40 research outputs found

    Review: Efek Farmakologis dan Efek Toksik dari Daun Yakon (Smallanthus sonchifolius)

    Get PDF
    Abstract. Daun yakon  mengandung senyawa fenolik seperti golongan asam organik, flavonoid, dan sesqueterpen lakton yang memiliki banyak efek farmakologis. Daun yakon sebagai antioksidan mengikat secara langsung gugus reaktif radikal serta menghambat pembentukan enzim penyebab terbentuknya radikal. Sebagai antidiabetes daun yakon menurunkan kadar glukosa darah dan meningkatkan pembentukan insulin serta menghambat proses glikogenolisis dan glukoneogenolisis.  Daun yakon sebagai antikanker menginduksi nekrosis sel kanker secara kemopreventif melalui tahap primer, sekunder, dan tersier. Sesqueterpen lakton merupakan senyawa antimikroba daun yakon penghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Asam klorogenat dalam daun yakon mengganggu aktivitas dan metabolisme mikroba dengan merusak membran sel. Sebagai antiinflamasi daun yakon meredam terjadinya inflamasi melalui penghambatan dan pengikatan faktor DNA transkripsi NF-kB dengan mengatur transkripsi mediator pro inflamasi. Secara in vitro dan in vivo daun yakon terbukti aman dikonsumsi dalam jangka panjang sampai batas dosis efektif yang diteliti. Terdapat pula hasil bahwa efek menyembuhkan setelah pengobatan selama 30 hari bersifat reversibel, sehingga daun yakon tidak dapat dikonsumsi dalam jangka waktu panjang. Perbedaan tersebut disebabkan banyak faktor seperti spesies dan jumlah hewan uji, cara pemberian dan pemilihan dosis sampel serta efek samping yang terjadi, teknik dan prosedur pengujian termasuk cara penanganan hewan selama percobaan dan keadaan sampel harus diperhatikan dalam proses pengujian. Kata kunci : daun yakon, senyawa fenolik, efek farmakologis, efek toksik   Abstract. Yacon leaves contain phenolic compounds such as organic acids, flavonoids, and lactone sesqueterpenes which have many pharmacological effects. As an antioxidant, yacon leaves bind directly to radical reactive groups and inhibit the formation of enzymes that cause radical formation. As an antidiabetic, yacon leaves reduce blood glucose levels and increase insulin formation and inhibit the processes of glycogenolysis and gluconeogenolysis. As an anti-cancer agent, yacon leaves induce chemopreventive cancer cell necrosis through primary, secondary, and tertiary stages. Sesqueterpen lactone is an antimicrobial compound of yacon leaves that inhibits the growth of bacteria and fungi. The chlorogenic acid in yacon leaves disrupts microbial activity and metabolism by damaging cell membranes. As an anti-inflammatory, yacon leaves reduce inflammation through inhibition and binding of the transcription DNA factor NF-kB by regulating the transcription of pro-inflammatory mediators. In vitro and in vivo yacon leaves are proven to be safe for consumption in the long term until the effective dosage limit studied. There is also the result that the healing effect after 30 days of treatment is reversible, so that the yakon leaves cannot be consumed in the long term. This difference is due to many factors such as species and number of tested animals, method of administration and selection of sample doses and side effects that occur, testing techniques and procedures including how to handle animals during the experiment and the state of the sample must be considered in the testing process. Key words: yavon leaves,  fenolic compound, pharmacological effects,  toxic effect

    PENGARUH VARIASI pH DAN LAMA PEREBUSAN KACANG PANJANG (Vigna Sesquipedalis (L) fruhw) TERHADAP KADAR ASAM KOLAT DAN ASAM DEOKSIKOLAT PADA FESES HEWAN COBA (Rattus norvegicus L) (THE EFFECT OF pH VARIATION AND LENGTH BOILING TIME OF YARD-LONG BEAN (Vigna S

    Get PDF
    Pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran pada hakikatnya dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Keempat istilah tersebut merupakan satu kesatuan dalam pembelajaran. Pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang akan dan/atau sedang digunakan dapat diketahui dari langkah-langkah pembelajaran yang telah tersusun dan/atau sedang terjadi. Pendekatan pembelajaran adalah cara umum dalam memandang pembelajaran. Sedangkan strategi pembelajaran adalah ilmu dan kiat di dalam memanfaatkan segala sumber belajar yang dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Metode mengajar adalah berbagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan teknik pembelajaran adalah ragam khas penerapan suatu metode sesuai dengan latar penerapan tertentu. Teknik pembelajaran mengambarkan langkah-langkah penggunaan metode mengajar yang sifatnya lebih operasional. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan teknik pembelajaran di antaranya adalah kemampuan dan kebiasaan guru, ketersedian sarana dan waktu, serta kesiapan siswa. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih strategi pembelajaran ialah tujuan pembelajaran, jenis dan tingkat kesulitan materi pelajaran, sarana, waktu yang tersedia, siswa, dan guru

    ADSORPSI Pb2+ OLEH ARANG AKTIF SABUT SIWALAN (Borassus flabellifer) (ADSORPTION OF Pb2+ BY SIWALAN FIBER (Borassus flabellifer) ACTIVATED CARBON)

    Get PDF
    Pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran pada hakikatnya dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Keempat istilah tersebut merupakan satu kesatuan dalam pembelajaran. Pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang akan dan/atau sedang digunakan dapat diketahui dari langkah-langkah pembelajaran yang telah tersusun dan/atau sedang terjadi. Pendekatan pembelajaran adalah cara umum dalam memandang pembelajaran. Sedangkan strategi pembelajaran adalah ilmu dan kiat di dalam memanfaatkan segala sumber belajar yang dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Metode mengajar adalah berbagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan teknik pembelajaran adalah ragam khas penerapan suatu metode sesuai dengan latar penerapan tertentu. Teknik pembelajaran mengambarkan langkah-langkah penggunaan metode mengajar yang sifatnya lebih operasional. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan teknik pembelajaran di antaranya adalah kemampuan dan kebiasaan guru, ketersedian sarana dan waktu, serta kesiapan siswa. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih strategi pembelajaran ialah tujuan pembelajaran, jenis dan tingkat kesulitan materi pelajaran, sarana, waktu yang tersedia, siswa, dan guru

    IN VITRO IRON AVAILABILITY AND ADSORPTION PATTERN ON COMBINATION OF ACIDITY AND LENGTH OF BOILING TIME ON YARD LONG BEAN

    Get PDF
    The aim of the study is to find iron availability and binding pattern by dietary fiber macromolecule on combination of acidity and length of boiling time, through Kads and Keff, boiling procees at the level of pH 4 and 7 with boiling time at 0 (raw), 5, 15, and 25 minutes. Iron availability and adsorption pattern were analyzed through Miller's in-vitro and Langmuir-Scatchard graph methods. The results of the study showed: (1) the highest iron availability occurs at raw-pH4 treatment; (2) decreasing pH and increasing boiling time decrease Kads,Keff, percent iron bound, and increase iron availability; (3) iron binding pattern by dietary fiber macromolecules through formation of complex compound was more prominent than physical adsorption, involving two types of specific binding sites, one of which showed a higher affinity.   Keywords: iron availability, adsorption pattern, dietary fiber, acidity (pH), boiling tim

    EFEK METODE PENGOLAHAN DAN PENYIMPANAN TERHADAP KADAR SENYAWA FENOLIK DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

    Get PDF
    Abstrak. Senyawa fenolik merupakan hasil metabolit sekunder tanaman dengan banyak manfaat seperti  antioksidan, antiinflamasi, antidiabetik, imunoregulasi, antikanker, antimikrobia, dan sebagainya. Kelemahan dari senyawa ini adalah kestabilannya yang rendah terutama ketika proses pengolahan dan penyimpanan. Oleh karenanya diperlukan pengetahuan tentang efek pengolahan dan penyimpanan terhadap kadar senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan untuk mengetahui pengolahan dan penyimpanan yang tepat. Pengolahan umumnya dilakukan dengan perebusan, fermentasi, iradiasi UV C, penambahan enzim, pasteurisasi, dan pengeringan dengan oven. Dalam pengolahan dan penyimpanan, senyawa fenolik dapat mengalami peningkatan maupun penurunan bergantung suhu, lama, tingkat oksigen, paparan cahaya dan enzim yang digunakan. Hasilnya, proses pengolahan yang disarankan untuk mempertahankan senyawa fenolik adalah steam, vakum, sonikasi, blanching, pasteurisasi, freezing, fermentasi, dan perkecambahan. Untuk proses penyimpanan yang disarankan adalah penyimpanan dengan suhu dan kadar oksigen yang rendah serta terhindar dari cahaya. Stabilitas senyawa fenolik juga tidak selalu berbanding lurus dengan aktivitas antioksidannya, penurunan senyawa fenolik tidak selalu menghasilkan penurunan nilai aktivitas antioksidan. Hal tersebut karena adanya kemungkinan senyawa antioksidan lain yang ikut terdeteksi sebagai nilai aktivitas antioksidan. Kata kunci : Senyawa fenolik, pengolahan, penyimpanan, aktivitas antioksidan  Abstract. Phenolic compounds are the result of plant secondary metabolites with many benefits such as antioxidants, anti-inflammatory, antidiabetic, immunoregulatory, anticancer, antimicrobial, and so on. The weakness of this compound is its low stability, especially during processing and storage. Therefore, it is necessary to know about the effects of processing and storage on the levels of phenolic compounds and antioxidant activity to determine the proper processing and storage. Processing is generally carried out by boiling, fermentation, UV C irradiation, adding enzymes, pasteurization, and oven drying. In processing and storage, phenolic compounds can increase or decrease depending on temperature, duration, oxygen levels, light exposure and the enzymes used. As a result, the recommended treatment processes for maintaining phenolic compounds are steam, vacuum, sonication, blanching, pasteurization, freezing, fermentation, and germination. The recommended storage process is storage with low temperature and oxygen levels and avoiding light. The stability of phenolic compounds is also not always directly proportional to their antioxidant activity, a decrease in phenolic compounds does not always result in a decrease the value of antioxidant activity. This is due to the possibility of other antioxidant compounds being detected as a value of antioxidant activity.   Key words: Phenolic compounds, processing, storage, antioxidant activit

    PENGARUH PERENDAMAN LARUTAN SODIUM TRIPOLYFOSFAT FOOD GRADE (STPP FG) PADA DAGING AYAM POTONG (Gallus Gallus) TERHADAP KADAR GLUKOSA (EFFECT OF SODIUM TRIPOLYFOSFAT SOAKING SOLUTION FOOD GRADE (STPP FG) TO MEAT CHICKEN (Gallus Gallus) OF GLUCOSE LEVELS)

    Get PDF
    Pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran pada hakikatnya dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Keempat istilah tersebut merupakan satu kesatuan dalam pembelajaran. Pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang akan dan/atau sedang digunakan dapat diketahui dari langkah-langkah pembelajaran yang telah tersusun dan/atau sedang terjadi. Pendekatan pembelajaran adalah cara umum dalam memandang pembelajaran. Sedangkan strategi pembelajaran adalah ilmu dan kiat di dalam memanfaatkan segala sumber belajar yang dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Metode mengajar adalah berbagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan teknik pembelajaran adalah ragam khas penerapan suatu metode sesuai dengan latar penerapan tertentu. Teknik pembelajaran mengambarkan langkah-langkah penggunaan metode mengajar yang sifatnya lebih operasional. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan teknik pembelajaran di antaranya adalah kemampuan dan kebiasaan guru, ketersedian sarana dan waktu, serta kesiapan siswa. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih strategi pembelajaran ialah tujuan pembelajaran, jenis dan tingkat kesulitan materi pelajaran, sarana, waktu yang tersedia, siswa, dan guru

    Analysis of Sacharide Monomer and Functional Groups of Fe- Dietary Fiber Complex at Acid Condition Boiling

    Get PDF
    The aim of the study was to describe the changes of sacharide monomer and functional groups of Fe-dietary fiber complex at boiling with acidic medium. The research was designed as the Pre test-Post test Control Group, the treatment of variation pH (pH 3 and 7) and boiling time (raw and 35 minutes). The dependent variables were sacharide monomer of dietary fiber and functional groups of Fe-dietary fiber complex. FeSO4. 7 H2O was added as source of mineral Fe. The results of the study showed: 1) At pH 3-boiling time 35’ treatment, no changes to kinds of dietary fiber sacharide monomer, however changes of monomer content. 2) At pH 3-35’ treatment, the Fe binding both to lignin and cellulose at –OH groups, but it was not able to bind hemicellulose. At raw-pH 7, the Fe binding to lignin at –OH, -COOH groups; to cellulose at –OH, -CH2-O-CH2-, -COO groups; while to hemicellulose at –OH groups

    THE EFFECT OF YACON TUBERS SYRUP ON CALCIUM CONTENT OF FEMORAL BONE IN WHITE RATS (Rattus Norvegicus)

    Get PDF
    The research objectives were to determine: 1) the effect of yacon tuber syrup supplementation on on rat bone calcium levels 2) the correlation of the total amount of short chain fatty acids (ALRP) to the calcium levels of the femur. The experimental animal used was 36 Rattus norvegicus. Were divided into 3 groups of supplement treatment: 1) aquadest, 2) yacon tubers syrup, 3) commercial FOS. After 48 days of treatment, the femur bone was analyzed for calcium levels by the digestion method. The instruments used were HPLC to test ALRP levels, GC to test FOS levels, and  AAS to test calcium levels. Data analysis was done through the One Way Anova test (α = 0.05), the Post Hoc LSD, and the product moment correlation. The results of the analysis showed 1)  The increase in average calcium levels from the K(-) group to P1 was 1.211 mg/mL and the post hoc statistical test between the K(-) and P1 (p>0.05) groups showed no significant difference between yacon tuber syrup supplementation on calcium levels. mouse bones. 2) Correlation analysis shows the correlation coefficient of r = 0.394 so that there is a low relationship between the total amount of ALRP and calcium levels in the femur bones of experimental animals.   Keyword : yacon, FOS, calsium, absorption  Tujuan penelitian untuk mengetahui: 1) pengaruh suplementasi sirup umbi yakon terhadap kadar kalsium tulang tikus 2) korelasi jumlah total asam lemak rantai pendek (ALRP) terhadap kadar kalsium tulang tikus. Hewan coba yang digunakan adalah 36 ekor Rattus norvegicus, terbagi 3 kelompok perlakuan suplemen: 1) perlakuan air, 2) sirup umbi yakon, 3) FOS komersial. Perlakuan selama 48 hari, tulang femur digunakan sebagai sampel yang dianalisis kadar kalsium dengan metode destruksi. Instrumen  yang digunakan adalah HPLC untuk uji kadar ALRP, GC uji kadar FOS, dan AAS uji kadar kalsium.. Analisis data melalui uji Anova satu jalur (α=0,05), Post Hoc LSD, dan korelasi product moment (α=0,05). Hasil analisis menunjukkan 1) Kenaikan hasil rata-rata kadar kalsium dari kelompok K(-) terhadap P1 sebesar 1,211 mg/mL dan uji statistik post hoc antara kelompok K(-) dan P1 (p>0,05) menunjukkan tidak adanya perbedaan secara signifikan suplementasi sirup umbi yakon terhadap kadar kalsium tulang tikus. 2) Analisis korelasi menunjukkan hasil koefisien korelasi sebesar r = 0,394 sehingga terdapat hubungan yang rendah antara jumlah total ALRP dengan kadar kalsium pada tulang femur hewan coba. Kata kunci: umbi yakon, FOS, kalsium, absorps

    EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN KADAR FENOLIK TOTAL EKSTRAK DAUN YAKON (Smallanthus sonchifolius) DENGAN VARIASI DAERAH BUDIDAYA TANAM DAN LAMA WAKTU EKSTRAKSI

    Get PDF
    Abstrak. Yakon merupakan tanaman asli dari dataran tinggi Andes di Amerika Selatan yang selama berabad-abad telah digunakan untuk makanan maupun obat tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas antibakteri dan kadar fenolik total ekstrak daun yakon dengan variasi daerah budidaya tanam dan lama waktu ekstraksi. Daun yakon diperoleh dari daerah Magetan (900 mdpl) dan Wonosobo (1200 mdpl). Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode dekoksi selama 0, 5, 10, 15 dan 20 menit. Penentuan kadar fenolik total menggunakan metode Folin-Ciocalteu dengan spektrofotometer UVVis pada 785 nm. Uji efektivitas antibakteri menggunakan metode difusi cakram dengan konsentrasi 200, 400, 600, 800, dan 1000 ppm. Hasil penelitian menunjukkan kadar fenolik total tertinggi terdapat pada sampel Magetan dan pada waktu ekstraksi 0 menit yaitu sebesar 158.45 mg CAE/g ekstrak. Aktivitas antibakteri tertinggi ditunjukkan oleh sampel Magetan dengan konsentrasi 1000 ppm yaitu sebesar 7.3 mm dan tergolong antibakteri yang sedang. Data dianalisis melalui Anova one way dan Kruskal-wallis. Data statistik sampel Magetan yang diperoleh dengan uji post-hoc LSD menunjukkan bahwa kadar fenolik total yang dihasilkan pada menit ke-0 hingga menit ke-20 waktu ekstraksi mengalami penurunan secara signifikan. Untuk data statistik sampel Wonosobo yang diperoleh dengan uji post-hoc Mann-Whitney menunjukkan bahwa kadar fenolik total yang dihasilkan pada menit ke-0 hingga menit ke-5 ekstraksimengalami penurunan secara signifikan namun tidak berbeda nyata sampai menit ke-20 waktu ekstraksi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tempat tumbuh daun yakon paling optimum adalah di Magetan dengan kadar fenolik total paling efektif sebesar 158.45 mg CAE/g ekstrak dan menunjukkan aktivitas antibakteri tertinggi konsentrasi 1000 ppm yaitu sebesar 7.3 mm.Kata Kunci: Daun yakon, ketinggian tempat tumbuh, lama ekstraksi. Abstract. Yacon is native plant of the Andes in South America for centuries have been used for food and traditional medicines. Research is aimed to determine the effectiveness of antibacterial and total phenolic content from yacon extract leaves with the variation of cultivation area and length of time the extraction.Yacon leaves obtained from Magetan (900 masl) and Wonosobo (1200 masl). Decoction used for method of extraction with 0, 5, 10, 15 and 20 minutes. Determination of total phenolic levels using the FolinCiocalteu method with UV-Vis spectrophotometer at 785 nm. Diffusion of discs used for antibacterial test by concentration 200, 400, 600, 800, and 1000 ppm. The results showed the highest total phenolic content in the Magetan sample and at the time of extraction of 0 minutes that is equal to 158.45 mg CAE/g extract. The highest antibacterial activity in the Magetan sample with a concentration of 1000 ppm is 7.3 mm and was classified as medium. One way Anova and Kruskal-wallis were used for statistical tests. The statistical data of the Magetan sample obtained by the LSD post-hoc test showed that the total phenolic content produced in the 0 to 20 minute extraction time decreased significantly. Mann-Whitney post-hoc test on Wonosobo samples showed that the total phenolic levels produced in the 0 to 5 minutes of fermentation decreased significantly but not significantly different until 20 minute extraction time. Based on the results of the study it can be concluded that the most optimum place to grow yakon leaves is in Magetan with the most effective total phenolic content of 158.45 mg CAE / g extract and shows the highest antibacterial activity concentration of 1000 ppm that is equal to 7.3 mm. Key words: Yacon leaves, cultivation area, time of extractio

    Interaction Mechanism of Fe with Dietary Fiber Component at in vitro Gastrointestinal System Condition

    Get PDF
    The aim of the research was to describe the interaction mechanism of Fe with yard long bean dietary fiber macromolecules at gastrointestinal system in-vitro, through the combination of acidity and boiling time. The research based on the factorial experimental design, with two independent variables, i.e. acidity medium (pH 3, 4, 5, 6, 7)and boiling time (0/raw, 5, 20, 35 minutes). Dependent variables were iron binding percentage, effective stability constants (Keff), and adsorption constants (Kads). Scatchard and Langmuir graph methods through Keff and Kads were then applied to determine the mechanism of iron interaction. The results of the research showed that the highest binding Fe by dietary fiber at pH 7- raw, and lowest at pH 3- boiling time 35 minutes. The iron binding pattern by dietary fiber at gastrointestinal system is through formation of complex compound that more prominent than physically adsorption, and involved two types of specific binding sites, one of which showed a higher affinity than the other
    corecore