35,095 research outputs found
Isolasi dan karakterisasi natrium alginat dari Rumput laut sargassum sp untuk pembuatan bakso ikan tenggiri (scomberomus commerson)
Rumput laut coklat Sargassum sp tersebar luas di perairan Indonesia.
Sargassum sp dapat diekstrak menghasilkan senyawa natrium alginat yang dapat
diaplikasikan pada pembuatan bakso ikan tenggiri untuk menjaga stabilitas emulsi
dan memperbaiki sifat rheologinya. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu variasi penambahan natrium alginat
yaitu : F1 (0% alginat), F2 (0,25% alginat), F3 (0,5% alginat), F4 (0,75% alginat),
dan F5 (0,5% STPP).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik natrium alginat rumput
laut Sargassum sp hasil ekstraksi adalah : kadar air (5,94% (wb)); kadar abu
(19,62% (wb) dan 20,86% (db)); pH larutan natrium alginat 0,1% (9,07); pH
larutan natrium alginat 0,2% (9,07); pH larutan natrium alginat 0,3% (9,06); daya
serap air (214,44%); dan rendemen (31,62%). Penambahan natrium alginat pada
pembuatan bakso ikan tenggiri meningkatkan kekerasan dan kekenyalan bakso
yang dihasilkan. Tingkat kekerasan bakso ikan tenggiri tertinggi adalah bakso
formula F4 (0,75% alginat) dan tingkat kekenyalan tertinggi bakso ikan tenggiri
dengan penambahan natrium alginat adalah bakso formula F4 (0,75% alginat).
Hasil uji organoleptis menunjukkan bahwa penambahan natrium alginat
cenderung meningkatkan tingkat kesukaan panelis terhadap warna, aroma, rasa, kekenyalan, dan kekerasan bakso ikan tenggiri yang dihasilkan. Bakso ikan
tenggiri formula F4 (0,75% alginat) merupakan formula bakso yang paling
disukai panelis. Karakteristik kimia bakso ikan tenggiri formula F4 (0,75%
alginat) meliputi : kadar air (74,61%), kadar abu (1,66%), kadar protein
(14,53%), kadar lemak (0,93%), dan kadar karbohidrat (8,26%)
Sintesis Dan Karakterisasi Natrium Silikat (Na2SiO3) Dari Sekam Padi
Abu sekam padi umumnya mengandung silika (SiO2) sebesar 86,90-97,30% dan sejumlah kecil alkali dan logam pengotor. Kandungan silika yang tinggi pada abu sekam padi dapat digunakan sebagai alternatif sumber silika yang potensial dalam sintesis natrium silikat. Natrium silikat murni disintesis melalui dua tahap, yaitu isolasi silika dari sekam padi dan sintesis natrium silikat. Isolasi silika terdiri atas proses pengarangan, pengabuan arang sekam pada suhu 600°C, selama 2 jam dan pemurnian silika dengan HCl 3%. Natrium silikat disintesis dengan cara destruksi dengan NaOH yang diikuti dengan peleburan. Natrium silikat yang diperoleh akan dikarakterisasi dengan teknik FTIR untuk analisis gugus fungsional dan EDS untuk analisis komposisi serta kadar unsur yang terkandung dalam sampel. Analisa FTIR sampel natrium silikat membuktikan terjadinya pembentukan SiO2. Pola serapan silika yang muncul umumnya adalah gugus silanol (≡Si-OH) dan siloksan (≡Si-O-Si≡). Pita serapan di 2800-3750 cm-1 menunjukkan gugus –OH silanol dan H2O yang diserap. Bilangan gelombang 682,8 cm-1 menunjukkan ikatan Si-O-Si dan vibrasi ulur Si-O pada silanol (≡Si-OH) pada bilangan gelombang 972,12 cm-1. Hasil EDS menunjukkan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam natrium silikat sintetis, yaitu oksigen 71,89%, natrium 22,63%, dan silikon 5,39%
KAJIAN EKSPERIMENTAL TERHADAP NATRIUM SILIKAT BERBASIS NANOSILIKA DARI LUMPUR LAPINDO SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA DUCTILE CAST IRON
Telah dilakukan penelitian mengenai natrium silikat berbasis
nanosilika dari lumpur Lapindo sebagai inhibitor korosi pada ductile cast iron. Pada penelitian ini dilakukan 3 metode sintesis natrium silikat, yaitu dengan melakukan ekstraksi senyawa nanosilika dari lumpur lapindo untuk kemudian disintesis menjadi natrium silikat, serta 2 metode lainnya dengan mereaksikan serbuk lumpur dengan 50 ml
NaOH 7 M atau dengan NaOH 10 M pada temperatur 90ºC. Diperoleh bahwa silika hasil ekstraksi telah berhasil berukuran nano, yaitu sebesar 95 nm dengan analisi perhitungan menggunakan persamaan scherrer dan 3,19 nm dari pengujian menggunakan SEM dan analisis software image-J. Selain itu inhibitor natrium silikat sintesis mampu
menahan laju korosi hingga 0,115 mpy, dengan efisiensi natrium silikat tertinggi sebesar 95,35%. Berdasarkan pengujian korosi dengan media air garam (NaCl 3,5%) diperoleh bahwa hanya perlu 2 ml inhibitor natrium silikat hasil sintesis untuk mencapai efisiensi yang sama dengan
6 ml inhibitor natrium silikat komersial dan 8 ml inhibitor referensi (Aditya, 2014)
Pengaruh Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na2S2O5) dan Lama Perendaman terhadap Karakteristik Tepung Kecambah Kedelai
ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan lama perendaman natrium metabisulfit (Na2S2O5) terhadap sifat kimia dan fisik tepung kecambah kedelai. Dalam penelitian ini kedelai lokal varietas grobogan dikecambakan selama 72 hari. Kemudian direndam dengan natrium metabisulfit dengan konsentrasi 600 ppm, 800 ppm dan 1000 ppm dengan variasi lama perendaman 15 menit, 20 menit dan 25 menit. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL faktorial) dengan dua faktor yaitu variasi konsentrasi dan lama perendaman natrium metabisulfit. Hasil penelitian menunjukkan, kombinasi perlakuan konsentrasi dan lama perendaman natrium metabisulfit berpengaruh terhadap kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kadar karbohidrat, total colour different, densitas kamba, densitas padat dan wettability, tetapi tidak berpengaruh pada kadar abu dan solubility. Semakin meningkatnya konsentrasi natrium metabisulfit dan semakin lama perendaman maka kadar karbohidrat dan total colour difference semakin meningkat, tetapi kadar air, kadar protein, kadar lemak, densitas kamba, densitas padat dan wettability semakin menurun. Kata Kunci :Tepung Kecambah Kedelai, Natrium Metabisulfit, Pencoklatan (browning), Karakteristik Kimia dan Fisi
- …