389 research outputs found

    THE ACTIVITIES IN ENGLISH TEACHING AND LEARNING OF THE 4th GRADE IN SD NEGERI 2 JETISWETAN PEDAN KLATEN

    Get PDF
    NURUL FITRIA SARI, 2008. The Activities in English Teaching and Learning of the 4th Grade in SD Negeri 2 Jetiswetan Pedan. English Diploma Program, Faculty of Letters and Fine Arts, Sebelas Maret University. This final project was written based on job training which has been done on February until March, 2008 in SD Negeri 2 Jetiswetan Pedan. The objectives of this final project are to describe the activities in English teaching and learning of the 4th grade in SD Negeri 2 Jetiswetan Pedan and to show the difficulties of English teaching faced by the English teacher also to give the solution to solve the difficulties. The data were collected by observing class, interviewing the English teacher and students of fourth grade. The writer used handbook from the school to teach the students and the book is, “Kreatif Berbahasa Inggris”, published by Saudara. There are 4 steps in the activity of English teaching and learning, they are: warming up, presentation and skill practices, assessment and ending the lesson. During the process of English teaching and learning, the writer faced some difficulties, such as; the wrong opinion of the students about the English lesson, the difficulties of students in remembering the previous lesson, and the uncooperative students. However, there are some solutions to solve the difficulties; using pictures, review the previous lesson, and using song. The result of this final project that the pictures can catch the students’ attentions, make them focus more on the lesson, and help the students understanding the materials easier. Besides, using song can make the students more fun and enjoyable during the lesson. It made the students did not feel bored

    HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKAN, PRAKTIK BUANG SAMPAH, PRAKTIK PENGGUNAAN INSEKTISIDA, CONTAINER INDEX, DAN LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN DBD (STUDI PADA PASIEN DBD YANG DIRAWAT DI EMPAT RUMAH SAKIT DI KOTA SEMARANG)

    Get PDF
    Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DBD telah menyebar luas ke seluruh Indonesia, salah satunya wilayah Semarang dan sekitarnya. IR DBD Kota Semarang dari tahun 2006 hingga 2015 selalu jauh lebih tinggi dari IR DBD Jawa Tengah dan IR DBD Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola konsumsi makan, praktik buang sampah, praktik penggunaan insektisida, container index, dan lingkungan fisik rumah dengan kejadian DBD di empat rumah sakit di Kota Semarang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik yang dilakukan dengan pendekatan case control. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita rawat inap DBD periode Maret - Mei 2016 di empat rumah sakit di Kota Semarang dan bukan penderita DBD (tetangga penderita) yang bertempat tinggal di Kota Semarang dan Kabupaten Demak. Sampel berjumlah 18 kasus dan 18 kontrol yang memiliki usia rentan (anak usia 0-4 tahun dan pra lansia usia >46 tahun) dengan menggunakan teknik total sampling. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan uji chi-square dan perhitungan nilai odds ratio dengan taraf kepercayaan 95% CI. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang tidak ada hubungan yaitu pola konsumsi makan (p=0,504), praktik buang sampah (p=0,289), praktik penggunaan insektisida (p=0,737), container index (p=1,000), keberadaan breeding places (p=1,000), suhu udara dalam rumah (p=1,000), dan kelembaban udara dalam rumah (p=1,000). Berdasarkan hasil tersebut, tidak ada variabel yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue di empat rumah sakit di Kota Semarang. Kata Kunci: Demam Berdarah Dengue, Pola Konsumsi Makan, Praktik Buang Sampah, Container Index, Lingkungan Fisik Ruma

    GAMBARAN HISTOPATOLOGI OTOT MASSETER DAN FEMORALIS BABI HUTAN YANG TERINFEKSI ENDOPARASIT DI KAWASAN LHOKNGA ACEH BESAR

    Get PDF
    GAMBARAN HISTOPATOLOGI OTOT MASSETER DAN FEMORALIS BABI HUTAN YANG TERINFEKSI ENDOPARASIT DI KAWASAN LHOKNGA ACEH BESAR ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran histopatologi otot masseter dan otot femoralis dari tiga ekor babi hutan yang terinfeksi endoparasit. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode natif untukpemeriksaan feses, ulas darah tipis dengan pewarnaan Giemsa untuk pemeriksaan darah dan pemeriksaan patologi anatomis dan histopatologi dengan menggunakan metode Kiernan. Hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan babi pertama terinfeksi oleh Anaplasma marginale,pada pemeriksaan feses menunjukkan babi kedua terinfeksi Strongyloides ransomidan babi ketiga terinfeksi oleh Ascaris suum.Hasil pengamatan patologi anatomis otot masseter dan otot femoralis babi pertama dan ketiga terlihatberwarna merah kehitaman, serat otot padat, konsistensinya elastis dan tidak ditemukan adanya kista parasit, sedangkan pada otot femoralis babi kedua terlihat berwarna putih-kekuningan yang disebabkan oleh faktor umur yang masih muda. Hasil pemeriksaan pengamatan histopatologi pada babi yang terinfeksi oleh Anaplasma marginaleditemukan adanya kista Sarcocystis spp. pada otot femoralis yang menyebabkan kerusakan jaringan berupa atropi dan vakuolisasi serat otot, hipertropi pembuluh darah dan degenerasi hialin jaringan ikat endomisium. Pada babi yang terinfeksi oleh Strongyloides ransomidan Ascaris suumterjadi infiltrasi sel radang dan serat otot mengalami nekrosis. Dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan histopatologi pada otot masseter dan femoralis babihutan yang terinfeksi endoparasit berupa kerusakan jaringan, nekrosis serat otot dan infiltrasi sel radang

    PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PTERYGIUM PADA DAERAH PESISIR PANTAI LEUPUNG, ACEH BESAR

    Get PDF
    ABSTRAKPterygium adalah pertumbuhan jaringan fibrovascular yang invasinya berbentuk sayap dari konjungtiva bulbi dan meluas ke arah kornea. Pterygium sangat dipengaruhi oleh paparan sinar ultraviolet. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui prevalensi dan faktor risiko pterygium di daerah Leupung. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik population based study dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah seluruh penduduk kecamatan Leupung, Aceh Besar yang berusia ?40 tahun. Analisis data yang digunakan adalah x2 test (P=0,05). Hasil penelitian diperoleh bahwa dari 109 responden, 64 (58,71%) menderita pterygium pada satu atau kedua mata dan hasil penelitian untuk faktor risiko didapatkan bahwa jenis kelamin (p=0.963), usia (p=0,065), jenis pekerjaan (p=0,638), menggunakan kacamata pelindung (p=0,599), menggunakan kacamata baca (p=0,188), riwayat Diabetes Mellitus (p=0,055), riwayat Hipertensi (p=0,731) tidak bermakna secara statistik, kecuali faktor riwayat keluarga (p=0,049). Kesimpulan penelitian ini adalah prevalensi pterygium di Leupung, Aceh Besar sangat tinggi yakni 58,71% dan faktor risiko pterygium yang bermakna secara statistik adalah riwayat keluarga. Kata Kunci: Pterygium, Prevalensi, Faktor Risiko

    ANALISIS PERSEPSI MASYAKAT TERHADAP HALAL FOOD DI KOTA BANDUNG

    Get PDF
    Bandung adalah salah satu kota destinasi kuliner di Indonesia. Sebagai kota besar dengan penduduk kota yang multikultural, terdapat beraneka ragam jenis makanan yang tersedia di Bandung. Namun akibat tingginya harga daging sapi yang beredar di pasaran membuat para penjual daging melakukan berbagai upaya untuk menjual daging oplosan daging sapi dengan tambahan daging babi. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk 237,64 juta jiwa dan dengan penganut agama Islam sebanyak 88,10%, bagi umat islam mengkonsumsi babi merupakan hal yang dilarang. Pentingnya pemahaman masyarakat terutama konsumen terhadap makanan halal sangat diperlukan, mengingat banyak produk yang beredar dipasaran dan masih diragukan kualitas halalannya baik yang diproduksi di dalam negeri maupun di luar negeri sebagai produk impor. Hal ini di perparah lagi oleh ketidakpedulian produsen makanan yang mereka hasilkan. Hal tersebut disebabkan karena mayoritas produsen makanan dan minuman adalah berasal dari kalangan non-muslim yang sulit diharapkan kepeduliannya dan komitmennya terhadap makanan halal. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey dan metode non probability sampling, dengan jumlah responden 100 orang konsumen dan 100 orang produsen. Kuesioner disebar di street food yang berada di wilayah kota Bandung dan bertujuan untuk mengetahui persepsi mengenai halal food dari kedua sudut pandang produsen dan konsumen. Adapun hasil yang diperoleh untuk persepsi label halal diperoleh skor 87,9% responden produsen dan 85,8% responden konsumen. Sementara untuk persepsi halal responden terhadap definisi dan keputusan pembelian diperoleh skor 75,7% produsen dan 81,8% konsumen. Persepsi responden terhadap bahan baku makanan halal memperoleh skor 83,7% responden produsen dan 90,7% responden konsumen. Persepsi responden terhadap BTP yang halal memperoleh skor 77% responden produsen dan 87,8% responden konsumen persepsi terhadap peralatan untuk makanan halal memperoleh skor 80,8% responden produsen dan 93,7% responden konsumen. Persepsi pada lingkungan sekitar untuk makanan halal memperoleh skor 92,2% responden produsen dan 91,3% responden konsumen. Keduanya memiliki persepsi positif terhadap halal food namun pengetahuan responden mengenai lembaga dan logo halal yang berlaku di Indonesia masih terbilang rendah. Analisis SWOT dalam rangka meningkatkan halal food tourism di kota Bandung yang menghasilkan perencanaan yang efektif dilihat dari IFAS dan EFAS yang sudah ditentukan, dapat disimpulkan untuk memaksimalkan segala peluang yang ada di kota Bandung, dari mulai jumlah masyarakat yang mayoritas muslim, kota Bandung sebagai salah satu destinasi wisata kuliner di Indonesia, meningkatkan peran masyarakat dan pemerintah dalam pengawasan produk yang beredar di kota Bandung mengenai status kehalalan produk-produk yang beredar tersebut.----------Bandung is one of the as Destination Cities of Cullinary in Indonesia. As a big city and place of multicultural population lives in, there are many kinds of cuisines in Bandung. But, the high cost of beef in markets makes some of the beef sellers do inappropriate ways to get opportunities. They are selling the mixtured beef with the pork. Indonesia is a Country with 237.64 millions population live in. And 88.10% of the population are moeslims. For the moeslims, it is a prohibition to consume pork. It is really important to tell the people knowing what is the halal food or what is not, considering there so many products in the markets are still be doubted in their halal quality inside the Country or from outside as the import products. This issue can be worst as the consequences of the producers who being careless with the products they make. That is because most of the food and beverage producers are non-moeslims that are untrustworthy to take their commitment to keep the quality of halal. This research was build with the Survey Method and Non Probability Sampling Method, with 100 respondents of consumer and 100 respondents of producers. The Questionairs were spread over at the Street Food in Bandung to get the data of perceptions about the halal food from the both sides, consumer and producers. The result of the halal label perception obtained by the respondent producer gained scores 87,9% and 85% for respondent consumer. Meanwhile, to the perception of halal respondent against the definition of halal food and the decision of purchase gained scores 75,7% to the respondents of producer and 81,8% respondents of consumer. The perception of respondent about the halal food raw materials gained scores 83,7% to the respondent of producer and 90,7% to the respondent of consumer. The perception respondents of halal food additive gained scores 77% to the respondents of producer and 87,8% to the respondents of consumer, the perception of respondent about the equipment for halal food gained scores 80,8% respondent of producer and 93,87% respondent of consumer. The perception respondent of the surrounding environment for halal food gained 92,2% scores for respondent of producer and 91,3% for respondent of consumer. Both of them has a positive perception of halal food, but the knowledge of respondents against the agency and logo halal which is valid in Indonesia is still quite low. The SWOT analysis goes in a certain direction to increase the halal food tourism in Bandung has successfuly made an effective framework which can be seen from the IFAS and EFAS they had created. The conclusion to enlarge all of the opporunities in Bandung, from the issue of moeslims as a majority population in Bandung, Bandung City as one of the desination cities of cullinary in Indonesia, Icrease the people and the goverment’s awareness about the quality of halal status of the food and beverage products in Bandung

    PERFORMANSI HASIL PERSILANGAN BEBERAPA VARIETAS RNDAN GALUR PADI (ORYZA SATIVA L.) INTRODUKSI DAN RNINDONESIA

    Get PDF
    RINGKASANSarah Nurul Fitria. Performansi Hasil Persilangan Beberapa Varietas dan Galur Padi (Oryza sativa. L) Introduksi dan Padi Indonesia. Dibawah bimbingan Sabaruddin sebagai pembimbing utama dan Bakhtiar sebagai pembimbing anggota.Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi pengenai performansi hasil persilangan beberapa varietas dan galur padi introduksi dan padi Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala dari September 2013 sampai Januari 2014. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial yang melibatkan 9 taraf padi hasil persilangan dan terdiri atas 3 ulangan sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Benih yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 3 varietas lokal yaitu Si Puteh, Cantek Manis dan USK V, 5 varietas introduksi yaitu Wangzhan 1, Swarna (sub 1) dan Yinzhan 1 serta satu galur yaitu CMS yang telah disilangkan sehingga menghasilkan hasil persilangan turunan CMS/Luohui 1, CMS/IRBB27,Wangzhan 1/Swarna (sub 1), Wangzhan 1/USK V, 11S2 (Si Puteh/Yinzhan 1), 11S3 (Si Puteh/Yinzhan 1), 11S6 (Si Puteh/Yinzhan 1), 11C3 (Cantek Manis/Yinzhan 1) dan 11C4 (Cantek Manis/Yinzhan 1). Pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, umur berbunga, umur panen, panjang malai, jumlah gabah bernas per rumpun, jumlah gabah hampa per rumpun, persentase gabah bernas per rumpun, persentase gabah hampa per rumpun, berat 1000 butir gabah dan berat gabah kering per pot. Hasil persilangan beberapa varietas dan galur padi introduksi dan padi Indonesia menunjukkan bahwa faktor hasil persilangan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 3, 4, 5, 6 dan 7 MST, jumlah anakan tanaman padi umur 3, 4, 5, 6 dan 7 MST, umur berbunga, umur panen, rata-rata panjang malai, persentase gabah bernas, persentase gabah hampa, rata-rata berat 1000 butir gabah dan rata-rata berat gabah kering per pot. Hasil persilangan beberapa varietas dan galur padi introduksi dan padi Indonesia menunjukkan bahwa faktor hasil persilangan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 MST namun berpengaruh tidak nyata terhadap rata-rata jumlah gabah bernas per rumpun dan jumlah gabah hampa per rumpun.Pada umur 7 MST tanaman padi tertinggi dijumpai pada hasil persilangan Si Puteh/Yinzhan 1 (11S6), jumlah anakan terbanyak, umur berbunga dan umur panen tercepat dijumpai pada hasil persilangan CMS?IRBB27, malai terpanjang dijumpai pada hasil persilangan Si Puteh/Yinzhan 1 (11S2), jumlah gabah bernas terbanyak dijumpai pada hasil persilangan Wangzhan 1/USK V, jumlah gabah hampa terbanyak dijumpai pada hasil persilangan Si Puteh/Yinzhan 1 (11S3), persentase gabah bernas tertinggi dan gabah hampa terendah dijumpai pada hasil persilangan Cantek Manis/Yinzhan 1 (11C3) sedangkan berat 1000 butir gabah tertinggi dan berat gabah kering/pot tertinggi dijumpai pada hasil persilangan Cantek Manis/Yinzhan 1 (11C6) dan Cantek Manis/Yinzhan 1 (11C2). Dari kesembilan genotipe hasil persilangan yang dicobakan, genotipe Cantek Manis/Yinzhan 1 memiliki potensi hasil yang tinggi untuk dapat dikembangkan lagi ditinjau dari segi jumlah gabah bernas dan persentase gabah bernas

    Dampak Lapisan Konstruksi Atap terhadap Suhu Ruang

    Get PDF
    AbstractThe roof is a cover on a building that protects inside of the building from various situations and weather. The roof layer affects its ability to protect the space underneath. The use of roof insulation can reduce the heat coming from the roof. This is because the roof is in direct contact with the hot sun. Not only hot, but roof insulation is also able to reduce sounds such as the sound of raindrops on the roof. There are various materials that function as roof insulation, one of which is styrofoam. Styrofoam is indeed prohibited as a container for food, but the structure contained in Styrofoam is able to reduce heat with hollow grains so that it can withstand the heat. Styrofoam is now starting to become a favorite for the public in reducing heat due to its affordable price and easy access. However, the use of Styrofoam as an insulator on the roof should be supported by other construction layers both on the walls and floors so that room temperature cooling can be optimal. Keywords: construction, roof, thermal, environment, building.  AbstrakAtap merupakan penutup atas suatu bangunan yang melindungi bagian dalam bangunan dari berbagai situasi dan cuaca. Lapisan atap mempengaruhi kemampuannya dalam melindungi ruang di bawahnya. Penggunaan insulasi atap mampu meredam suhu panas yang berasal dari atap. Hal ini dikarenakan atap bersinggungan langsung dengan panas matahari. Tidak hanya panas, namun insulasi atap juga mampu meredam suara seperti suara rintik hujan pada atap. Terdapat berbagai bahan yang berfungsi sebagai insulasi atap, salah satunya styrofoam. Styrofoam memang dilarang sebagai wadah pada makanan, anmun struktur yang terdapat pada Styrofoam mampu meredam panas dengan butiran berongga sehingga mampu menahan panas. Styrofoam saat ini mulai menjadi favorit bagi khalayak dalam meredam panas dikarenakan harganya yang terjangkau dan mudah mendapatkannya. Namun, penggunaan Styrofoam sebagai insulator pada atap sebaiknya didukung oleh lapisan konstruksi lainnya baik pada dinding maupun lantai agar pendinginan suhu ruang dapat optimal. Kata Kunci: konstruksi, atap, termal, lingkungan, banguna
    • …
    corecore