15 research outputs found

    Pengaruh Penambahan Cat Pada Agregat Kasar Batu Pumice Terhadap Kekakuan Balok Beton Bertulang Tiga Tumpuan

    Full text link
    Beton merupakan suatu material pokok dalam bidang konstruksi. Salah satu jenis beton yang digunakan dalam konstruksi adalah beton ringan. Agregat pada beton ringan biasanya berasal dari batuan vulkanik seperti batu pumice. Batu pumice adalah batuan asam yang terbentuk dari lava cair yang melewati proses pendinginan dari meletusnya gunung berapi. Karena karakteristik batu pumice yang berongga mengakibatkan penyerapan air terhadap agregat menjadi besar, yang berhubungan pada pengurangan kekuatan agregat. Oleh karena itu, pada penelitian ini agregat batu pumice dilapisi cat yang bertujuan untuk mengurangi penyerapan air. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh agregat batu pumice yang dilapisi cat terhadap kekakuan balok beton bertulang. Dalam penelitian ini balok beton bertulang digunakan sebagai benda uji untuk agregat pumice dan pumice cat masing-masing tiga buah benda uji, serta tiga buah benda uji untuk agregat normal sebagai pembanding. Balok benda uji diletakkan diatas tiga tumpuan sendi-sendi-rol yang dengan bentang masing-masing batang sama panjang. Beban terpusat diberikan di tengah masing-masing bentang yang juga akan dianalisa lendutan dibawah beban. Hasil dari penelitian menunjukkan penyerapan air agregat pumice yang dilapisi cat lebih kecil yaitu 10,1% dibandingkan dengan pumice tanpa cat 14%. Sehingga mempengaruhi berat balok benda uji pumice yang dilapisi cat lebih ringan 42,12 kg dibandingkan dengan agregat pumice biasa 42,28 kg. Kekakuan balok beton bertulang pumice tanpa cat lebih besar bila dibanding balok yang menggunakan agregat pumice dilapisi cat. Hal ini dikarenakan cat jenis polimer yang melapisi permukaan agregat mengakibatkan berkurangnya daya lekat antara semen dan agregat. Nilai kekakuan balok beragregat pumice pada bentang 1 sebesar 900,45 kg/mm dan pada bentang 2 sebesar 653,38 kg/mm. Nilai kekakuan balok untuk pumice cat pada bentang 1 sebesar 493,82 kg/mm dan pada bentang 2 sebesar 413,05 kg/mm

    Perbandingan Berat Isi Dan Rembesan Bata Beton Ringan Dengan Penambahan Mineral Alami Zeolit Alam Bergradasi Tertentu Dengan Dan Tanpa Perawatan Khusus

    Full text link
    Dibutuhkan suatu penyelesaian yang dapat memberikan keawetan namun dengan bahan yang dapat dengan mudah diindustrikan dan juga ramah lingkungan salah satunya zeolit karena mengandung banyak alumina silika (SiO2) namun masih memiliki massa jenis yang cukup ringan. Penelitian dilakukan dengan membuat 3 buah sampel benda uji variasi kadar penambahan zeolit pada benda uji yaitu 0%, 10%, dan 20%, sedangkan variasi perlakuan benda uji yaitu dengan perawatan (DP) dan tanpa perawatan (TP). Zeolit yang digunakan memiliki gradasi tertentu (lolos saringan no. 80 (0,180 mm), no. 100 (0,149 mm), dan no. 200 (0,075 mm)). Pengujian berat isi dilakukan pada umur 7, 14, 21, dan 28 hari sedangkan pengujian rembesan dilakukan pada umur 28 hari. Hasil pengujian berat isi pada masing-masing variasi penambahan 0% TP, 0% DP, 10% TP, 10% DP, 20% TP, dan 20% DP pada umur 28 hari berturut-turut adalah 0,699 gr/cm3, 0,704 gr/cm3, 0,684 gr/cm3, 0,694 gr/cm3, 0,722 gr/cm3, 0,725 gr/cm3. Dari hasil tersebut terlihat bahwa selalu terjadi peningkatan berat isi setiap penambahan kadar zeolit. Sedangkan pada pengujian rembesan didapatkan nilai dari masing-masing variasi penambahan 0% TP, 0% DP, 10% TP, 10% DP, 20% TP, dan 20% DP pada umur 28 hari berturut-turut adalah 2,315 cm3/menit, 2,685 cm3/menit, 2,870 cm3/menit, 2,963 cm3/menit, 1,574 cm3/menit, 2,222 cm3/menit. Berdasarkan hasil diatas didapatkan bahwa selalu terjadi penurunan kecepatan rembesan setiap penambahan kadar zeolit. Dengan adanya penambahan zeolit yang ditambahkan menunjukkan semakin besarnya berat isi dan semakin menurunnya kecepatan rembesan

    Perbandingan Kuat Tekan Dan Tegangan-regangan Bata Beton Ringan Dengan Penambahan Mineral Alami Zeolit Alam Bergradasi Tertentu Dengan Dan Tanpa Perawatan Khusus

    Full text link
    Bata beton ringan merupakan salah satu bahan bangunan penyusun dinding yang semakin dibutuhkan di Indonesia. Untuk meningkatkan karakteristik bata beton ringan dalam hal ini kuat tekan dan tegangan-regangan, bata beton ringan diberikan bahan tambah berupa mineral alami zeolit alam. Zeolit memiliki sifat menahan air di dalam pori-porinya dan melepasnya secara perlahan. Hal ini akan bermanfaat untuk proses pengerasan bata-beton ringan. Pengujian dilakukan pada enam variasi benda uji yaitu tiga variasi kadar penambahan zeolit dan dua variasi perlakuan selama proses perawatan. Variasi kadar penambahan zeolit adalah 0%, 10%, dan 20%. Sedangkan variasi perawatan adalah dengan perawatan (DP) dan tanpa perawatan (TP). Pengujian kuat tekan dilakukan berdasarkan peraturan SNI 03-0349-1989 tentang bata beton untuk pasangan dinding. Sedangkan deformasi dapat dilihat menggunakan dial gauge. Hasil uji tekan pada masing-masing variasi penambahan 0% DP, 0%TP, 10% DP, 10%TP, 20%DP, dan 20%TP di 28 hari berturut-turut adalah 4.06 kg/cm2, 4.17 kg/cm2, 3.39 kg/cm2, 3.56 kg/cm2, 5.78 kg/cm2, dan 5.67 kg/cm2. Pada penambahan 10% zeolit alam terjadi penurunan kuat tekan dikarenakan kadar foaming agent yang berlebihan. Sedangkan pada penambahan 20% zeolit alam terjadi peningkatan kuat tekan dari benda uji normal. Namun tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari perbedaan perlakuan bata beton ringan selama proses perawatan terhadap kuat tekan bata beton ringan sesuai dengan uji statistik ANOVA 1 arah tabel fisher. Perbedaan perlakuan bata beton ringan mempengaruhi sifat fisik dari bata beton ringan normal di mana bata beton riingan yang tidak diberi perawatan lebih getas dibandingkan dengan yang diberi perawatan. Namun hal ini tidak berlaku untuk bata beton ringan dengan penambahan zeolit alam di mana regangan yang terjadi tidak berbeda jauh

    Pengaruh Variasi Camber Terhadap Perilaku Jembatan Rangka Baja

    Full text link
    Camber merupakan ruang terbuka yang terdapat pada bawah jembatan yang memanfaatkan lengkungan lantai kendaraan jembatan. Camber biasa disebut dengan anti lendutan karena camber dibuat untuk melawan lendutan yang mungkin terjadi akibat beban yang bekerja. Jika terjadi lendutan maka tidak akan melebihi garis netral jembatan sehingga masih memungkinkan ruang kosong untuk kegiatan di bawah jembatan. Pada penelitian ini menggunakan analisis software analisa struktur dengan menggunakan 12 model jembatan yang terdiri dari empat variasi tipe rangka dan tiga variasi ketinggian camber. Empat variasi tipe rangka itu adalah Pratt Truss, Howe Truss, Warren Truss dan K-Truss dan tiga variasi camber itu adalah 0, 0,07 dan 0,14 meter atau 0%, 1,17% dan 2,33%. Analisa pembebanan menggunakan beban terpusat dengan penambahan beban setiap 200 kg sampai masing-masing model jembatan mengalami lendutan 1/800l atau 7,5 mm. Tujuannya untuk mengetahui tipe rangka manakah yang paling efektif ditinjau dari beban maksimum yang mampu ditahan, lendutan yang terjadi pada beban tertentu dan nilai gaya batangnya terhadap berat sendiri jembatannya. Hasil analisis menunjukan bahwa semua model jembatan cenderung mengalami penurunan efektifitas akibat perlakuan pemberian camber. Beban maksimum yang mampu ditahan terbesar yaitu pada model K-Truss camber 0% dengan beban 3010,79 kg sedangkan model yang terlemah yaitu Howe Truss camber 2,33% dengan beban 2163,12 kg. Lendutan struktur terkecil pada saat beban 2000 kg terjadi pada model K-Truss camber 0% sebesar 5,07 mm dan lendutan terbesar terjadi pada model Howe Truss camber 2,33% sebesar 6,96 mm. Jadi camber dipakai bukan untuk mengurangi lendutan melainkan untuk memberi ruang kosong di bawah jembatan

    Perilaku Lendutan dan Retak pada Balok Beton Bertulang dengan Tambahan Serat Baja

    Get PDF
    Pengkajian lendutan dan lebar retak yang dilakukan bertujuan untuk meminimalisir lendutan dan lebar retak yang terjadi. Pengujian ini menggunakan balok beton bertulang dengan ukuran 15cm x 25cm x 180cm. Pengujian dilakukan bertahap setiap 108kg sampai lelehnya tulangan. Peningkatan serat 0%, 1,57%, 3,14%, dan 4,71%. Berdasarkan penambahan serat maksimum 4,71% mendapatkan penurunan kuat tekan sebesar 2%, penurunan modulus rupture 2,54%, kuat tarik mengalami peningkatan sebesar 0,27%. Peningkatan rata-rata lendutan dengan penambahan serat mencapai maksimum 4,71% pada dimensi tulangan 10 sebesar 0,31%. Pada dimensi tulangan 12 dan 14 mengalami peningkatan sebesar 20,4% dan 11,68%. Peningkatan serat pada saat tulangan mencapai leleh terjadi peningkatan lebar retak maksimum. Pada tulangan berdiameter 10 dengan peningkatan serat mencapai maksimum 4,71%, terjadi peningkatan sebesar 4,22%. Pada tulangan berdiameter 12 dan penulangan diameter 14 dengan peningkatan serat mencapai maksimum 4,71%, terjadi peningkatan sebesar 8,49 dan 9,9%

    Pengaruh Peningkatan Komposisi Mortar Terhadap Kekuatan Struktur Dinding Bata Merah Lokal

    Full text link
    Masonry atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut pasangan dinding bata merupakan material bangunan yang istimewa dan special. Dinding bata merah banyak digunakan karena memiliki beberapa keunggulan seperti rendahnya kemungkinan adanya ereksi, rendahnya rangkak susut, flesksibel, tahan api, cepat dikerjakan, dan ekonomis. Dinding bata merah merupakan material komposit yang tersusun atas bata merah sebagai unit utama dan mortar.Dalam struktur dinding bata merah ini dibutuhkan suatu struktur dengan kekuatan maksimal yang dipengaruhi material susunan yang telah disebutkan diatas.Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh peningkatan komposisi mortar terhadap kekuatan struktur dinding bata merah lokal.Adapun kinerja dinding bata merah ini ditinjau berdasarkan pemberian beban aksial arah vertikal dengan tiga variasi model dinding.Dari hasil penelitian ini, didapatkan kekuatan maksimum dinding untuk masing-masing model dengan perbedaan komposisi mortar dan perbedaan mutu bata merah lokal. Penggunaaan mortar dengan perbandingan 1 (PC) : 3 (PP) dengan bata Gondanglegi pada model dinding 1 (bata disusun horisontal) memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan model dinding 2 (bata disusun vertikal) dan model dinding 3 (bata disusun diagonal). Dalam penelitian juga terlihat perbedaan prosentase kenaikan kekuatan model dinding 1. Model dinding 1 yang menggunakan bata Gondanglegi dengan komposisi mortar 1 (PC) : 10 (PP) ke 1 (PC) : 3 (PP) sebesar 61,045%, yang diikuti dengan kenaikan prosentase kekuatan mortar sebesar 79,167%. Sedangkan untuk model dinding 1 yang menggunakan bata Turen sebesar 44,091% dengan prosentase kenaikan mortar sebesar 78,261%

    Pengaruh Panjang Segmen Pelat Beton Bertulang Dan Jarak Tumpuan Tiang Terhadap Penulangan Pile Slab

    Full text link
    Desain konstruksi jalan raya menggunakan struktur pile slab telah umum penerapannya dan banyak diaplikasikan di negara Indonesia. Demikian pula, analisis yang digunakan juga sudah mengacu pada standar atau peraturan yang disepakati kegunaannya untuk mendesain setiap elemen strukturnya. Peraturan yang dimaksud untuk mendesain adalah peraturan pembebanan untuk jembatan RSNI T-02-2005, karena konstruksi jalan dengan struktur pile slab memiliki keidentikan dengan tipe konstruksi jembatan. Adapun perilaku struktur pile slab dianalisis menggunakan metode portal ekuivalen untuk penentuan gaya-gaya dalamnya. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan panjang segmen pelat pada struktur pile slab terhadap hasil perencanaan dimensi dan tulangan, maka dilakukan sejumlah model desain sebanyak 3 (tiga) level panjang segmen pelat berturut-turut 8 m, 10 m dan 12 m dengan kombinasi diameter pilar 0,5 m dan 0,6 m. Sebagai tahap akhir hasil desain, diperoleh jumlah kebutuhan tulangan yang paling efisien adalah segmen pelat 8 m dengan diameter pilar 0,5 m, yaitu tulangan D16 - 100 untuk arah memanjang dan D16 - 200 untuk tulangan arah melintang. Tulangan bagi yang diperlukan adalah D13 - 200 untuk masing-masing arah pelat. Kata

    Uji Kuat Tekan Bata Merah Menggunakan Mortar Pasir Kwarsa

    Full text link
    Batu bata merah merupakan salah satu unsur bangunan yang banyak digunakan di Indonesia, oleh karena itu penting untuk mengetahui seberapa besar kekuatan dari batu bata merah. Ada banyak metode pengujian kuat tekan batu bata merah yang bisa digunakan, sehingga menimbulkan perbedaan hasil kuat tekan batu bata dari tiap metode pengujian. Pada penelitian ini dilakukan proses pengujian batu bata merah dari tiap metode pengujian. Metode pengujian yang dipakai yaitu SNI dan ASTM dengan model benda uji untuk SNI sebanyak 4 model (Kubus, SNI 6 mm, SNI 1 cm, SNI 2 cm), sedangkan untuk metode ASTM model yang diuji hanya satu sesuai dengan keteapan yang terncantuk di ASTM C67. Untuk proses pengujian yang mengacu pada SNI permukaan benda uji diberi beban hingga mencapai beban maksimum dengan kecepatan 2 Kg/cm2/det. Sedangkan untuk metode ASTM benda uji diberi beban hingga mencapai beban maksimum dengan kecepatan 907,125 Kg/menit. Hasil kuat tekan metode SNI maupun ASTM didapat dari beban tekan tertinggi dibagi bidang yang dibebani. Jenis batu bata merah yang digunakan pada penelitian ini adalah batu bata merah produksi Gondanglegi dan batu bata merah produksi Turen. Hasil proses pengujian menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan antara model benda uji yang mengacu ASTM dan model benda uji yang mengacu pada SNI, dimana model benda uji yang mengacu pada ASTM mempunyai kuat tekan rata-rata sebesar 62,002 Kg/cm2 untuk Gondanglegi dan 60,596 Kg/cm2 untuk Turen, sedangkan untuk rata-rata kuat tekan terbesar yang mengacu pada metode SNI yaitu model SNI 2 cm untuk Gondanglegi dengan kuat tekan sebesar 21,604 Kg/cm2 dan model SNI 1 cm untuk Turen dengan kuat tekan sebesar 24,014 Kg/cm2
    corecore