5 research outputs found

    Implementasi Pendidikan Karakter Di Sd Negeri Soropadan No. 108 Surakarta Dan Sd Muhammadiyah 16 Karangasem Surakarta

    Get PDF
    The objectives of the research are to know and describe: 1) the planning and implementation of character education; 2) the output of the character education implementation; and 3) the supporting and inhibiting factors of the character education implementation at SD Negeri Soropadan No. 108 Surakarta and SD Muhammadiyah 16 Karangasem Surakarta. The type of the research is a qualitative research. The design of the researh is a case study. The research was undertaken at SD Negeri Soropadan No. 108 Surakarta and SD Muhammadiyah 16 Karangasem Surakarta. The data analysis is done using interactive model consists of three main components, namely data reduction, data display, and verification. The research concludes that: 1) the character education planning were done by identifying the characters values developed from schools’ visions and missions. The implementation were done in the form of extra curriculer and intracurriculer activities; 2) the output of the character education implementation were the developed and understandable of the characters’ values as a result of characters’ values internalization; and 3) the supporting factors in the character education implementation were the high committment of the schools’ stakeholders to actualize the schools’ visions, namely creating good conduct human being. The inhibiting factors of the character education implementation mostly come from psychological aspects of the actor

    Pandangan Islam terhadap Seni Musik (Pergolakan Pemikiran Hukum Islam dan Tasawuf)

    Full text link
    Kesenian dalam filsafat hukum Islam (uᚣÝl fiqh) menduduki tingkat tersier(tahsÎniyah). Secara khusus kesenian juga menjadi bagian objek keindahan dalam filsafat estetika. Keberadaan kesenian meskipun hanya tingkat penyempurna dikalangan fuqaha (ahli fiqh) tetapi bagi kaum sufi (ahli tasawuf) sangat berkaitan dengan nilai Ilahiah. Kesenian juga memiliki peran besar terhadap kemajuan budaya dan peradaban umat Islam. Al-Qur'an sebagai kalam Ilahi juga memiliki dimensi keindahan dan sumber inpirasi kesenian yang sangat representatif. Banyak ayat-ayat al-Qur'an yang mengungkapkan hal-hal keindahan. Meskipun demikian, ulama muslim berbeda pendapat tentang kesenian secara umum. Ulama yang paling terbuka (inklusif) terhadap kesenian mayoritas dari kalangan para filsuf dan sufi. Golongan ulama ini lebih memandang seni dari estetika yang terkandung dalam subtansi. Estetika merupakan bagian penting dari filsafat dan tasawuf. Sedangkan golongan ulama yang eksklusif dan sangat membatasi seni adalah kalangan ahlifiqh/hukum Islam (fuqaha). Ketegangan kedua golongan ulama ini disebabkan adanya prioritas antara legal formal dan subtansi. Fuqaha lebih mengutamakan legal formal berdasarkan nash atau teks al-Qur'an dan as-Sunnah, sedangkan Ulama sufi lebih memilih subtansi ajaran Islam secara umum

    Tinjauan Akad Nikah melalui Media Live Streaming dalam Perspektif Fiqih

    Full text link
    Pernikahan merupakan hal yang sangat sakral. Diawali dengan akad “ijâb” dan“qabûl” yang konsekuensinya adalah terbentuknya perjanjian yang mengikat antara seorang laki-laki dan wanita. Perjanjian tersebut dipresentasikan sebagai “mitsaqan ghalidlan.” Akad ijâb dan qabûl merupakan bagian rukun dalam perkawinan.Teknis pelaksanaannya dilakukan secara serentak dan menyambung “muttaṣil”antara ijâb dan qabûl. Dalam kajian fikih, muttaṣil-nya ijâb dan qabûl terkait pada dua keterangan yaitu “maf'ûl fîh” atau ẓaraf zamân (waktu) dan ẓaraf makân(tempat). Kesatuan waktu dan tempat ini diungkapkan dengan bahasa “satu majelis”. Dalam pemikian fiqh klasik akad “ijâb” dan “qabûl” yang “muttaṣil” ini sudah terjadi ragam interpretasi. Mazhab Syafi'iyah, berpendapat, salah satu syarat penting dalam suatu akad pernikahan itu adanya kesegeraan terkait “ijâb” dan“qabûl”. Untuk itu, kesatuan antara tempat (al-makan) dan kurun waktu (azzamân) dimanifestasikan dalam ungkapan “ittiḣâd al-majlis” “satu majelis”.Berbeda dengan Mazhab Hanafiyah yang tidak mensyaratkan kesegeraan. Mazhab Hanafiyah menginterpretasikan tentang Ittiḣâd al-majlis itu bersatu majelis pada akad pernikahan terkait kesinambungan waktu (az-zamân) diantara ijâb dan qabûl bukan menyangkut kesatuan tempat. Dalam perkembangan sistem informasi danteknologi, yang saat ini diatas garis era revolusi industri 4.0 tidak menutup kemungkinan akad ijâb dan qabûl suatu pernikahan dengan menggunakan sarana teknologi berbasis internet. Baik melalui video streaming, video teleconference atau pun lainnya. Bahkan dengan dukungan jaringan 4G atau 5G akan terasa seperti bertatap muka secara langsung. Peralihan perbuatan (hukum) mempengaruhi interpretasi “satu majelis” dan menimbulkan makna baru. Tulisan ini akan mengupas lebih lanjut dari segi takhrij al-ahkam-nya

    Sistem Budaya Kaum Urban

    Full text link
    This article discusses a person's factor in choosing to be an urban actor, a phenomenon that underlies some millennials to choose being an urban. Research method used is field research with a qualitative-descriptive analysis method for millennials in Boto Village, Kembang, Nanggunan District as urban actors. Based on the results of this study, it shows that being an urban actor is not due to population explosion problem or high poverty rates. However, the occurrence of urbanization because it has become a trend, also concept of hijrah emergence, and because of despair over something problem. Urban actors also generate new ideologies, new cultures, new and individualistic, private, consumptive, extravagant and narcissistic views of life
    corecore