9 research outputs found

    Hubungan Kecanduan Gadget Dengan Kualitas Tidur Pada Murid Smp Sma Hillcrest School Selama Pandemi Covid-19

    Get PDF
    Gadget merupakan perangkat elektronik yang memiliki fungsi khusus. Beberapa contoh gadget adalah smartphone dan laptop. Dengan adanya beragam aplikasi yang berada dalam gadget bisa membantu masyarakat di berbagai aspek sebagai alat komunikasi ataupun sebagai sarana informasi tambahan. Namun, penggunaan berlebihan bisa mengakibatkan ketergantungan atau kecanduan terhadap gadget tersebut. Kecanduan gadget memiliki dampak buruk seperti sulit untuk konsentrasi, masalah memori, dan mempengaruhi pola tidur. Pola tidur adalah salah satu dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi kualitas tidur dimana seharusnya kualitas tidur harus dijaga dengan baik khususnya bagi anak-anak atau remaja yang masih dalam tahap pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecanduan gadget dengan kualitas tidur pada murid SMP dan SMA Hillcrest School. Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 72 murid, dimana 65,3% memiliki kualitas tidur yang buruk dan 34,7% memiliki kualitas tidur yang baik. Sebanyak 31,9% murid dengan kualitas tidur buruk didapatkan kecanduan gadget sedangkan 100,0% dengan kualitas tidur yang baik itu tidak kecanduan gadget. Hasil penelitian di uji dengan Fisher’s exact menunjukan terdapat hubungan bermakna antara kecanduan gadget dengan kualitas tidur (p < 0,05). Sebagai kesimpulan, penelitian ini memperlihatkan terdapat hubungan antara kecanduan gadget dengan kualitas tidur pada murid SMP dan SMA Hillcrest School

    Optimasi Fuzzy C-Means dan K-Means Menggunakan Algoritma Genetika untuk Pengklasteran Dataset Diabetic Retinopathy

    Get PDF
    Diabetic Retinopathy adalah komplikasi dari diabetes yang mengakibatkan gangguan pada retina mata. Gangguan tersebut dapat diketahui dengan deteksi awal melalui data yang diekstraksi dari citra mata. Deteksi awal dapat dilakukan dengan menggunakan metode clustering. Metode yang digunakan yaitu Fuzzy C-Means dan K-Means. Fuzzy C-Means dan K-Means memiliki kelemahan dari jumlah iterasi yang besar. Jumlah iterasi pada Fuzzy C-Means dan K-Means dapat dioptimasi dengan menggunakan Algoritma Genetika. Optimasi dilakukan dengan cara mengganti bagian pada Fuzzy C-Means dan K-Means pada saat menentukan pusat cluster. Dataset yang digunakan pada penelitian adalah dataset Diabetic Retinopathy. Hasil optimasi sebelum dan sesudah  hybrid Algoritma Genetika pada Fuzzy C-Means terlihat pada nilai rata-rata iterasi dari 17,1 menjadi 6,65 terjadi penurunan sebesar 61,11% dan pada K-Means terlihat pada nilai rata-rata iterasi dari 10,85 menjadi 7,35 terjadi penurunan sebesar 32,25%. Berdasarkan hasil perbandingan nilai rata-rata iterasi Algoritma Genetika–Fuzzy C-Means dan Algoritma Genetika-K-Means maka dapat disimpulkan bahwa Algoritma Genetika-Fuzzy C-Means memiliki jumlah iterasi yang lebih baik dibanding Algoritma Genetika-K-Means. Algoritma Genetika-Fuzzy C-Means juga memiliki inter cluster distance yang paling kecil dan intra cluster distance yang paling besar. AbstractDiabetic Retinopathy is diabetic complication that cause retina disorder. Retina disorder can be known from data extracted from eye image. Early detection conduct using clustering. These methods are Fuzzy C-Means and K-Means. These methods have large number of iteration as weakness. Number of iteration can be optimized using genetic algorithm. Optimization conducted by replace a part from Fuzzy C-Means dan K-Means that use to generate early centroid. The dataset used in the study is a dataset of diabetic retinopathy. The optimization results before and after hybrid GeneticAlgorithm on Fuzzy C-Means are the average iteration values decreased from 17.1 to 6.65, decreasing 61,11% and in K-Means are the average iteration values decreased from 10.85 to 7.35 decreasing 32,25%. Based on the comparison of Genetic Algorithm  Fuzzy C-Means and Genetic Algorithm K-Means iterations, it can be concluded that Genetic Algorithm Fuzzy C-Means has a better number of iteration than Genetic Algorithm K-Means. Genetic Algorithm-Fuzzy-C-Means has smallest inter cluster distance and biggest intra cluster distance

    EVALUASI SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. ABC

    Get PDF
    EVALUASI SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. ABC - Evaluasi, Sistem Informasi, Pengendalian Umum, Pengendalian Intern

    STUDI RELEVANSI KOMPETENSI PROJECT MANAGER DENGAN PENINGKATAN JUMLAH PROYEK DESAIN INTERIOR SURABAYA

    Get PDF
    Salah satu faktor tercapainya keberhasilan suatu usaha tidak lepas dari campur tangan manajer proyek. Project manager memegang kontribusi penting dalam manajaemen proyek, oleh karena itu project manager seyogyanya memiliki standar kompetensi tertentu untuk mendukung kinerja. Parameter kompetensi project manager sendiri dibagi menjadi knowledge(pengetahuan), skill(Keahlian/Keterampilan) dan attitude(sikap). Sedangkan salah satu indikator proyek dikatakan berhasil atau kinerja dapat dilihat dari peningkatan jumlah project. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fenomena saat ini yang berangkat dari teori empiris kapabilitas dinamik sehingga didapatkan penjelasan hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan terikat. Metodenya menggunakan kuantitatif spesifik kausal komparatif. Pengumpulan data dengan survey yaitu kuesioner menggunakan teknik purposive sampling. Populasi berjumlah 105 perusahaan penyedia jasa interior di Surabaya dan target sampel terpilih 50 responden dari project manager/owner terkait. Teknik analisis menggunakan analisis statistik deskriptif dengan bantuan SPSS dan tahapan uji validitas serta realibilitas menggunakan Pearson Corelation juga Alpha Cronbach. Berdasarkan perhitungan semua soal kuesioner dikatakan valid dan reliabel oleh karena itu data dapat dilakukan uji selanjutnya, regresi linear berganda. Berdasarkan pengujian disimpulkan ketiga variabel X1, X2 dan X3 memiliki hubungan namun belum tentu berpengaruh secara individu/parsial, sedangkan secara simultan ketiga variabel X1, X2 dan X3 menyumbangkan kontribusi bersama-sama sebesar 25,1% terhadap peningkatan jumlah proyek(Y). Hal ini dapat dijabarkan sebab kompetensi attitude(X3) memiliki korelasi yang sangat rendah positif dan tidak signifikan sebesar 0,047 signifikansi 0,372; serta uji pengaruh parsial t hitung 0,05 yaitu 0,328 0,05

    RELATIONSHIP BETWEEN PROJECT MANAGER COMPETENCIES WITH INCREASING NUMBER OF INTERIOR DESIGN PROJECT INSURABAYA

    Get PDF
    One success factor for business development cannot be separated from project manager support which holds an important contribution in project management. For competency parameters itself are divided intoknowledge, skill and attitude. Meanwhile, one indicator that makes project or performance successful canbe seen through quantity number of increasing projects. This study aims to examine the current phenomenon which departs from dynamic capability as grand theory in order to obtain an explanation of the causal relationship between the variables using specific quantitative method called causal comparativeswith purposive sampling technique for digital questionnaire to collect data. Among 105 of interior businesses in Surabaya, there are 50 target sample respondents related to project manager that have beenspecifically chosen. SPSS software was used to help descriptive statistical analysis technique also using Pearson Correlation for validity test and Alpha Cronbach for reliability test. Based on the results, all questionary are valid and reliable, therefore data obtained can be tested for further analysis named multiple linear regression. As for the conclusion, three variables (X1, X2 and X3) have correlations, but doesn’t necessarily mean they does have causal relationship individually, whilst simultaneously together give effect towards increasing number interior design project with value of 25,1%. It can be explained because attitude competency(X3) has a very weak positive and insignificant correlation of 0,045 with a significance value 0,372; also partial causal effect t test result which is t count 0,05 i.e. 0,328 0,05

    Career intentions of medical students in the UK: a national, cross-sectional study (AIMS study)

    No full text
    Objective To determine current UK medical students’ career intentions after graduation and on completing the Foundation Programme (FP), and to ascertain the motivations behind these intentions.Design Cross-sectional, mixed-methods survey of UK medical students, using a non-random sampling method.Setting All 44 UK medical schools recognised by the General Medical Council.Participants All UK medical students were eligible to participate. The study sample consisted of 10 486 participants, approximately 25.50% of the medical student population.Outcome measures Career intentions of medical students postgraduation and post-FP, motivations behind these career intentions, characterising the medical student population and correlating demographic factors and propensity to leave the National Health Service (NHS).Results The majority of participating students (8806/10 486, 83.98%) planned to complete both years of the FP after graduation, with under half of these students (4294/8806, 48.76%) intending to pursue specialty training thereafter. A subanalysis of career intentions after the FP by year of study revealed a significant decrease in students’ intentions to enter specialty training as they advanced through medical school. Approximately a third of surveyed students (3392/10 486, 32.35%) intended to emigrate to practise medicine, with 42.57% (n=1444) of those students not planning to return. In total, 2.89% of students intended to leave medicine altogether (n=303). Remuneration, work-life balance and working conditions were identified as important factors in decision-making regarding emigration and leaving the profession. Subgroup analyses based on gender, type of schooling, fee type and educational background were performed. Only 17.26% of surveyed students were satisfied or very satisfied with the overall prospect of working in the NHS.Conclusions The Ascertaining the career Intentions of UK Medical Students study highlights UK students’ views and career intentions, revealing a concerning proportion of those surveyed considering alternative careers or emigration. Addressing factors such as remuneration, work-life balance and working conditions may increase retention of doctors and improve workforce planning efforts

    News and views in Histochemistry and Cell Biology

    No full text
    corecore