8 research outputs found

    MODEL SEBARAN SO42- DAN NO3- DALAM AIR HUJAN DI KOTA SEMARANG

    Get PDF
    Beberapa penelitian yang mengkorelasikan SO2 di udara dengan SO42- dalam air hujan untuk berbagai tempat telah dipublikasikan. Riset-riset tersebut pada umumnya masih terbatas pada korelasi antara konsentrasi polutan di udara dengan di air hujan. Dalam penelitian ini, telah dilakukan pengkajian mengenai pengaruh sumber emisi SO2 dan NO2 , dari sumber bergerak dan tidak bergerak, terhadap SO42- dan NO3- dalam air hujan dengan mengambil lokasi Kota Semarang. Ibu Kota Jawa Tengah ini dipilih mengingat sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah yang memiliki kebijakan perkembangan sebagai kota industri, perdagangan, jasa dan pendidikan. Dampak kebijakan ini berpotensi menimbulkan pencemaran udara dan hujan asam. Penelitian ini merupakan diskriptis observasional. Riset dimulai dengan mengidentifikasi sumber emisi lokal yang berpengaruh terhadap sebaran SO2, NO2 di udara dan SO42- dan NO3- dalam air hujan, menganalisis SO2, NO2 di udara dan SO42-, NO3- dalam air hujan dengan metode analisis colorimetry, menganalisis pengaruh SO2, NO2 dari sumber emisi terhadap SO42-, NO3- dalam air hujan dengan metode korelasi. Model sebaran SO42- dan NO3- dalam air hujan juga diusulkan pada bagian akhir penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa emisi SO2 dari 99 sumber emisi tidak bergerak sebesar 9.999,50 ton/tahun, NO2 sebesar 3.398,94 ton/tahun. Emisi SO2 dari 47 ruas jalan utama sebesar 366,09 ton/tahun dan NO2 sebesar 8.001,16 ton/tahun. Konsentrasi SO42- dalam air hujan 1,69–9,17 mg/l, NO3- sebesar 0,01–2,89 mg/l. Pengaruh sumber emisi SO2 di Kota Semarang terhadap SO42- dalam air hujan rerata sebesar 2,65%, NO3- sebesar 33,38%. Pola sebaran SO2 cenderung terkonsentrasi dekat sumber emisi tidak bergerak, sedangkan NO2 cenderung menyebar di seluruh kota karena pengaruh sumber bergerak. Pola sebaran SO42- dan NO3- dalam air hujan terkumpul di bagian utara sebelah timur disebabkan arah angin dan topografi Kota Semarang. Rumusan model adalah 2,2=0,117...cos.(1−−.). Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai model untuk dapat diaplikasikan pada kota-kota lain yang memiliki karakter mirip Kota Semarang. Kata kunci: hujan asam, pencemaran udara, pola sebaran, sumber emisi. Some researches that correlate SO2 in the air with SO42- in rain water to various places have been published. The researches generally are still limited to the correlation between the concentration of pollutants in the air and in rain water. In this study, has conducted the effects of SO2 and NO2 emission sources, both mobile and stationary sources, to SO42- and NO3- in rainwater, has been carried out by taking the location of Semarang. Capital city of Central Java has been given as the center of economic growth in Central Java which has a policy of development as a city of industry, commerce, service and education. The impacts of this policy potentially cause air pollution and acid rain. This is a descriptive observational study. Study begins by identifying local emissions sources which affect the dispersion of SO2, NO2 in the air and SO42-, NO3- in rainwater; analyzing SO2, NO2 in the air and SO42-, NO3- in rainwater by colorimetric analysis method; and analyzing the effect of SO2, NO2 from emission sources to SO42-, NO3- in the rain with a correlation method. Dispersion model of SO42-and NO3- in rainwater is also proposed at the end of the study. The results indicated that SO2 and NO2 emissions from 99 stationary emission sources amounted to 9,999.50 tons/year and 3,398.94 tons/year; and SO2 and NO2 emissions of 47 main roads amounted to 366.09 tons/year and 8,001.16 tons/year, respectively. SO42- concentrations in rainwater from 1.69 to 9.17 mg/l and NO3- concentrations of 0.01 to 2.89 mg/l. Effect of SO2 emission sources in Semarang against SO42- and NO3- in rainwater average of 2.65% and 33.38% in a sequence. SO2 dispersion patterns tend to be concentrated near the stationary emission source, while NO2 tends to spread throughout the city because of the influence of mobile sources. SO42-and NO3- dispersion patterns in the rainwater accumulated in the north east due to the wind direction and topography of Semarang. Formula model is 2,2 = 0,117 .. .cos.(1−−.). All research results are expected to be used as a model to be applied in other cities that have a comparable character of Semarang. Keywords: acid rain, air pollution, dispersion patterns, emission sources

    Analisis Sifat Hujan Asam di Kota Semarang

    Get PDF
    ABSTRAK Perkembangan Kota Semarang sebagai kota industri, perdagangan, jasa dan pendidikan menyebabkan terjadinya urbanisasi dan peningkatan jumlah penduduk. Jumlah penduduk Kota Semarang pada tahun 2010 1.527.433 jiwa dengan laju pertumbuhan 1,4% pertahun. Sebagai pusat pemerintahan Jawa tengah konsumsi bahan bakar untuk keperluan transportasi di Semarang berkisar 13% untuk bensin dan 3% untuk solar dari total konsumsi di Jawa Tengah. Emisi SO2 dan NO2 dalam tahun 2001 hingga 2010 dengan emisi per tahun sebesar 2.529.657 – 2.930.301 ton NO2 dan 2.862.525 – 3.775.040 ton SO2. Peningkatan emisi disebabkan karena adanya peningkatan konsumsi bahan bakar pada sumber tidak bergerak dan sumber bergerak. Keasaman (pH) air hujan di kota Semarang pada tahun 2009-2011 berkisar antara 5,46 – 4,36. Analisis korelasi Pearson antara keasaman (pH) dengan curah hujan, SO42- dan NO3- dalam air hujan menunjujkan adanya korelasi yang kuat antara pH dengan SO42- dan NO3- pada curah hujan > 350 mm. Hal ini berarti bahwa pada curah hujan tinggi sulfat dan nitrat lebih banyak berbentuk asam yang terlarut dala air hujan. Pada curah hujan rendah (< 350 mm) korelasi antara pH dengan SO42- dan NO3- rendah. Key Word: emission, acid rain, rainfall

    KAJIAN SEBARAN PARTIKULAT CEROBONG BOILER BATUBARA DI LINGKUNGAN AMBIEN (STUDI KASUS DI PT. APAC INTI CORPORA BAWEN, KABUPATEN SEMARANG)

    Get PDF
    ABSTRAK Pemakaian batubara sebagai bahan bakar boiler menghasilkan abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash). Fly ash yang diemisikan ke udara sebagai partikulat dapat menyebabkan pencemaran udara, mengakibatkan terjadinya penyakit dan mengganggu estetika serta dapat menyebabkan terjadinya keluhan dan komplain dari masyarakat. Penelitian bertujuan untuk melakukan kajian sebaran partikulat (TSP) dari emisi cerobong boiler batubara di lingkungan ambien berdasarkan pengukuran dan pendekatan Gaussian sehingga dapat dibuktikan keluhan masyarakat karena adanya sebaran partikulat. Penelitian dilakukan dengan mengukur kadar partikulat di cerobong boiler batubara dan di lingkungan ambien dengan menggunakan metode gravimetri. Penetuan lokasi di ambien dilakukan dengan variasi arah (delapan penjuru mata angin) dan jarak dari cerobong yaitu pada jarak kurang dari 100 m, jarak 300 – 500 m, dan jarak 700 – 1100 m serta menghindari adanya faktor pengganggu akibat aktifitas masyarakat seperti transportasi dan pembakaran sampah. Pengambilan sampel dilakukan selama 1 jam di lokasi searah dengan arah angin dominan untuk mengetahui sebaran maksimum di ambien serta di lokasi berlawanan dengan arah angin sebagai kontrol konsentrasi. Untuk mengetahui persepsi masyarakat dilakukan wawancara dengan narasumber yang bertempat tinggal di wilayah penelitian. Arah angin dominan pada saat dilakukan penelitian dari timur laut hingga tenggara. Kecepatan angin rerata kurang dari 2 m/dt dengan intensitas matahari sedang hingga tinggi maka stablitas atmosfir adalah stabilitas B . Kadar partikulat (TSP) hasil pengukuran di lingkungan ambien di sebelah barat daya hingga barat laut dari sember emisi pada jarak kurang dari 100 m adalah 186 – 242 µg/m3, jarak 300 – 500 m adalah 97 – 129 µg/m3 dan jarak 700 – 1100 m adalah 60 – 70 µg/m3. Konsentrasi partikulat (TSP) di pemukiman yang searah dengan angin dominan di Desa Bapang, Sekuro, Gandekan dan Glodogan sebesar 60 – 70 µg/m3. Kadar partikulat di lokasi berlawanan dengan angin dominan di Desa Harjosari sebesar 30 – 36 µg/m3. Dengan acuan Baku Mutu TSP di ambien 230 µg/m3, maka keluhan di masyarakat tentang sebaran partikulat di pemukimannya tidak terbukti. Verifikasi konsentrasi partikulat menurut dispersi Plume Gaussian dengan hasil pengukuran pada arah angin dominan dilakukan dengan paired samples T-test menunjukkan bahwa populasi keduanya sama, maka sebaran partikulat (TSP) di wilayah penelitian mengikuti pendekatan dispersi Plume Gaussian. Untuk mengetahui sebaran yang dikeluhkan masyarakat, dibuat prediksi sebaran menggunakan Dispersi Plume Gaussian dengan memperhatikan data BMKG Semarang bahwa angin menuju ke permukiman di sebelah timur hingga selatan sebesar 8 % diperoleh gambaran bahwa kontribusi partikulat (TSP) maksimum di pemukiman tersebut dengan jarak 150 – 200 m sebesar 73 – 115 µg/m3 sehingga memungkinkan terjadinya keluhan di masyarakat bila angin menuju ke arah pemukiman tersebut. Keluhan sebaran partikulat di masyarakat lebih sering disebabkan karena adanya sebaran sesaat, sehingga perlu adanya peraturan Baku Mutu yang melindungi estetika (secondary standard) sebagai acuan dalam penyelesaian kasus keluhan akibat sebaran sesaat. Kata kunci : Sebaran partikulat, emisi, dispersi Gaussian, persepsi masyarakat. Abstract The use of coal as boiler fuel produce fly ash and bottom ash. Fly ash emitted into the air as particulates can cause air pollution, resulting in disease and interfere with aesthetics and can lead to complain from the public. The study aims to assess the distribution of particulates from the boiler stack in the environment based on the measurement and Gaussian approach. The study was conducted by measuring the concentration of particulates in the boiler flue gas and the ambient environment by using gravimetric method. There is a cap on the chimney. Determination locations in the ambient done by varying the direction (eight cardinal points) and distance from the chimney that is at a distance of less than 100 m, a distance of 300-500 m, and distance of 700-1100 m and avoid any confounding factors due to community activities such as transportation and garbage combustion. Samples were taken for 1 hour to determine the maximum distribution of particulates on ambient. To know the public perception of interviews were conducted with resource persons residing in the study area. Measuring particulates concentration in the ambient in the downwind area at a distance of less than 100 m is 186-242 μg/m3, 300-500 m is 97-129 μg/m3 and 700-1100 m is 60-70 μg/m3 . concentration of particulate (TSP) in the Bapang, Sekura, Gandekan and Glodogan village are 60 – 70 μg/m3. Standard of TSP in the ambient is 230 μg/m3, so the complaint in the community about the distribution of particulate is not proven. Verification the concentration particulate by Gaussian Plume dispersion with the result of measurement on the downwind area by paired samples T-test showed that the population are same, then particulate distribution in the study area follows Gaussian Plume dispersion. Prediction of particulate distribution using Gaussian Plume disperse by considering data BMKG Semarang that wind toward the area in the east to the south of 8 % shows the particulate distribution to 150 – 200 m from the source are 73 – 115 μg/m3. Complain about particulate distribution in the community often caused by temporary distribution. Standard or air quality is no to protect temporary distribution. Secondary standard is needed to protect aesthetics in the community causing by temporary particulate distribution. Keywords: Distribution of particulate, emissions, Gaussian Plume dispersion, community perception

    Interferensi Metabisulfit Pada Pengukuran Kadar Sulfur Dioksida (SO2) di Udara Menggunakan Metode Tetrachloromercurat/Parasosanilin

    Get PDF
    Sulfur dioxide (SO2) is an irritant gas at concentrations above 250 g/m3 which can cause respiratory problems. Sources of SO2 come from burning fuel containing sulfur. Measurement of SO2 levels in the air using the Tetrachloromercurate (TCM)/Pararosanilin method. PT "B" is a processed wood product company with production using sodium metabisulfite as a mixture for making glue for one type of process product. The purpose of this study was to study the interference of sodium metabisulfite in the measurement of SO2 in the air using the Tetrachloromercurate (TCM)/Pararosanilin method. This research is descriptive observational to explain the phenomena found in monitoring the concentration of SO2 based on SNI 7119-7:2017. The SO2 concentration in the 2017 – 2019 RKL-RPL monitoring results at the glue mixing location was 7-191 g/m3. In the second semester of 2020 measurement, the SO2 concentration was measured at the glue mixing location when the product used sodium metabisulfite as an additive. The activation of SO2 is as follows: activation of the mixer after the process is 646 g/m3, filling the glue mixer is 291 - 314 g/m3, the activity without the use of sodium metabisulfite is 11 - 13 g/m3. The results showed that the concentration of SO2 when the product used a mixture of sodium metabisulfite was higher than the concentration of SO2 when the product did not use sodium metabisulfite. Based on the results and analysis, it can be said that there is an interference of metabisulfite compounds in SO2 measurement due to the absorption of sodium metabisulfite by TCM. This research is helpful for contamination parameters in the workplace  and the threshold determination and reducing the accident and occupational illness caused by exposure to chemicals through controlling and controlling potential hazards
    corecore