This paper discusses about painting henna on bride’s and groom’s hands and feet as a condition of wedding ceremony in the process of marriage in the village of Kuta Tinggi Aceh. Based on a fieldwork research, it has been discovered that the henna painting is a tradition of the village for the bride and groom to apply. It aims to give physical identity of the bride and groom as new couples of marriage. Various shapes and motifs of the painting give particular symbols indicating the members of community involved in the wedding ceremony. For the bride and groom, it indicates commitement of this new couple of marriage to build a new family with full responsibilities.Tulisan ini membahas tentang memakai hiasan hine (henna) di tangan dan kaki bagi pasangan pengantin pada masyarakat Desa Kuta Tinggi Aceh. Memakai hine tersebut bisanya dilakukan pada saat pernikahan (walimat al-‘ursy). Berdasarkan penelitian empiris yang telah dilakukan, dapat dinyatakan bahwa menggunakan hiasan henna bagi sepasang pengantin pada masyarakat Desa Kuta Tinggi Aceh merupakan bagian dari budaya mereka. Penggunaan henna ini bertujuan untuk memberikan tanda fisik bagi pasangan yang baru menikah. Lebih dari itu, berbagai bentuk dan motif yang dilukiskan pada kaki dan tangan mereka menunjukkan pihak dan komunitas yang terlibat dalam upacara perkawinan yang mereka lakukan. Lebih dari itu, bagi sepasang pengantinnya, lukisan henna tesebut juga berisi pesan akan komitmen mereka sebagai sepasang suami isteri dalam membangun rumah tangga dengan penuh tanggung jawab.