11 research outputs found

    STATUS AKTIVITAS FISIK, ANTROPOMETRI, DAN TINGKAT KEBUGARAN MAHASISWA TPB ITB

    Get PDF
    Aktivitas fisik merupakan gerak tubuh yang dihasilkan otot rangka yang memerlukan suatu pengeluaran energy, Kurangnya aktivitas fisik dan rendahnya tingkat kebugaran pada remaja di sekolah menengah atas dianggap sebagai pemicu rendahnya tingkat kebugaran mahasiswa TPB ITB. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui ratarata status aktivitas fisik, antropometri, tingkat kebugaran dan status kesehatan mahasiswa TPB ITB sebelum dan setelah menjalani MKOR. Metode: sebanyak 3447 mahasiswa TPB ITB laki-laki (umur: 18,01 ± 0,69 tahun; tinggi badan: 169,27 ± 13,11 cm; berat badan: 63,65 ± 14,27 kg) dan perempuan (umur: 18,03 ± 0,65 tahun; tinggi badan: 159,38 ± 6,87 cm; berat badan: 52,99 ± 9,03 kg) berpartisipasi dalam penelitian. Seluruh mahasiswa yang diambil sebagai sampel penelitian adalah yang mengikuti tes kebugaran kategori lari. Data aktivitas fisik didapat dari International Physical Activity Quesstionaire (IPAQ), penelitian ini menggunakan One Group Pretest-Posttest Design dengan melakukan tes awal dan tes akhir menggunakan Cooper test 2,4 km untuk mencari nilai rata-rata tingkat kebugaran yang digambarkan dengan VO2max. Hasil: Secara keseluruhan mahasiswa lakilaki memliki rata-rata IMT (Indeks Massa Tubuh) 21,80 ± 3,79 dan perempuan 20,74 ± 3,00. Rata-rata skor aktivitas fisik mahasiswa laki-laki pada saat SMA adalah 1520,80 ± 1444,50 dan pada saat TPB 2330,00 ± 1800,77, sedangkan skor aktivitas fisik perempuan pada saat SMA adalah 1029,55 ± 1000,82 dan pada saat TPB 2020,46 ± 1895,68. Rata-rata tingkat kebugaran mahasiswa laki-laki tes awal adalah 35,34 ± 5,74 dan tes akhir 38,27 ± 7,08 sedangkan perempuan memperoleh nilai tes awal 28,60 ± 4,06 dan tes akhir 30,17 ± 5,17. Untuk status kesehatan secara keseluruhan mahasiswa TPB ITB 66,79% memiliki status kesehatan yang baik, kemudian 22,88% memiliki penyakit dengan tingkat resiko menengah dan 10,33%.mempunyai penyakit dengan tingkat resiko tinggi. Kesimpulan: secara keseluruhan mahasiswa TPB ITB mempunyai IMT yang normal dan status kesehatan yang baik hal ini dibuktikan oleh adanya peningkatan kadar VO2max yang signifikan, hal ini berbanding lurus dengan besarnya tingkat aktivitas fisik yang yang diperoleh

    Analysis The Level Aggressiveness of Karate Athletes on Kata Number

    Get PDF
    Karate is one of the oldest martial arts originating from Japan and has developed rapidly in Indonesia. Karate itself is a martial art that has Chinese martial influences and kempo. A karate martial artist must certainly have a good level of aggressiveness so that later it can be used in a match that requires a high level of success. The purpose of this study was to determine the level of aggressiveness of karate athletes in word numbers. This study was conducted using quantitative descriptive methods using closed questionnaire techniques. The population in this study is PP INKAI Prestasi athletes in Jakarta totaling 30 people. Determination of samples in this study through non-probability sampling techniques (purposive sampling) so that it became 15 people in accordance with the criteria desired by the researcher. The results of this study show that the level of aggressiveness of karate athletes in word numbers is included in the medium category because word numbers are numbers that compete for compactness, regularity of motion and discipline of movement. However, this can be a further input to further increase the aggressiveness of word number karate.

    ANALISIS GAYA HIDUP MAHASISWA TPB ITB TAHUN AJARAN 2018/2019

    Get PDF
    Latar Belakang : Gaya hidup adalah perilaku yang berhubungan dengan aktivitas fisik aktif, pola asupan nutrisi makan sehari-hari, kebiasaan merokok dan cukupnya waktu istirahat. Gaya hidup yang dihubungkan dengan tingkat kebugaran belum ada dalam literatur. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis aktivitas fisik aktif maupun tidak aktif, pola asupan nutrisi baik maupun kurang, kebiasaan merokok, waktu istirahat, dan tingkat kebugaran serta Odds Ratio yang merupakan ukuran paparan dari gaya hidup. Metode: Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa TPB ITB semester 1 tahun ajaran 2018/2019 berjumlah 1399 orang terdiri dari 798 kelompok putra dan 601 kelompok putri. Instrument penelitian menggunakan kuesioner gaya hidup yang terdiri dari komponen-komponen gaya hidup. Hasil: Penyakit sebulan terakhir penyakit menular sebesar 32.7% putra dan 38.9% putri dan PTM sebesar 42.23% putra dan 49.25% putri. Waktu tidur rerata 5.76 putra dan 5.88 putri. Kategori gaya hidup putra terdiri dari aktivitas fisik rerata 2150.08 MET menit/minggu putra dan 1906.03 MET menit/minggu putri. Pelaku perokok putra dan putri. Asupan nutrisi total rerata 2.82 kategori 3putra dan 2.74 kategori 3. Tingkat kebugaran rerata 38.91 putra 33.49  putri kategori cukup. Nilai korelasi antara gaya hidup total dengan kebugaran kelompok putra sebesar +0.089 dengan p-value 0.012 dan putri +0.105 dengan p-value 0.010 maka gaya hidup mempunyai hubungan signifikan dengan kebugaran. Nilai odds ratio putra gaya hidup buruk memiliki risiko 0.92 putra dan 0.79 putri kali lebih besar terserang penyakit dibandingkan orang memiliki gaya hidup baik. Simpulan: Tingkat kebugaran masuk dalam kategori lemah, namun nilai signifikan menunjukan semakin baik gaya hidup maka semakin baik pula tingkat kebugaran. Paparan penyakit dilihat dari odds ratio menunjukan bahwa semakin buruk gaya hidup maka semakin besar terserang penyakit dibandingkan orang yang memiliki gaya hidup sehat

    Efek Sesaat Polusi Udara (PM2.5) Terhadap FVC dan FEV1 pada Individu yang Sehat

    Get PDF
    Kebiasaan individu yang berolahraga di area dekat dengan perkotaan sudah menjadi kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan masing-masing. Namun disisi lain efek dari polusi udara menjadi permasalahan penting untuk menyeimbangkan antara manfaat dan resiko dalam berolahraga di area yang berpolusi. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek sesaat polusi udara terhadap FVC dan FEV­1 pada individu yang sehat. Penelitian ini menggunakan eksperimen semu dengan pendekatan One group pretest-posttest design. 8 subjek dipilih dengan kriteria inklusi yang sudah ditentukan. rata-rata usia 19,87 ± 1,24 tahun; tinggi, 166,81 ± 6,31 cm; dan berat, 56,30 ± 3,79 kg; FAT, 12,95 ± 2,76 %; BMI, 20,06 ± 0,95. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingginya tingkat polusi udara sejalan dengan penurunan pada FVC dan FEV1. Dengan tidak adanya penegakan peraturan lingkungan yang berarti untuk meredam pertumbuhan industrialisasi dan urbanisasi, kualitas udara akan terus memburuk, membuat para atlet semakin terpapar oleh polusi udara. Dengan demikian, inisiatif kesehatan masyarakat berskala besar, termasuk penelitian epidemiologis yang diperluas, diperlukan untuk melindungi populasi dan kebiasaan individu maupun masyarakat umum dalam berolahraga di luar ruangan khusus nya di stadion atau alun-alun yang dekat dengan perkotaan. Habits of individuals who exercise in areas close to urban areas have become a necessity to improve their health. But on the other hand the effects of air pollution are important issues to balance the benefits and risks in exercising in polluted areas. Thus the purpose of this study was to determine the momentary effects of air pollution on FVC and FEV1 in healthy individuals. This research uses quasi-experimental with One group pretest-posttest design approach. 8 subjects were selected with predetermined inclusion criteria. average age of 19.87 ± 1.24 years; height, 166.81 ± 6.31 cm; and weight, 56.30 ± 3.79 kg; FAT, 12.95 ± 2.76%; BMI, 20.06 ± 0.95. The results showed that the high level of air pollution is in line with the decrease in FVC and FEV1. In the absence of meaningful enforcement of environmental regulations to curb the growth of industrialization and urbanization, air quality will continue to deteriorate, leaving athletes increasingly exposed to air pollution. Thus, large-scale public health initiatives, including expanded epidemiological research, are needed to protect the population and habits of individuals and the general public in exercising outdoors in special stadiums or squares close to urban areas

    PENINGKATAN VO2MAX DAN ANALISIS KORELASI VARIABEL YANG MEMPENGARUHINYA

    Get PDF
    Pendahuluan: Salah satu tolok ukur kesehatan adalah tingkat kebugaran. Secara teori, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebugaran seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa korelasi antara Indeks Massa Tubuh (IMT), kekuatan tungkai, dan VO2Max mahasiswa yang menekuni olahraga permainan pada Tahap Persiapan Bersama (TPB) Institut Teknologi Bandung (ITB). Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Nilai kebugaran diukur dengan 2,4 km run-test, nilai IMT diperoleh dari pengukuran tinggi badan dan berat badan, kekuatan tungkai diukur dengan leg dynamometer, dan untuk mengetahui jenis olahraga yang ditekuni menggunakan angket. Sebanyak 156 laki-laki dan 17 perempuan dengan rata-rata usia 18 tahun yang memenuhi kriteria inklusi mengikuti kuliah olahraga selama satu semester. Pada awal dan akhir semester dilakukan pengukuran kebugaran. Pengukuran kekuatan tungkai dan IMT dilakukan pada akhir semester. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kelompok Keahlian Ilmu keolahragaan Sekolah Farmasi ITB. Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan, VO2Max rata-rata 40,61 ± 4,73 ml/kg/menit. Terdapat 8 orang (4,62%) yang memiliki kategori kebugaran "sangat kurang", 23 orang (13,29%) kebugarannya "kurang", 89 orang (51,45%) kebugarannya "sedang", 40 orang (23,12%) kebugarannya "baik", 8 orang (4,62%) kebugarannya "sangat baik", dan 5 orang (2,89%) kebugarannya "istimewa". Rerata usia 18 tahun, rerata tinggi badan 168,52 Cm, rerata berat badan 62,22 Kg, rerata IMT 21,84, rerata kekuatan tungkai 116,86 Kg, dan rerata intensitas olahraga tiga jam per minggu. IMT memiliki korelasi yang signifikan dengan VO2Max, kekuatan tungkai memiliki korelasi dengan kebugaran (p=0,057). Derajat kekuatan hubungan IMT dan kekuatan tungkai terhadap VO2Max adalah lemah (r=0,103). Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa program olahraga secara terstruktur selama dua jam per minggu dapat meningkatkan VO2Max secara bermakna. IMT dan kekuatan tungkai memberikan pengaruh terhadap kebugaran para mahasiswa yang menekuni olahraga pemainan

    TINGKAT KEBUGARAN DAN PRESTASI BELAJAR

    Get PDF
    Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan pengaruh tingkat kebugaran terhadap prestasi belajar pada mahasiswa Tahap Persiapan Bersama Institut Teknologi Bandung. Metode: Sebanyak 616 (laki-laki 402 orang, perempuan 214 orang) mahasiswa mengikuti kuliah olahraga seminggu sekali selama satu semester. Tes kebugaran menggunakan tes lari 2400 meter. Kebugaran dinilai dari tes kapasitas aerobic yang dikembangkan oleh Physical Readiness Test (PRT) US Navy, dikelompokkan kedalam tingkat kebugaran "sangat kurang", "kurang", "normal", "baik", "sangat baik", dan "istimewa". Prestasi belajar dilihat dari indeks prestasi kumulatif (IPK) pada awal dan akhir semester. Hasil: Tingkat kebugaran kelompok laki-laki 13,35 menit atau VO2Max 40,22 ml/kg/minute sedangkan kelompok perempuan 17,00 menit atau VO2Max 32,42 ml/kg/minute. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) pada skala 4 (maksimal), IPK kelompok laki-laki 3,48, kelompok perempuan 3,47. Indeks masa tubuh kelompok laki-laki 21,28 kg/m2, perempuan 20,50 kg/m2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kebugaran dengan prestasi belajar, namun instensitas olahraga yang tinggi yaitu lebih dari 9 jam perminggu berpengaruh signifikan terhadap tingkat kebugaran

    PROFIL KONDISI FISIK PEMAIN FUTSAL KOTA BANDUNG

    Get PDF
    Kemampuan fisik bagi seorang pemain futsal merupakan syarat untuk menampilkan performanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kondisi fisik pada pemain Futsal Kota Bandung (FKB). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Populasi penelitian ini adalah pemain FKB sebanyak 18 orang. Instrumen penelitian ini terdiri dari enam item tes: Modified Sit and Reach, Sit-Up, Shuttle Run, lari 20 meter, Bleep Test dan Vertical Jump. Pada penelitian ini didapat rata-rata usia 22,57±2,40 tahun, berat badan 60,94±4,48 kg, tinggi badan 168,61±3,94 cm, dan indeks massa tubuh 21,44±1,44 %. Rata-rata VO2 max para pemain sebesar 48,74±5,18 ml/kg/min, fleksibilitas 24,94±13 cm, daya tahan otot perut 82,61±14 kali, kecepatan 3,14±0,12 detik, kelincahan 11,76±0,61 detik, dan power tungkai 49,39±4,24 cm.  Berdasarkan hasil analisis data konversi nilai yang diperoleh; a. Tidak ada satupun pemain FKB yang berkategori Baik Sekali dan Baik, b. Kategori Cukup ada 6 pemain (33,33%), c. Kategori Kurang ada 10 pemain (55,56%), d. Kategori Sangat Kurang ada 2 pemain (11,11%)

    PENDEKATAN MENGAJAR TEKNIK PASSING DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA USIA 12 TAHUN (Studi Eksperimen pada Sekolah Sepak Bola Mandala Ganesa ITB

    Get PDF
    Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Dibuktikan dengan banyaknya SSB yang tumbuh di Kota Bandung khususnya dan Indonesia pada umumnya. Keberadaan ini belum mampu menyumbangkan atlet yang berprestasi di tingkat nasional, apalagi dunia. Berdasarkan pengamatan penulis ternyata masih banyak SSB yang pelatihnya memberikan latihan secara konvensional. Berdasarkan hasil pengamatan, penulis termotivasi untuk meneliti bagaimana cara pemberian materi latihan untuk anak usia usia 12 yang efektif. Penulis meneliti teknik passing yang terdiri dari passing stop danlong passing. Metode yang diberikan yaitu metode keseluruhan dan metode bagian. Penelitian terbatas hanya teknik passing. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Sampel yang digunakan siswa SSB Mandala Ganesa ITB usia 12 tahun. Latihan dilakukan 3 kali dalam satu minggu. Jumlah sampel penelitian sebanyak 30 orang. Berdasarkan perhitungan nilai Ó® dan SD didapat hasil: kelompok siswa dengan metode bagian (part method) untuk teknik passing stop data awal Ó®= 10, 73, data hasil tes akhir Ó®= 20,67 dan pada teknik long passing data awal Ó®=12,40, data hasil tes akhir Ó®= 25,07. Sedangkan, pada kelompok siswa dengan metode keseluruhan (whole method) untuk teknik passing stop data awal Ó®= 10,80, data hasil tes akhir Ó®= 15,60 dan pada teknik long passing data awal Ó®=12,00, data hasil tes akhir Ó®= 17,20. Dari hasil perhitungan tersebut terdapat perbedaan yang signifikan antara metode bagian (part method) dan metode keseluruhan (whole metho)

    Profile Komposisi Tubuh Atlet Junior Bulutangkis Indonesia: Kategori Ganda Putra

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengukur karakteristik fisiologi, secara spesifik pada pengukuran antropometri, untuk mendapatkan gambaran somatotype atlet bulutangkis Indonesia. 12 atlet bulutangkis junior kategori ganda putra berpartisipasi dalam penelitian ini. Pengukuran antropometri dengan menggunakan alat GE Lunar Prodigy DEXA, dan stadiometer portable dengan keakuratan 0.1cm untuk mengukur tinggi badan. Rata-rata berat badan adalah 69.01 ± 7.55 kg , rata-rata tinggi badan adalah 175.3 ± 5.96 cm, rata-rata BMI adalah 22.43 ± 1.98 kg/m-2, rata-rata lemak adalah 13.02 ± 3.80 kg, rata-rata prosentase lemak adalah 19.49 ± 4.37%, rata-rata massa otot adalah 53.09 ± 5.28 kg, rata-rata massa otot adalah 74.40 ± 10.28 %, rata-rata rasio lemak android/genoid adalah 0.76 ± 0.19 %, rata-rata massa otot lengan atas kanan adalah 3.36 ± 0.43 Kg, rata-rata massa otot lengan atas kiri adalah 2.89 ±  0.52 Kg, rata-rata massa otot tungkai bawah kanan adalah 9.87 ± 1.26 Kg, dan rata-rata massa otot tungkai bawah kiri adalah 9.43 ± 1.37 Kg. Penelitian ini menunjukkan bahwa jenis somatotype tubuh atlet bulutangkis junior kategori ganda putra Indonesia adalah mesomorph. Hal ini diperjelas dengan rata-rata BMI atlet bulutangkis junior kategori ganda putra Indonesia yang berada pada rata-rata 22.43±1.98 kg/m-2

    ANALISIS KARAKTERISTIK ANTROPOMETRI DAN KONDISI FISIK ATLET PELAJAR DISEKOLAH PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR SE-PULAU JAWA

    Get PDF
    Latar belakang: Sports science menekankan pentingnya pengukuran kondisi fisik pada setiap cabang olahraga untuk menentukan metode latihan yang tepat, yang dapat digunakan oleh pelatih dalam membina atlet. Penelitian bermaksud untuk mengukur karakteristik fisiologi atlet muda PPLP di beberapa cabang olahraga prioritas Indonesia, seperti: Atletik, Pencak Silat dan Taekwondo. Metode: Dalam penelitian ini, seluruh subjek melakukan pengukuran antropometri dan kondisi fisik. Dimana dalam pengukuran antropometri, meliputi berat badan, tinggi badan, Body mass Index (BMI). Sedangkan pada uji kondisi fisik, pengukuran meliputi lompat vertikal, sprint 30 meter, dan cooper test 2.4 km. Hasil: Penelitian ini berhasil menunjukan secara kuantitatif dan kualitatif, rata-rata antropometri, daya tahan aerobik (VO2max), daya tahan anaerobik (lompat vertikal dan sprint 30 meter) pada atlet dari cabang olahraga Taekwondo, Pencak Silat, dan Atletik. Pada pengukuran antropometri, hanya atlet Pencak Silat (putra dan putri), yang memiliki tinggi badan di bawah rata-rata nilai normal yang ditetapkan WHO. Sementara pada pengukuran daya tahan anaerobik pada variable sprint 30 meter, hanya atlet Atletik putra yang masuk kedalam rentang nilai normal yang telah ditetapkan, sementara atlet pada cabang olahraga lainnya tidak masuk kedalam rentang nilai normal tersebut. Di sisi lain, tidak ada rata-rata hasil lompat vertikal yang dibawah nilai normal, pada ketiga cabang olahraga yang telah dilakukan pengukuran, baik putra dan putri pada setiap cabang. Sementara itu, hasil pengukuran VO2max juga mencatatakan bahwa seluruh atlet (putra dan putri) dari ketiga cabang olahraga yang diukur, memiliki hasil rata-rata VO2max yang normal dan cenderung sangat baik. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya hasil rata-rata VO2max yang berada dibawah rentang nilai normal yang telah ditetapkan. Kesimpulan: Temuan ini menunjukkan bahwa penggunaan screening latihan aerobic test (cooper test 2.4), anaerobic test (batrey test) yang meliputi lompat vertikal, sprint 30 meter dan cooper tes 2.4 km dapat digunakan dan efektif sebagai rangkaian metode dalam melakukan proses pencarian bakat dan pembinaan atlet muda di PPLP se-Pulau Jawa Background: Sports science emphasizes the importance of measuring physical conditions in each branch of sport to determine the right training methods, which can be used by coaches in fostering athletes. The research intends to measure the physiological characteristics of PPLP young athletes in several priority sport branches in Indonesia, such as: Athletics, Pencak Silat and Taekwondo. Methods: In this study, all subjects took anthropometric measurements and physical conditions. Where in anthropometric measurements, including body weight, height, Body mass Index (BMI). Whereas in physical condition tests, measurements vertical jumps, sprint 30 meters, and cooper test 2.4 km. Results: This research successfully demonstrated quantitatively and qualitatively, the average value of anthropometry, aerobic endurance (VO2max), anaerobic endurance (vertical jump and sprint 30 meter) in athletes from the Taekwondo, Pencak Silat, and Athletics branches. In anthropometric measurements, only martial arts athletes (male and female), who have a height below the average normal value determined by WHO. While in anaerobic endurance measurement in the 30 meter sprint variable, only male athletes enter the normal range that has been set, while athletes in other sports do not enter the normal range. On the other hand, there are no average vertical jump results below the normal value, in the three sports that have been measured, both male and female in each branch. Meanwhile, the results of VO2max measurements also stated that all athletes (male and female) from the three sports that were measured had normal VO2max results and tended to be very good. This is evidenced by the absence of an average VO2max result which is below the predetermined normal range. Conclusion: These findings indicate that anthropometric profile measurement and the use of aerobic test screening exercises (cooper test 2.4), as well as anaerobic tests (batrey tests) which include vertical jumps and, 30 meter sprints can be used and effectively as a series of methods in the process of finding talent and coaching young athletes in PPLP throughout JavaKata kunci: Aktivitas Fisik, Atlet, Cabang Olahraga, Antropometri, Kondisi Fisik
    corecore