1,011 research outputs found

    Implementasi Peraturan Daerah Kawasan tanpa Rokok Kota Padang Panjang

    Full text link
    Latar belakang: 25,3% penduduk Kota Padang Panjang merokok setiap hari dan diperkirakan 91,9% diantaranya merokok di dalam rumah. Kawasan tanpa rokok menjadi cara alternatif untuk menurunkan prevalensi perokok dan mengurangi dampak merokok terhadap kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan peraturan daerah kawasan tanpa rokok di Kota Padang Panjang.Metode: Penelitian ini menggunakan desain mixed methods dengan rancangan sequential explanatory design. Data kuantitatif berasal dari masyarakat Kota Padang Panjang yang berusia 15-50 tahun dan tinggal sebelum/sejak tahun 2009 Sedangkan data kualitatif diperoleh dari pejabat pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan tokoh masyarakat. Hasil: Prevalensi perokok tidak menurun di Kota Padang Panjang. Komitmen terhadap peraturan daerah kawasan tanpa rokok mengalami penurunan akibat pergantian Walikota. Mayoritas responden (94%) mendukung peraturan, 90% perokok tidak merokok di kawasan tanpa rokok dan lebih dari 50% perokok tidak merokok di smoking room, seperti di pasar (82%) dan terminal (78%).Kesimpulan: Pemerintah dan masyarakat harus kerja sama agar penerapan peraturan daerah kawasan tanpa rokok menjadi lebih efektif. Pemerintah perlu meningkatkan sosialisasi peraturan, bahaya merokok di tempat-tempat umum lainnya

    Provider Initiative Test And Counseling (PITC) sebagai Upaya Perluasan Tes HIV pada Populasi Khusus

    Get PDF
    Latar belakang: Prevalensi HIV di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara terus meningkat dan menyebar hingga di populasi ibu rumah tangga. Dalam 7 tahun terakhir 21.6 % pasien HIV adalah ibu rumah tangga. Meski masih dalam level concentrated epidemic, angka ini telah menunjukkan meluasnya infeksi HIV pada masyarakat umum dan terlambatnya upaya pengendalian. Tes HIV sukarela untuk diagnosa tidak sebanding dengan laju epidemi HIV yang sangat cepat. PITC menjadi pilihan untuk menemukan sebanyak mungkin orang yang telah terinfeksi HIV pada populasi khusus dan memfasilitasi mereka untuk mendapatkan perawatan, dukungan dan pengobatan (PDP). Tujuan: Mengevaluasi input, proses dan output layanan PITC dalam meningkatkan jumlah orang di populasi khusus yang dites HIV dan mengetahui hasilnya. Hasil: Sasaran program adalah populasi khusus yang terdiri dari ibu hamil dan pasien dengan penyakit terkait HIV yang berkunjung ke puskesmas atau berada di wilayah kerja puskesmas yang mendapat pelayanan di posyandu atau kunjungan rumah pada 13 wilayah kerja puskesmas di Kota Kendari. Kegiatan meliputi: pemberian informasi tentang HIV, penawaran tes, tes HIV, penyampaian hasil tes dan konseling serta rujukan ke PDP jika hasil HIV positif. Pelaksana PITC adalah tim yang terdiri dari dokter, perawat, bidan, laboran dan Petugas RR. Simpulan: Terjadi peningkatan yang signifikan pada jumlah orang yang dites HIV dan mengetahui hasilnya melalui PITC di 15 puskesmas di Kota Kendari

    Faktor yang Memengaruhi Partisipasi Ibu Hamil Melakukan Skrining HIV di Puskesmas YOGYAKARTA

    Get PDF
    Factors affecting pregnant women's participation in HIV screening test in public health care centers of YogyakartaPurposeThis study aimed to explore the behavioral factors that influence pregnant women's participation in HIV testing in public health centers of Yogyakarta. MethodsThis research used quantitative and qualitative methods with a quantitative analytical descriptive design and cross-sectional observational approach to determine any association between independent variables and the dependent variable. Qualitative in-depth interviews were conducted to support the results of the quantitative research. ResultsResults showed 92.94% of respondents had been HIV tested with an average age of 25-34 years. Almost all pregnant women had an HIV test in a clinic although not all mothers have the knowledge, perceived susceptibility, perceived severity, and perceived benefits. While the exposure information, and support of health workers were high, and there was a perception of low resistance, since the HIV test is a test done by health workers and an initiative of the government program. ConclusionThis study recommends that counseling and information on HIV and HIV testing from health workers and support from related agencies are needed. Subsequent research could examine factors that affect healthcare workers' performance in providing education to health-care users

    Repressive cycles and identity conflicts in the chronicles of Elena Poniatowska

    Get PDF
    Relaciones entre la crónica de Indias y el nuevo discurso testimonial, desde la perspectiva del encuentro cultural. Enfrentamiento entre las diferentes culturas, cuyos signos de identidad plantea la escritora en obras como Fuerte es el silencio, Nada, nadie las voces del Temblor, o Amanecer en el Zócalo.The realtionships between the crónica de Indias and the new testimonial discourse from a cross cultural perspective. These cultural clashes appear in the works Fuerte es el silencio, Nada, nadie las voces del Temblor, or Amanecer en el Zócalo

    Efektivitas Konseling untuk Meningkatkan ASI Eksklusif pada Ibu Hamil di Tenggarong, Kutai Kartanegara

    Get PDF
    Effectiveness of counseling to increase exclusive breastfeeding practice among pregnant women in Tenggarong, Kutai KartanegaraPurposeThis research aimed to examine the effectiveness of breastfeeding counseling, to increase knowledge, attitudes, perception for behavioral control, intention and behavior of mothers in exclusive breastfeeding (EBF).MethodsA quasi-experiment study was conducted by comparing an experimental group (29 participants) and a control group (29 participants). The research was conducted in two public health center at different districts at Kutai Kartanegara. Respondents were pregnant women attending antenatal care. The independent variable was breastfeeding counseling, while dependent variables included knowledge, attitudes, perceived behavioral control, intention and behavior of mother on exclusive breastfeeding.ResultsBreastfeeding counseling during pregnancy increased knowledge about EBF. Counselling increased intentions to EBF as well. However, statistical analyses showed that counseling did not make changes to pregnant women's attitude, perceived behavioral control, and intention to provide EBF. Similarly, there was no difference regarding the behavioral control and attitude towards EBF.ConclusionCounseling increased knowledge and intention to EBF. However, knowledge and intention were not necessarily improved with behavior in terms of EBF. Further research is needed to improve educational techniques

    Studi Komparasi Perilaku Masyarakat dalam Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue terhadap Keberadaan Nyamuk sebagai Vektor

    Get PDF
    Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of the main public health problems in Indonesia. It canaffect all age groups and may lead to death especially in children. The data shows that DHF cases in KecamatanMantrijeron between January-June 2010 have reached the highest number of cases in past seven years, about94 cases. Kecamatan Mantrijeron has an increasing trend of DHF which make it possible for the occurrence ofan outbreak of DHF when no preventions are done. RW 17 Kelurahan Suryodiningratan and RW 02 KelurahanGedongkiwo are areas with highest prevalence. There are 8 and 9 cases in each area respectively.Objective: To compare community behavior in preventing the existence of mosquitoes that is a DHF vector in theenvironment of Kelurahan Suryodiningratan and Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron.Method: This research was a descriptive observational study, with cross-sectional retrospective study designin July-August 2010 in RW 17 Kelurahan Suryodiningratan and RW 02 Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron,Kotamadya Yogyakarta. The research target population was 379 head of family (HF) from RW 17 KelurahanSuryodiningratan and 360 HF from RW 02 Kelurahan Gedongkiwo. Samples used was 60 HF from RW 17Kelurahan Suryodiningratan and 66 HF from RW 02 Kelurahan Gedongkiwo (minimal sampling with P=0.5 were58 HF for RW 17 and 57 HF for RW 02). Sampling was done by random sampling with milestone technique, thebehavior questionnaire, and observational checklist of mosquito existence as the instrument. Independentvariables were six behavioral criteria; dependent variable was the existence of mosquitoes. Data analysis wasdone with bivariate analysis using relative risk (RR) and odds-ratio (OR).Results: Analysis result of correlation between behavior to existence of mosquitoes in RW 17 with RR andOR>1 are: 1. Not routinely inspecting larvae in water reservoir (RR=1.38 and OR=1.89) and 2. Not cleaning thebathtub once a week (RR=1.32 and OR=1.74). Analysis result of correlation between behavior to existence ofmosquitoes in RW 02 with RR and OR>1 are: 1. Not getting rid of bottles and cans (RR=1.66 and OR=3.89); 2. Notclosing all water reservoir (RR=3.21 and OR=17.55); 3. Not routinely inspecting larvae in water reservoir(RR=2.36 and OR=-); 4. The behavior of not cleaning the bathtub once a week (RR=2.07 and OR=-); 5. Thebehavior of not draining-up the bath tub when cleaning (RR=2.03 and OR=-); 6. The behavior of not brushingwater reservoir when cleaning (RR=1.94 and OR=-). The difference between both districts is the characteristicof RW 17 Kelurahan Suryodingratan that is abundant in trees as the rest area for mosquitoes and the riverbanksof RW 02 Kelurahan Gedungkiwo are filled with household wastes.Conclusion: There are differences in behavior in preventing mosquito existence in both RW 17 KelurahanSuryodiningratan and RW 02 Kelurahan Gedongkiwo. The population of Kelurahan Gedongkiwo regularly disposesbottles and cans, drains the bath tub when cleaning, brushes water reservoir when cleaning, closes all waterreservoir, inspects larvae in water reservoir and cleans the bathtub once a week to prevent mosquitoes. Thepopulation of Kelurahan Suryodiningratan inspects larvae in water reservoir and cleans the bathtub once aweek to prevent mosquitoes

    Obesitas sebagai Faktor Risiko Terjadinya Premenstrual Syndrome pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Pemerintah Kabupaten Kudus

    Get PDF
    Background: Emotional changes and physical disorders at premenstrual period are common among reproductive- age females. The problem might lead to decrease inworking productivity and ininterpersonal problems. Obese females (BMI> 30) are at higher risk of experiencing premenstrual syndromes. A preliminary study at Midwifery Academy in Kudus District had revealed the overweight and obesity prevalence of 13.72% and 11.87%. The figures were higher than the predicted obesity prevalence of 4.7% in the year 2000.Aim: The study was conducted to identify the relationship between body mass index and premenstrual syndrome.Methods: Cross sectional research was conducted to collect data from 371 students from Midwifery Academy in Kudus District. Univariate analysis was used to describe the frequency distribution. Bivariate analysis using chi-square for trend and chi square tests, as well as multivariate analysis with applied logistic regression model were used to assess the association between risk factors and premenstrual syndrome.Result: The chi-square for trend test showed odds ratios for premenstrual syndrome of 1.72 (95%CI=0.84-3.57), 3.96 (95%CI=1.62-9.80), and 9.78 (95%CI=3.53-27.94) among normal, overweight and obese students, respectively. There were odds ratios of 1.08 (95%CI=0,63-1,86) and 2.66 (95% CI=1,24-5,76) in middle adult women and older adult women, respectively. Contraceptive USAge and stress level were also identified as significant factors of premenstrual syndrome. Logistic model using age, contraceptive USAge and stress levelmade the best model in showing significant relationships between BMI and stress level and premenstrualsyndrome.Conclusion: There was a significant relationship between body mass index and premenstrual syndrome, and obesity is a risk factor of premenstrual syndrome

    Kajian Program Happy Being Me dan Healthy Me untuk Pencegahan Ketidakpuasan Tubuh Remaja yang Dilakukan pada Anak Sekolah Dasar

    Get PDF
    Masalah citra tubuh tubuh sangat rentan terjadi pada usia remaja baik di Negara Barat, maupun Asia termasuk Indonesia. Semakin kuatnya arus globalisasi mengakibatkan ketidakpuasan terhadap tubuh tidak hanya dijumpai pada remaja perempuan, namun juga pada remaja laki-laki. Penelitian di salah satu SMA ternama Kota Semarang menunjukkan 46% siswa perempuan (20% diantaranya mengalami gangguan makan) dan bahkan lebih dari 50% siswa laki-laki (7% ketidakpuasan berat) mengalami ketidakpuasan terhadap tubuhnya. Hal tersebut dapat menyebabkan perilaku pengontrolan berat badan yang tidak tepat maupun kebiasaan makan yang buruk sehingga membahayakan perkembangan fisik dan kognitif pada masa remaja, bahkan berdampak pada kesehatan mental. Tujuan paper ini adalah menunjukkan proses diseminasi informasi terkait cara pencegahan ketidakpuasan tubuh remaja yang dapat dilakukan lebih dini melalui program di Sekolah Dasar. Metode mencakup kajian dua jurnal dengan tema pencegahan masalah citra tubuh sejak dini yang menggunakan desain studi kuasi experimen dan RCT. Adopsi program pencegahan ketidakpuasan tubuh bernama Happy Being Me berupa edukasi, diskusi, dan role play yang dilakukan selama 3 minggu pada anak SD usia 10-11 tahun hanya berdampak signifikan pada anak perempuan. Sedangkan program Healthy Medilakukan selama 1 bulan pada anak SD usia 8-11 tahun dengan metode serupa namun fokus pendekatannya berdasarkan jenis kelamin menunjukkan hasil yang lebih baik, yaitu anak perempuan maupun laki-laki mengalami peningkatan signifikan pada beberapa aspek citra tubuh. Selain itu, beberapa cara menarik yang digunakan dalam program Healthy Me adalah mempromosikan makanan sehat dan kebiasaan olahraga. Paper ini menunjukkan bahwa program pencegahan ketidakpuasan tubuh akan efektif untuk diadopsi dengan menerapkan metode yang berbeda untuk siswa SD laki-laki dan perempuan. Program ini harus dilakukan berkelanjutan dalam jangka waktu tahunan dengan evaluasi berkala setiap 3 bulan sekali oleh Guru BK atau Wali kelas. Dibutuhkan pula peran dari orang tua siswa untuk mendukung penerapan program

    Insiden Gizi Kurang di Yayasan Pendidikan Siti Saleha

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui status gizi yang ada di Yayasan Pendidikan Siti Saleha Bandar Khalipah, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Gizi kurang merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dari makanan sehari-hari dan dalam waktu yang cukup lama. Asupan gizi pada anak sekolah dasar di beberapa wilayah di Indonesia sangat memprihatinkan, padahal asupan gizi yang baik setiap harinya di butuhkan agar mereka memiliki pertumbuhan, kesehatan dan kemampuan intelektual yang lebih baik sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang unggul. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan gizi kurang tersebut terjadi. Masalah penelitian ini adalah tingginya gizi kurang di Yayasan Pendidikan Siti Saleha Bandar Khalipah, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan Metode analisis deskriptif. Teknik pengumpulan data yang kami lakukan dalam penelitian ini secara primer yaitu peneliti langsung mengambil data di Yayasan Pendidikan Siti Saleha. Jumlah sampel sebanyak 71 orang. Angka status gizi pada anak sekolah di Yayasan Pendidikan Siti Saleha, yaitu normal (53,5%) , gizi kurang (28,2%), gizi buruk (14,1%), gizi lebih (2,8%), dan obesitas (1,4%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah dari empat permasalahan gizi yang ada di Yayasan Pendidikan Siti Saleha yang paling banyak terjadi adalah gizi kurang, yaitu sebanyak 28,2%. Saran yang dapat kami berikan kepada masyarakat, khususnya orang tua untuk memperhatikan asupan gizi yang cukup untuk perkembangan dan pertumbuhan pada anaknya. Selain itu, pemerintah juga harus berperan dalam menanggulangi masalah gizi kurang yang terjadi

    Penderita TB Paru di Kota Kediri: Analisa Mixed Method Keteraturan Berobat dan Kecepatan Konversi BTS Pengobatan Tahap Intensif

    Get PDF
    Tujuan: Konversi BTA merupakan Perubahan dari BTA positif menjadi BTA negatif. Semakin cepat waktu konversi maka akan semakin rendah penularan penyakit TB Paru. Penelitian ini menganalisis keteraturan berobat dan kecepatan konversi BTA pada penderita TB Paru. Metode: Penelitian ini menggunakan mixed methods designs dengan melakukan survey dan wawancara mendalam terhadap informan utama (2 orang penderita TB paru) dan informan kunci (PMO, petugas P2TB dan wakil supervisor TB masing-masing 1 orang). Data dianalisis menggunakan model Miles dan Huberman dan disajikan dengan metode triangulasi sumber. Hasil: Pertama, BTA penderita sudah mengalami konversi setelah 2 minggu mengkonsumsi OAT. Kedua, penderita teratur mengkonsumsi OAT selama menjalani pengobatan tahap intensif. Ketiga, penderita tidak pernah lupa mengkonsumsi obatnya. Obat yang diberikan oleh petugas selalu habis tepat waktu. Simpulan: Keteraturan berobat dapat mempercepat waktu konversi BTA penderita TB paru. Perlunya penggunaan alarm dan peran aktif keluarga untuk menjaga keteraturan berobat penderita TB paru
    corecore