Sukadana, Sumur Watu, Tugu, Bondan; wilayah 2 terdiri atas stasiun
Salamdarma dan Gantar ; wilayah 3 terdiri atas stasiun Cidempet, Losarang, Bangkir,
Indramayu, Jatibarang, Juntinyuat, Kedokan Bunder, Lohbener, Sudi Mampir, Krangkeng, dan
SudiKampiran. Berdasarkan pewilayahan tersebut dapat ditentukan model aditif Vector
Autoregressive Exogenous (VARX) ordo 1 atau VARX (1) yang pemodelannya difokuskan pada
Wilayah 2 dan dapat meramalkan curah hujan 1 bulan ke depan. Model aditif VARX (1)
dikembangkan dari model VARX (1), fungsi smoothing spline dan peubah indikator curah
hujan. Model VARX (1) dikembangkan dari model Vector Autoregressive (VAR (1)) dengan
menambahkan faktor-faktor (eksogen) yang diduga mempengaruhi curah hujan yakni Sea
Surface Temperature (SST) Nino 3.4, Indeks Osilasi Selatan (SOI), dan indeks Dipole Mode
(DMI). Keandalan model aditif VARX di stasiun Salam Darma dan Gantar dievaluasi dengan
kurva Relative Operating Characteristics (ROC). Hasil ROC menunjukkan bahwa model handal
pada bulan Januari hingga April, November, Desember. Model akan optimal jika senantiasa
dilakukan penambahan data baru.
Kata kunci : smoothing spline, peubah indikator, VAR, VARX, aditif VARX, ROC