6 research outputs found

    Signifikansi Nilai-nilai Islam dan Peraturannya dengan Ilmu Pengetahuan Modern

    Full text link
    Masyarakat muslim dewasa ini menyadari bahwa dirinya merasa tertinggal dari segi penguasaan ilmu teknologi. Sementara barat, lewat berbagai pengembangan dan penelitian yang tiada henti-hentinya didesain untuk semata-mata kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, semakin berada pada barisan terdepan dalam keunggulan sains. Kenyataan ini amat mengherankan mengingat dalam beberapa abad sebelumnya pengembangan ilmu pengetahuan berada ditangan cendikiawan muslim terlebih pada saat yang sama barat baru saja belajar pada peradaban muslim lewat poros Andalus (Spanyol). Untungnya, sekarang ini sudah mulai muncul USAha-USAha untuk menyadarkan kembali pada proses pencapaian dan penguasaan IPTEK yang lepas dari genggaman generasi muslim pada abad-abad sebelumnya. Sungguhpun USAha itu mengalami hambatan dan rintangan yang tidak gampang. Akan tetapi sebagai sebuah USAha awal, diharapkan adanya kesadaran qur'anik dari masyarakat muslim, bahwa kita harus mengejar segala ketertinggalan itu

    Karakterisasi Faktor-faktor Virulensi Staphylococcus Aureus Asal Susu Kambing Peranakan Ettawa Secara Fenotip Dan Genotip

    Full text link
    Staphylococcus aureus is a major cause of mastitis in large or small ruminants, and often manifested by subclinical mastitis in Peranakan Ettawa (PE) goats. Staphylococcus aureus in human can cause food borne disease. The research aimed to characterize the virulence factors of Staphylococcus aureus isolated from milk PE goats, phenotypic- and genotypically. Phenotypically characterization were determined through the pigmen assay as well as hydrophobicity, haemolysin, and hemaglutinin reaction. Polymerase chain reaction (PCR) analysis was used to detect 4 virulen genes including coa, clf, fnbA, and fnbB genes. The results of research showed that Staphylococcus aureus abled to produce white pigmen (35,7%), yellow pigmen g (57,1%), andorange pigmen (7,2%). Staphylococcus aureus showed α-hemolysis zone (35,7%), β-hemolysis (35,7%), dan γ-hemolysis (28,9%). Hydrophobicytic test revealed 14,3% Staphylococcus aureus isolates were hydrophobe and85,7% hydrophil. Staphylococcus aureus (85,7%) isolates abled to aglutinated sheep blood cells. Based on genotypic analysis of Staphylococcus aureus could be detected coa gene (92,8%), clf gene (64,3%), fnbA gene (78,6%), and fnbB gene (64,3%). Based on the phenotypic and genotypic characters, it can be concluded that Staphylococcus aureus are virulent strains. This information can be used as the basis for control mastitis in PE goat

    Prototipe Ktt Diagnostik Untuk Deteksi Streptokokosis Pada Primata Dengan Elis A-antibodi Monoklonal Penangkap Antigen

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan mengembangkan sarana diagnostik untuk kontrol streptococcosis pada primata dengan ELISA-monoclonal antibody penangkap antigen M-like protein (MLP) Streptococcus equi subsp. zooepidemiats grup C (SGC). M-like protein SGC diekstraksi dengan menggunakan lisozim dan Nasetilmuramidase. Protein dengan besar sekitar 58 kDa digunakan sebagai antigen untuk menimbulkan antibodi pada mencit Balb/c. Mencit yang mengandung antibodi dengan absorban tertinggi (2,868) diambil limpanya untuk memperolehl imfosit imUn( limfoblast). Hasil fusi sel mieloma dan limfoblast diperoleh4 klon hibridoma yang positif mengandung antibodi terhadap MLP, dengan nilai absorban pada ELISA masing-masing 1,900, 1,963, 1,895 dan 2,050. Hasil propagasi cairan asites mencit Balb/c diperoleh monoklonal antibodi terhadapMLP S. equi subsp. zooepidemicus dengan nilai absorban dan konsentrasi sebagai berikut: asitesI = 1,597(5,50mg), asites 2 : 1,940 (5,75 mg), dan asites 3 : 3,012 (5,80 mg). Antibodi monoklonal memperlihatkanspesifitas yang cukup tinggi karena hanya mengenal I epitop spesifik yang diperlihatkan pada uji Western blot dengan menampakkan pita tunggal pada sekitar 58 kDa dan menunjukkan reaksi positif pada uji dot-blot. Antibodi monoklonal memperlihatkan sensitifitas yang cukup tinggi setelah diuji dengan serum hewan percobaan tikus yang diinfeksi buatan dengan S. equi subsp. zooepidemicus dengan hasil absorban pada uji ELISA lebih dari 1,00 dan menunjukkan reaksi positif pada uji dot-blot. Hasil uji terhadap sampel serum Macacafascicularis menunjukkan bahwa 97 ,56% positif

    IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI FENOTIPE Staphylococcus aureus ASAL KASUS BUMBLEFOOT DAN ARTHRITIS PADA BROILER

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan karakterisasi Staphylococcus aureus (S. aureus) yang berasal dari kasus bumblefoot dan arthritis. Dalam penelitian ini digunakan 10 isolat S. aureus yang terdiri atas lima hasil isolasi asal kasus bumblefoot dan lima hasil isolasi asal kasus arthritis pada ayam broiler. Identifikasi S. aureus dilakukan melalui uji fermentasi manitol salt agar (MSA), pewarnaan Gram, uji koagulase, clumping factor, dan uji katalase. Karakterisasi fenotipe S. aureus yang dilakukan meliputi sifat hemolisis pada plat agar darah, sifat hidrofobisitas, dan kemampuan hemaglutinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua isolat S. aureus mampu memfermentasi MSA, positif uji koagulase, clumping factor, dan katalase. Staphylococcus aureus mampu menghemolisis plat agar darah dengan memperlihatkan sifat α-hemolisin (80%), β-hemolisin (10%), and γ-hemolisin (10%). Semua isolat S. aureus (100%) bersifat hidrofil dan mampu mengaglutinasi sel darah merah kelinci

    RESISTENSI ANTIBIOTIK DAN DETEKSI GEN PENGODE METHICILLIN RESISTANT Staphylococcus aureus (MRSA) ISOLAT BROILER DI WILAYAH YOGYAKARTA (Resistance of Antibiotics and Detection of Gene Encoding Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) Isolated from Broiler in Yogyakarta)

    Get PDF
    The aims of the research were to evaluate resistance of Staphylococcus aureus against several antibiotics and to detect the gene encoding ofmethicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) in broiler. Twenty three Staphylococcus aureus isolated from infected broiler in Yogyakartawere used. Genotypic identifications were done based on the occurrence of gene nuc and 23SrRNA. The resistance assay to several antibioticsrevealed that Staphylococcus aureus were resistant to penicillin 78% (18/23), doxycyclin 56% (15/23), gentamicin 26% (6/23), tetracyclin 22% (5/23), erythromycin 13% (3/23), and methicillin 9% (2/23). Detection of gene encoding MRSA on 23 isolats of S. aureus showed that 8 (34.8%) isolates contain gene mecA.Key words: Staphylococcus aureus, broiler, resistant, methicillin, mecA

    Respon Neutrofil, Adesi Pada Sel Epitel, Aglutinasi Eritrosit Terhadap Staphylococcus Aureus : Kajian Hidrofobisitas in Vitro = Response of Neutrophils, Epithelial Cells Adhesion, Erythrocytes Agglutination of Staphyloco

    Full text link
    Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri potensial sebagai penyebab utama mastitis pada sapi perah. Mastitis dapat menyebabkan kerugian ekonomi peternak akibat turunnya produksi susu. Infeksi bakteri dapat terjadi melalui kemampuan bakteri memasuki hospes, berkembang biak, merusak jaringan inang dan mampu bertahan dalam tubuh hospes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sifat hidrofobisitas S. aureus dan kemampuannya terhadap aglutinasi eritrosit, pelekatan dengan sel epitel dan kemampuan bertahan terhadap fagositosis sel polimorfonuklear. Dari 10 isolat S. aureus yang digunakan dalam penelitian ini, terdapat 8 isolat bersifat hidrofob dan 2 isolat bersifat hidrofil. Diantara isolat yang bersifat hidrofob terdapat 2 isolat mempunyai kemampuan mengaglutinasi eritrosit sapi perah, kambing, domba. Staphylococcus aureus yang bersifat hidrofob dan hemaglutinasi positif, lebih banyak melekat pada sel-sel epitel bukalis dan lebih banyak difagosit oleh sel-sel PMN dibanding isolat yang bersifat hidrofob tetapi hemaglutinasi negatif maupun isolat yang bersifat hidrofil. Isolat yang bersifat hidrofil tidak mampu mengaglutinasi eritrosit dan lebih sedikit melekat pada sel-sel epitel dan lebih sedikit difagosit oleh sel-sel PMN
    corecore