7 research outputs found
Penerapan Latihan Asertif untuk Meningkatkan Ketrampilan Siswa SMP Negeri 2 Karangajati Ngawi dalam Menolak Ajakan Teman Mengkonsumsi Minuman Keras
Mengkonsumsi minuman keras bagi sebagian orang merupakan bukti kejantanan atau kemoderan dalam pergaulan. Ironisnya minuman ini tidak hanya dikomsumsi oleh orang dewasa, akan tetapi kaum remaja sudah mulai mencoba-coba mencicipinya. Dari hasil wawancara dengan guru BK di SMP Negeri 2 Karangjati, terdapat 12 siswa dari kelas VII-XI yang pernah mengkonsusmis keras. Peyebab siswa mengkonsumsi minuman keras karena ajakan teman, mereka tidak bisa menolak ajakan teman karena mereka takut di musuhi anggota kelompoknya, takut meyinggung perasaan teman yang ada di kelompoknya. Ketidakmampuan menolak ajakan teman dalam mengkonsumsi minuman keras merupakan bentuk ketidakmampuan mengekspresikan pendapat atau perasaan. Jadi, masalah ini sangat cocok untuk di tangani dengan latihan asertif. Penelitian ini bertujuan untuk menguji penerapan strategi latihan asertif untuk meningkatkan keterampilan siswa SMPN 2 karangjati Ngawi untuk dalam menolak ajakan teman mengkonsumsi minuman keras. Penelitian ini dikatagorikan sebagai penelitian kuantitataif dan jenis penelitianya adalah pre-eksperimental design dengan one group pre-test dan post-test design, yaitu penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok tanpa kelompok pembading. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket keterampilan siswa dalam menolak ajakan teman mengkonsumsi minuman keras. Subyek dalam penelitian ini adalah 5 siswa yang memiliki skor rendah dalam menolak ajakan teman mengkonsumsi minuman keras. Teknik analisa data yang digunakan adalah uji tanda. Berdasarkan hasil uji tanda menunjukan Tanda positif (+) berjumlah 5 siswa yang dinyatakan sebagai N (jumlah pengamatan yang relevan) dan x (banyaknya tanda yang lebih sedikit) berjumlah nol. Dengan melihat pada tabel tes binomial dengan ketentuan N=5 dan x=0, maka diperoleh ρ = 0,031. Apabila dalam ketetapan α (taraf kesalahan) sebesar 5% adalah 0,05 maka harga 0,031 < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada Perubahan skor keterampilan siswa SMP Negeri 2 karangjati dalam menolak ajakan teman dalam mengkonsumsi minuman keras antara sebelum dan dengan sesudah penerapan latihan asertif yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan rata-rata Skor pre-test 94,5 dan post-test 109,6, maka dapat dibuktikan bahwa penerapatan latihan asertif dapat meningkatkan keterampilan siswa SMP Negeri 2 Karangjati dalam menolak ajakan teman mengkonsumsi minuman keras.
Kata kunci : Latihan Asertif, Mengkonsumsi Minuman Kera
Analisa Ketangguhan Dan Perubahan Struktur Mikro Patahan Akibat Heat Treatment Dan Variasi Sudut Impact Pada Baja ST 60
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisa: (1) Ketangguhan baja St 60 akibat heat treatment dengan suhu 600 °C dan dengan variasi sudut α = 90° dan α = 120°. (2) Ketangguhan baja St 60 akibat heat treatment dengan suhu 900 °C dan dengan variasi sudut α = 90° dan α = 120°. (3) Bentuk patahan baja St 60 setelah mengalami perlakuan panas dan uji ketangguhan dengan variasi sudut α = 90° dan α = 120°. Desain penelitiannya adalah penelitian eksperimental yang dilakukan di laboratorium. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian adalah baja St 60 setelah dipanaskan, ketangguhan baja akan meningkat. Serta pada struktur mikro patahan baja St 60 terjadi fenomena ductile to brittle transition, salah satu penyebab fenomena ini adalah laju regangan tinggi. awalnya merupakan material ulet tetapi mengalami patah getas. Transisinya juga bisa diamati dari permukaan patahan, akan tampak serabut-serabut pada patahan yang benar-benar bersifat ulet, dan tampak butiran-butiran kecil yang terlihat mengkilap pada patahan yang benar-benar bersifat getas
Fence Bender " Mesin Pembentukan Logam dengan Teknologi Bending" sebagai Solusi Peningkatan K3 dan Efisiensi Produktivitas Home Industri Tralis di Kawasan Ngingas - Sidoarjo
In small industry, trellis craftsmen have variety of stages in production process of trellis. They had only manually equipment to create a profile of fence. By using this manual process, it tends to increase operation cost and variety of quality of trellis fence. UD Jaya Makmur is a representative of trellis craftsmen who use manual equipment to produce trellis fences and other bar fences. Based on the background and the needs of this small fences industry, the fence bender machine has been built through Student Creativity Programme (PKM-T) which held by DIKTI. The process starting with exploring the machine design, then the proposed design had been analysed. After final calculation, the construction of fence bender machine was started, including profiling technology and automation. As the result, Fence Bender Machine has specification: Electric Motor 2 HP (Horse Power), Gearbox 1:60, Steel as material holder and can bend plate with 5 mm thickness. The machine was equipped by Holder/Bend Tool for bending or profiling. By comparing with manual production process, the fence bender can produce higher quality of trellis fence and better efficiency, because the machine can produce more fences and lower production cost. The production capacity of the machine was 240 products/hour for elbow profiles and 120 products/hour for circular profiles
Controller development of a passive control ankle foot orthosis
This article focuses its efforts on the development of
passive control foot orthosis featuring magnetorheological (MR)
brake actuator. The MR brake was hypothesized as the ideal
actuator due to it being able to generate actual braking torque
according to the controller’s desire. Here, the EMG sensor was
utilized as the signal input of the foot movement. Meanwhile, the
output of controller was driven to the MR brake in the form of
direct current (DC). Fuzzy logic control was employed as the
control strategy. The performance of the controller was evaluated
experimentally. From the experiment, the controller was observed
as able to perform as expectation theorized, measured through the
output voltage and sensor inputs. However, the MR brake torque
continues to receive little acknowledgement which could be due to
insufficient output torque
Analisis Risk Assessment Menggunakan Process Hazard Analysis (PHA) Dan Safety Objective Analysis (SOA) Pada Central Gathering Station (CGS) Di Onshore Facilities
Keselamatan proses merupakan faktor utama yang sering dibahas oleh industri-industri kimia beberapa tahun terakhir ini. Salah satu metode semi-kuantitatif yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menetapkan tingkat risiko bahaya yaitu dengan Process Hazard Analysis (PHA) dan Safety Objective Analysis (SOA). Hazard and Operability Studies (HAZOP) dan What-If Analysis merupakan metode identifikasi bahaya kualitatif yang sering diterapkan secara simultan untuk PHA-SOA. Process Hazard Analysis (PHA) ialah rangkaian aktivitas mengidentifikasi hazard, mengestimasi konsekuensi, mengestimasi likelihood suatu skenario proses disertai dengan safeguard, dan mendapatkan risk ranking yang dapat dilihat pada matrik PHA 6x6. Sedangkan Safety Objective Analysis (SOA) merupakan rangkaian aktivitas yang bergantung pada penyebab skenario, dan konsekuensi dari PHA, menghasilkan kebutuhan IPL (Independent Protective Layer) menggunakan matrik SOA 6x6. Risk ranking 6 pada penilaian PHA diketegorikan aman jika safeguard yang ada selalu siap mengurangi risiko yang timbul dari skenario tersebut. Namun tidak semua safeguard dapat selalu siap mengurangi risiko tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya analisis tambahan untuk memastikan risiko dari skenario dapat diperkecil. Analisis safety suatu skenario dengan SOA menghasilkan kebutuhan IPL yang dapat ditutup dengan mengkonfirmasi safeguard yang sesuai menjadi IPL. Hasil penilaian PHA-SOA CGS 1, CGS 3, CGS 4, dan CGS 5 menunjukkan bahwa ada penilaian severity dan PHA-SOA likelihood yang berbeda di tiap CGS padahal proses pada CGS tersebut identik, maka perlu adanya analisis konsistensi. Hasil analisis konsistensi ini dapat dijadikan pedoman untuk melakukan safety review pada risk assessment workshop kedepannya, yang biasanya diadakan setiap tiga hingga lima tahun sekali oleh industri
Pengenalan Computational Thinking untuk Guru-guru di Kabupaten Purwakarta
COMPUTATIONAL THINKING INTRODUCTION FOR TEACHERS IN PURWAKARTA. The changing needs of the industrial world must always be responded quickly by the world of education. The needs of the industrial world change along with technological developments. Currently, the industry has entered the 4.0 era or better known as the digital industry. Today's society only views computers only as tools, not as a science to educate, even negative when viewed from media notifications that report many cases of technology abuse. This causes parents to tend to limit their children's use of technology. If children who incidentally are the future of the nation are limited or even prohibited from using technology, of course Indonesia will not be able to compete in the digital era of industry. This mindset must be straightened out, that the computer is not only a tool but also a benchmark for thinking patterns. Community service activities will take place in Purwakarta district in the form of counseling and learning Computational Thinking. Beginning with a face-to-face seminar with lecture learning methods, and questions and answers. After the teachers received counseling, then we facilitated their students to test their computational thinking skills through the Bebras Challenge, in collaboration with the NBO Bebras Indonesia
Risk Factor of Mortality Among Covid-19 Infected Doctor in East Java, Indonesia
Introduction: The report of doctors who died with COVID-19 in Indonesia was high and influenced by several factors. This study examined COVID-19 infected doctors and mortality risk factors in East Java.
Material and Methods: This observational cohort study was conducted among doctors infected with COVID-19 in East Java during March 2020-September 2021 and collected the COVID-19 infected doctors' deaths report. Doctors received a questionnaire on the status of COVID-19, history of covid-19 infection, age, sex, type of doctor, type of specialization and resident, pregnancy, underlying disease and nutritional status. All data were described and potential risk factors' association was analyzed.
Results: We reported 2041 doctors infected with COVID-19. Majority of them (52,5%) was male, 162 doctors were more than 59 years old, 162 doctors (7,9%) were died and 41,4% was general practitioner. The odds ratio in each risk factor for mortality was older age doctors 15,468 (95% CI 10,587-22,601), male 6,128 (95% CI 3,906-9,614), general practitioner 2,461 (95% CI 1,769-3,423), doctors with underlying disease 39,842 (95% CI 23,077-68,798), Type II diabetes mellitus 82,504 (95% CI 42,767-159,162), cardiovascular disease 50,152 (95% CI 16,672-150,866), hypertension 19,425 (95% CI 10,528-35,840), Chronic Obstructive Pulmonary Disease 5,52 (95% CI 0,610-49,992), Asthma 2,091 (95% CI 0,626-6,986), Obesity 30.750 (95% CI 15,293-61,828) and Pregnant doctors 43.013 (95% CI 10.986-168.414) (p<0,05).
Conclusion: Older age, male, general practitioner, doctors with underlying disease, cardiovascular disease, Type II diabetes mellitus, hypertension, chronic obstructive pulmonary disease, asthma, obesity, pregnant doctors had been mortality risk factors among COVID-19 infected doctors