8 research outputs found

    Nutrition Problems in Indonesia

    Full text link
    Kurang pangan dan kurang gizi masih merupakan masalah serius yang dihadapi sebagian besar penduduk Indonesia, terutama penduduk miskin. Walaupun sudah terjadi perbaikan secara umum dalam ketersediaan pangan, pelayanan kesehatan dan sosial, kelaparan dan gizi kurang terjadi di semua kabupaten di Indonesia dalam berbagai bentuk. Saat ini separuh penduduk mengalami kurang besi dan 1/3 menderita kurang iodium. Kekurangan vitamin A diderita 10 juta anak. Berat bayi lahir redah (BBLR) masih berkisar antara 7-14%, bahkanmencapai 16% di beberapa Kabupaten. Tingginya BBLR umumnya terjadi karena ibu kurang gizi. Wanita usia 15-45 tahun menderita kurang energi kronis (BMI<18,5) sebesar 12-22 % dan 40% wanita hamil menderita anemia. Pada tahun 2003 sebanyak 27,5% Balita Indonesia menderita kurang gizi dan gizi buruk atau hanya 10% dibawah kondisi tahun 1989. Pada tahun 2001 sebayak 45,6% Balita Indonesia pendek. Anak kurang gizi yang BBLR dan pendek akan tumbuh menjai remaja dan dewasa yang kurang gizi, sebaliknya konsumsi pangan yang berlebihan yang berhubungan dengan Perubahan gaya hidup, pada gilirannya berakibat pada meningkatnya berbagai penyakit non-infeksi yang dianggap sebagai pemunculan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan. [Penel Gizi Makan 2005,28(2): 35-46

    Prevalensi Kkp Anak Balita Di Wilayah Indonesia Bagian Timur

    Full text link
    Telah dianalisis data berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) anak Balita yang dikumpulkan pada waktu pelaksanaan Studi Prevalensi Defisiensi Vitamin A dan Zat-zat Gizi Lainnya di Wilayah Indonesia Timur pada tahun 1990/1991. Tujuan analisis ini terutama untuk mengetahui prevalensi Kurang Kalori Protein (KKP) di empat propinsi Wilayah Indonesia Bagian Timur (IBT) dan perbandingan antara prevalensi KKP menurut perhitungan berdasarkan median baku Harvard dengan Z-skor berdasarkan baku WHO-NCHS. Hasil analisis menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk dan sedang (KKP) di wilayah IBT masing-masing 17% menurut indeks BB/U berdasarkan median baku Harvard dan 44% menurut indeks BB/U berdasarkan -2 SB baku WHO-NCHS. Prevalensi KKP menurut TB/U berdasarkan Z-skor WHO-NCHS hampir sama dengan prevalensi menurut indeks BB/U berdasarkan median bahan baku Harvard. Untuk mendapatkan prevalensi KKP yang hampir sama antara kedua indikator tersebut, batas ambang penentuan status KKP (gizi baik dan gizi kurang) menurut indeks BB/U berdasarkan baku WHO-NCHS adalah antara -2.6 SB dan -2.8 SB, atau rata-rata -2.75 SB

    Status Gizi Ibu Hamil dan Penyakit Tidak Menular pada Dewasa

    Get PDF
    Globally, the concern on high prevalence of chronic diseases on adults is increasing. Current mounting evidence confirmed that nutritional deficiency in early life, i.e. during fetal stage and the first two years of age, contribute significantly to the increasing risk of having chronic noncommunicable diseases (NCD) later in life. The high prevalence of a number of NCDs in Indonesia is high, warrant a special attention. For example, almost one thirdof Indonesian adults having high blood pressure. Hence, Indonesia in the future is facing a considerable financial burden as the result of a high expenditure needed for the treatment and rehabilitation of the diseases, and low productivity related to the disease. The high prevalence of NCDs among poor population in Indonesia indicated that these diseases are not merely the result of unhealthy lifestyle, instead they very likely are the results of undernutrition in early life, which was started since fetal stage. Therefore, an attempt to address these problems through improvement of lifestyle alone will not be effective. Effort directed specifically to the root of the problems,i.e. providing an optimal nutrition environment to the fetus through improvement of maternal nutritional status, and infant 0 – 2 years of age, is recommended

    The Change of Prevalence of Xerophthalmia on Lombok, September 1977 - September 1983

    Full text link
    Berdasarkan data "Survei Prevalensi Kebutaan Gizi" tahun 1977, Lombok, Nusa Tenggara Barat, dinyatakan sebagai wilayah tinggi prevalensi xeroftalmia. Sebagai suatu wilayah dengan prevalensi xeroftalmia paling tinggi di Indonesia, banyak faktor risiko yang diidentifikasi bagi daerah ini, termasuk kejadian kecacingan, kekurangan frekuensi pemberian ASI pada anak yang masih menyusu; kekurangan "kamar cuci" di dalam rumah; variasi diet yang terbatas, tidak ada variasi konsumsi bahan pokok selain beras; dan kecilnya konsumsi sumber-sumber protein. Faktor risiko khusus xeroftalmi-korneal berkaitan dengan riwayat penyakit yang baru diderita si anak (campak dan infestasi berat kecacingan) dan kurang kalori protein berat. Sejak tahun 1978, Pemerintah Indonesia telah mengembangkan berbagai macam pendekatan untuk mengawasi (kontrol) xeroftalmia; sampai tahun 1982 telah mencapai 80% sasaran (anak Balita) dan telah menghasilkan penurunan prevalensi xeroftalmia di wilayah ini. Penurunan prevalensi ini dicapai tanpa penurunan secara proporsional faktor-faktor risiko terkait

    Visual Processing Assessment on Children: A Pilot Study

    Full text link
    Visual Processing skill plays a key role on how children learn in some areas, such as math, reading, writing and others. This skill supports a child's self-esteem in the areas of learning. The researcher aims to investigate the visual processing of a children on this age and see how visual processing works on the children. A children of 4.8 years old is the participant of the research. The researcher provide 3 kinds of visual processing assessment: visual discrimination, visual memory/visualization, and visual-motor integration. The first assessment shows that the children in this age recognized and well-discriminated the visual shapes provided. On the second assessment, he memorized where the specific shapes laid on, then he got the correct recognitions. Dealing with visual motor integration, he experienced the first puzzle and reflected on the second puzzle as he did the visual motor integration well. These visual assessments show that the visual processing in children is developing and becoming a significant variables of the children's preferences of learning physically and mentally
    corecore