unknown

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN, PMO, PELAYANAN KESEHATAN, DUKUNGAN KELUARGA DAN DISKRIMINASI DENGAN PERILAKU BEROBAT PASIEN TB PARU

Abstract

Tuberkulosis Paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis masih menjadi masalah kesehatan serius yang dialami oleh beberapa negara berkembang termasuk Indonesia. Global Report WHO 2010 mencatat Indonesia merupakan negara penyumbang kasus TB Paru terbesar kelima di dunia setelah India, Cina, Afrika Selatan dan Nigeria. Perilaku berobat yang tidak teratur merupakan faktor penyebab kegagalan dalam mencapai kesembuhan.\ud Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara pekerjaan, pengawas menelan obat (PMO), pelayanan kesehatan, dukungan keluarga dan diskriminasi dengan perilaku berobat pasien TB Paru di Puskesmas Batua dan Puskesmas Tamamaung Kota Makassar Tahun 2010-2012. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan ???Case Control Study???, di mana variabel independen diduga sebagai faktor yang mempengaruhi variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pekerjaan, peran PMO, pelayanan kesehatan, dukungan keluarga dan diskriminasi. Sedangkan variabel dependen adalah perilaku berobat pasien TB Paru. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Exhaustive Sampling sehingga memperoleh jumlah sampel 74 orang. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistic Odds Ratio (OR) untuk melihat besaran risiko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan (OR=0.617, LL-UL=0.221-1.720) dan pelayanan kesehatan (OR=0.593, LL-UL= 0.216-1.629) bukan merupakan faktor risiko terhadap perilaku berobat pasien TB Paru. Sedangkan peran PMO (OR=3.636, LL-UL =1.225-10.790), dukungan keluarga (OR=3.039, LL-UL=1.079-8.564) dan diskriminasi (OR =2.974, LL-UL=1.063-8.318) merupakan faktor risiko terhadap perilaku berobat pasien TB Paru.\ud Disarankan kepada kedua puskesmas bahwa perlunya petugas kesehatan aktif dalam upaya peningkatan keteraturan pengobatan pasien TB Paru dengan melakukan kerjasama dengan keluarga penderita sebagai bentuk dukungan dan pengawasan terhadap pengobatan penderita serta melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar memahami penyakit TB Paru. Bagi penderita TB Paru, diharapkan teratur berobat sehingga tidak terjadi kegagalan pengobatan yang berakibat timbulnya resistensi terhadap obat dan sumber penularan aktif

    Similar works