4 research outputs found

    LAPORAN INDIVIDU KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN TERBIMBING (PLT) LOKASI SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA

    Get PDF
    ABSTRAK Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu program dari Universitas Negeri Yogyakarta yang dilaksanakan pada waktu semester khusus tahun akademik 2017/2018 Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang berlokasi di SMP Negeri 15 Yogyakarta. Praktik Pengenalan Lapangan bertujuan untuk memberi pengalaman kepada mahasiswa dalam menguasai kemampuan keguruan atau keahlian lainnya sehingga dapat membangun tugas dan tanggung jawab secara profesional. Di sinilah mahasiswa dituntut untuk dapat berinteraksi dengan berbagai pihak untuk menjadikan PBM yang dilaksanakan berjalan dengan baik. Prakti Lapangan Terbimbing (PLT) adalah makna pembentukan calon guru atau tenaga kerja kependidikan yang profesional. Berhubungan dengan hal tersebut maka, praktikan memiliki program PLT untuk menuju ke arah tersebut diantaranya praktik mengajar. Hal ini bertujuan untuk mengimplementasikan ilmu yang dimiliki ke dalam Praktik keguruan. Selama kurang lebih 2 bulan lamanya, sejak tanggal 15 September 2017 sampai tanggal 15 November 2017, mahasiswa jurusan kependidikan berkesempatan untuk melaksanakan kegiatan Praktik Lapangan Terbimbing (PLT) di SMP Negeri 15 Yogyakarta. Pada kesempatan ini mahasiswa mengajar mata pelajaran IPS. Kelas yang ampuh yaitu kelas VIII A dan kelas VIII E dengan jadwal mengajar pada hari Senin jam ke 3-4, Selasa jam ke 1-2, dan Kamis jam ke 5-6 dan 8-9. Pada tahap pertama mahasiswa melakukan konsultasi dengan guru pembimbing mengenai proses belajar mengajar. Kemudian, mahasiswa melakukan praktik pengajaran dengan di dampingi guru pembimbing. Persiapan yang dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar antara lain membuat RPP dan media pembelajaran. Metode yang digunakan dalam pembelajaran antara lain diskusi, demontrasi, Tanya jawab, penugasan, talking stick, make a match, think pair share dan mind maping. Dari hasil pelaksanaan Praktik Lapangan Terbimbing (PLT) di SMP Negeri 15 Yogyakarta mahasiswa mengetahui dan dapat membuat administrasi guru dalam mengajar antara lain RPP, daftar hadir siswa, dan lembar penilaian. Selain guru di luar kelas diantaranya sebagai guru piket loby dan piket perpustakaa

    HUBUNGAN PAPARAN DEBU PM2.5 TERHADAP GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PENGEMUDI BUS RAPID TRANSIT (BRT) SEMARANG

    Get PDF
    PM2.5 dihasilkan salah satunya oleh emisi gas yang berasal dari sumber bergerak seperti kendaraan. PM2.5 pada udara akan terhirup masuk, terdeposisi di dalam paru-paru hingga ke alveoli dan selanjutnya dapat mengakibatkan penurunan fungsi paru berujung pada gangguan fungsi paru yang dapat diketahui dari pengukuran kapasitas vital paru menggunakan spirometer. Pekerjaan dengan risiko tinggi terkena polutan udara, khususnya PM2.5 terkait dengan lalu lintas salah satunya adalah pengemudi bus. Pengemudi BRT Semarang merasakan gejala gangguan fungsi paru seperti batuk dan bersin ketika bekerja diperkuat dengan observasi didaerah terminal yang berdebu. Karakteristik individu yang mempengaruhi kapasitas vital paru yaitu usia, masa kerja, status gizi, riwayat penyakit paru, kebiasaan merokok, dan kebiasaan olahraga Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis hubungan paparan debu PM2.5 terhadap gangguan fungsi paru pada pengemudi BRT Semarang. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dan metode analisis kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 34 pengemudi dari koridor II, III dan IV dengan metode pengambilan sampel total sampling. Analisis bivariat dilakukan dengan uji Chi Square (α=0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel yaitu usia (sig = 0.368), masa kerja (sig = 0.707), status gizi (sig = 0.200), riwayat penyakit (sig = 1), kebiasaan merokok (sig = 0.670), kebiasaan olahraga (sig = 0.062), dan paparan debu PM2.5 (sig = 0.797) tidak memiliki hubungan terhadap gangguan fungsi paru pada pengemudi BRT Semarang. Peneliti menyarankan perusahaan memasang filter debu pada bus dan pembersihan filter dua kali dalam sebulan dan menginformasikan mengenai debu PM2.5 serta himbuan untuk menjaga kesehatan secara preventif. Kata Kunci: paparan debu PM2.5, gangguan fungsi paru, pengemudi BR

    PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA UNTUK KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 3 UNGGULAN PALEMBANG

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar berbasis multimedia interaktif pada pembelajaran kimia yang valid, praktis dan efektif terhadap hasil belajar peserta didik. Metode penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan dengan menggunakan modifikasi dari model pengembangan Rowntree dan evaluasi formatif Tessmer. Penelitian ini melalui tahap perencanaan, pengembangan dan evaluasi. Untuk menguji kevalidan bahan ajar berbasis multimedia interaktif akan divalidasi oleh ahli materi, ahli pedagogik dan ahli desain pembelajaran. Selain itu, untuk menguji kepraktikalitas bahan ajar berbasis multimedia interaktif akan diujicobakan secara one to one dan small group, sedangkan untuk menguji efektivitas terhadap hasil belajar peserta didik dilakukan field test. Pengumpulan data menggunakan walkthrough, wawancara, angket dan tes hasil belajar. Berdasarkan hasil analisis terhadap tes hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar berbasis multimedia interaktif menunjukkan peningkatan hasil belajar sebesar 58,8 dimana rerata hasil pretest yaitu 30,3 sedangkan rerata hasil posttest yaitu 89,1 serta diperoleh N-gain score sebesar 0,84 yang termasuk kategori tinggi. Berdasarkan validitas ahli, uji one to one, smallgroup dan field test menyimpulkan bahwa bahan ajar berbasis multimedia interaktif sudah valid, praktis dan efektif terhadap hasil belajar peserta didik. Disarankan bagi setiap guru mampu berinovasi menggunakan bahan ajar untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dalam belajar kimia yang sebagian besar konsepnya bersifat abstrak sehingga mudah dipahami dan mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Sedangkan bagi peserta didik, hendaknya dapat mempelajari bahan ajar yang dikembangkan oleh guru untuk membantu meningkatkan pemahaman dan hasil belajar peserta didik. Sementara bagi sekolah, hendaknya pihak sekolah mendukung guru dengan menyediakan sarana dan prasarana agar guru mampu berinovasi dalam penggunaan bahan ajar didalam kelas

    ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DALAM BIONUTRIEN AGF

    Get PDF
    Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder hasil isolasi dari ekstrak etil asetat yang terdapat pada Bionutrien AGF. Bionutrien AGF merupakan pupuk alami yang berfungsi sebagai pemberi nutrisi dan meningkatkan daya tahan tanaman. Metode isolasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara maserasi menggunakan pelarut etil asetat. Pemisahan dan pemurnian senyawa dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik kromatografi yaitu kromatografi cair vakum (KCV) dan kromatografi lapis tipis (KLT). Selanjutnya analisis kandungan senyawa menggunakan teknik spektroskopi yaitu FTIR dan GC-MS. Berdasarkan hasil analisis GC-MS pada fraksi non polar dari etil asetat terdapat 32 senyawa termasuk didalamnya tiga senyawa utama yaitu squalen, kariofilen dan kariofilen oksida dengan kadar masing-masing secara berturut-turut 11,34% , 15,81% dan 22,53%. Kata kunci : bionutrien, maserasi, kromatografi, squalen, kariofilen, kariofilen oksida. Isolation and characterization of secondary metabolites component from Bionutrien AGF ethyl acetat extract was cure out. Bionutrien AGF used to biofertilizer that can be a provide nutritions and increases plant resistance. The method used in this study was maceration with ethyl acetat as the solvent. Separation and purification of component made using several chromatographic techniques, including vacuum liquid chromatography (KCV) and thin layer chromatography (TLC). Further analysis of compounds using IR spectroscopy and GC-MS. According to GC-MS results the non-polar fraction of ethyl acetate containing 32 component including three main component are squalene (11,34%), caryophyllene (15,81% ) and caryophyllene oxide (22,53 %). Keywords: bionutrien, maceration, chromatography, squalene, caryophyllene, caryophyllene oxide
    corecore