1,502 research outputs found

    PENGGUNAAN KATALIS BF3 DAN K2CO3 PADA SINTESIS POLIMER ESTER ASAM LEMAK SELULOSA (FACE) DARI MINYAK BIJI KARET (Hevea brasiliensis)

    Get PDF
    Polimer sintetik yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari memiliki beberapa kelemahan yaitu bersifat nonbiodegradable dan dibuat dari bahan baku nonrenewable. Oleh karena itu dibutuhkan polimer yang bersifat biodegradable dan dibuat dari bahan baku renewable, yaitu polimer ester asam lemak selulosa (FACE). Polimer FACE dengan asam lemak rantai pendek bersifat rapuh dan mempunyai kristalitas tinggi serta derajad elastisitas rendah sehingga perlu ditambahkan plasticizing agent. Penambahan asam lemak rantai panjang menyebabkan polimer tidak mudah mengalami kristalisasi sehingga sangat elastis, walaupun tanpa penambahan plasticizing agent. Polimer FACE dapat disintesis melalui reaksi transesterifikasi antara metil ester minyak biji karet dan selulosa. Produk transesterifikasi dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya katalis. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi minyak biji karet menjadi material yang lebih berguna dan menentukan pengaruh penggunaan katalis BF3 dan K2CO3 pada sintesis polimer FACE. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah isolasi minyak biji karet dengan metode sokhlet menggunakan pelarut n-heksana. Minyak biji karet kemudian dianalisis menggunakan GC-MS untuk mengetahui komposisi asam lemaknya. Tahap selanjutnya adalah transesterifikasi minyak biji karet untuk menghasilkan metil ester (FAME). Tahap terakhir adalah sintesis polimer FACE. Sintesis polimer FACE dengan katalis BF3 dilakukan suhu 45°C dengan variasi waktu reaksi 6 dan 9 jam, sedangkan dengan katalis K2CO3 dilakukan pada suhu 130°C dengan waktu reaksi selama 4 jam. Polimer yang terbentuk dianalisis menggunakan spektrofotometri FTIR. Hasil isolasi minyak biji karet mempunyai rendemen 41,74%. Berdasarkan analisis GC- MS, kandungan asam lemak minyak biji karet adalah asam palmitat (10,27%), asam linoleat (50,30%), asam elaidat ( 23,45%), asam stearat (10,01%) dan asam 11, 14- eikosadienoat ( 5,96%). FAME yang dihasilkan sebanyak 19,34 g. Polimer FACE dapat disintesis menggunakan katalis BF3 dan K2CO3. Hal tersebut ditunjukkan dari spektra FTIR yaitu munculnya puncak 1741 cm-1 ( C=O) yang diperkuat dengan puncak C – O – C ester pada 1164 cm-1. Polimer FACE yang dihasilkan menggunakan katalis BF3 memiliki derajad transesterifikasi sebesar 0,256 untuk waktu reaksi 6 jam dan 0,283 untuk waktu reaksi 9 jam, sedangkan menggunakan katalis K2CO3 sebesar 0,467 untuk waktu reaksi 4 jam

    Transesterifikasi In situ Biji Jarak Pagar Menggunakan Kavitasi Hidrodinamik

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses produksi biodiesel dari biji jarak pagar melalui proses transesterifikasi in situ menggunakan kavitasi hidrodinamik. Transesterifikasi in situ dilakukan pada kondisi: volume metanol 800 mL, temperatur proses 50oC, katalis kalium hidroksida 2 g, kandungan air biji jarak kurang dari 3% dan ukuran partikel biji jarak 0,355-1,18 mm. Hasil penelitian menunjukkan rendemen biodiesel tertinggi sebesar 35% yang dihasilkan dari proses transesterifikasi in situ biji jarak pagar menggunakan kavitasi hidrodinamik tanpa penambahan co-solvent diperoleh pada penggunaan waktu proses 120 menit dan rasio volume metanol terhadap berat biji jarak 16 (mL/g). Penggunaan co-solvent heksana terbukti dapat meningkatkan rendemen biodiesel yang dihasilkan dimana pada penambahan volume heksana sebanyak 95 mL diperoleh rendemen biodiesel sebesar 60%. Proses transesterifikasi in situ biji jarak menggunakan kavitasi hidrodinamik menghasilkan rendemen biodiesel yang lebih besar dibandingkan proses menggunakan pengaduk mekanik. Hasil analisis gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS) menunjukkan komponen terbesar dalam produk biodiesel adalah metil oleat

    Pemanfaatan Kulit Telur Ayam dan Abu Layang Batubara sebagai Katalis Heterogen untuk Reaksi Transesterifikasi Minyak Nyamplung (Calophyllum Inophyllum Linn)

    Full text link
    Padatan CaO telah berhasil dipreparasi dengan kalsinasi kulit telur ayam pada suhu 1000 ºC. Hasil karaterisasi dengan XRD dan SEM menunjukkan bahwa CaO yang dihasilkan memiliki pola difraktogram serta morfologi yang sama dengan CaO standar. Padatan CaO hasil preparasi tersebut ditanamkan pada permukaan abu layang dengan metode impregnasi, sehingga diperoleh katalis CaO/abu layang dan CaO/abu layang leaching. Hasil karakterisasi dengan SEM dan FTIR menunjukkan bahwa CaO menempel pada permukaan abu layang, serta membentuk ikatan Si-O-Ca dengan silika dari abu layang. Hasil uji katalis pada reaksi transesterifikasi minyak nyamplung dengan metanol menunjukkan bahwa kadar FAME paling besar dicapai oleh katalis 75CFAL, diikuti oleh katalis 75CFA, 50CFAL, CaO, dan 50CFA. Katalis CaO dengan pendukung abu layang menunjukkan aktivitas lebih tinggi dari pada katalis Ca

    Perbandingan Beberapa Metode Pembuatan Metil Ester Dalam Analisa Asam Lemak Dari Virgin Coconut Oil (Vco)

    Full text link
    PERBANDINGAN BEBERAPA METODE PEMBUATAN METIL ESTER DALAM ANALISA ASAM LEMAK DARI VIRGIN COCONUT OIL (VCO) Julius Pontoh1) dan Lita Makasoe1) 1)Program Studi Kimia FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115; e-mail: [email protected] ABSTRAK Transesterifikasi merupakan metode awal dalam analisa asam asam lemak dalan minyak dengan teknik kromatografi gas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari efisiensi diantara berbagai metode transesterifikasi dalam analisa asam asam lemak dalam minyak kelapa murni. Metode yang dipelajari meliputi transesterifikasi asam dan basa menurut Christie (1993), transesterifikasi asam dan basa menurut Laureles, at al. (2002) dan trasesterifikasi menurut IUPAC (1997). Hasil penelitian menunjukan bahwa diantara metode yang dipelajari hanya memberikan sedikit perbedaan waktu retensi dari asam asam lemak dengan berbagai erlakuan metode transesterifikasi. Metode IUPAC (1997) memberikan luas puncak yang lebih besar dari anatara metode yang dipelajari. Transesterifikasi basa dengan metode Christie (1992) memberikan persentasi luas area tertinggi untuk asam laurat, diikuti dengan transesterifikasi asam dengan metode Laureles, et al., 2002), tetapi untuk persentasi luas puncak dari asam kaprilat dan kaprat metode IUPAC (1997) menghasilkan persentasi luas luncak yang lebih besar. Dengan demikian, untuk analisa asam asam lemak dalam VCO, metode IUPAC (1997) adalah yang terbaik. Kata kunci: metil ester, VCO COMPARISON OF SOME METHODS IN MAKING METHYL ESTER OF FATTY ACID ANALYSIS FROM VIRGIN COCONUT OIL (VCO) ABSTRACT Transeterification is always the first step in analysis of fatty acid using gas chromatographic method. The goal of this research is to study the efisiency of the derivative methods for fatty acid analysis. The methods to be studied including acid and base transesterification (Christie, 1993), acid and base transesterification (Laureles, et al., 2002) and esterification (IUPAC, 1997). The results show that among the methods there are only slightly different in retention time. The IUPAC (1997) method showed higher peak area among the methods tested. The base transeterification by Christie (1993) produce the highest percentage peak area for the lauric acid followed by acid tranesterification by Laureles, et al. (2002). But for caprylic and capric acids, the esterification by IUPAC (1997) produce higher percentage of peak areas. Therefore, for the purpose of VCO\u27s fatty acid analysis, the IUPAC method should be the choice
    • …
    corecore