13 research outputs found

    Pemodelan Data Curah Hujan Di Kabupaten Banyuwangi Dengan Metode ARIMA Dan Radial Basis Function Neural Network

    Full text link
    Curah hujan merupakan salah satu komponen lingkungan pemegang peranan penting dalam budidaya tanaman. Bagi Kabupaten Banyuwangi jumlah curah hujan sangat penting dalam menentukan ke-berhasilannya sebagai salah satu lumbung padi Jawa Timur. Perencanaan waktu tanam tidak lepas dari kondisi curah hujan. Penelitian ini menggunakan metode ARIMA dan RBFNN untuk memodelkan curah hujan di Kabupaten Banyuwangi dengan pendekatan linier dan non linier. Model ARIMA merupakan pendekatan linier pada data curah hujan, sedangkan model RBFNN merupakan pendekatan non linier pada data. Penelitian ini membandingkan kedua model tersebut berdasarkan nilai Mean Square Error (MSE) .Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Stasiun Meteorologi Banyuwangi. Model ARIMA menghasilkan nilai MSE sebesar 344,658 dan model RBFNN menghasilkan nilai MSE sebesar 300,185. Berdasarkan perbandingan MSE dari kedua model disimpulkan bahwa model RBFNN lebih baik dari pada ARIMA dalam meramalkan curah hujan di Kabupaten Banyuwangi

    Penentuan waktu ekstraksi pigmen angkak dari substrat ampas sagu menggunakan ultrasonic bath

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lamanya waktu ekstraksi pigmen angkak dari ampas sagu menggunakan ultrasonic bath. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan yaitu A (ekstraksi 10 menit), B (ekstraksi 20 menit), C (ekstraksi 30 menit), D (ekstraksi 40 menit). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bubuk pigmen hasil proses ekstraksi angkak ampas sagu selama 40 menit (perlakuan D) merupakan perlakuan terbaik, dimana intensitas pigmen tertinggi untuk 位 400 nm (kuning), 聽位 470 nm (orange) dan 位 500 nm (merah ) yaitu 7,63 ; 6,91 dan 5,95. Karakteristik bubuk pigmen angkak (perlakuan D) memiliki nilai aktivias antioksidan 44,52% pada konsentrasi 1000 ppm, kandungan lovastatin 68,60 ppm, kadar air 4,83%, nilai pH 4,03 dan derajat kecerahan 26,76 oHue (merah keunguan).聽聽AbstractThis study was aimed to determine the duration of angkak pigment extraction from sago waste 聽using ultrasonic bath. The study used a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3 repetitions, A (extraction 10 minutes), B (extraction 20 minutes), C (extraction 30 minutes), D (extraction 40 minutes). The results showed that the powder pigment results of the extraction process angkak sago waste 聽for 40 minutes (treatment D) was the best treatment, where the highest intensity of the pigment for 位 400 nm (yellow), 位 470 nm (orange) and 位 500 nm (red) were 7.63; 6.91; and 5.95 respectively. Characteristic of angkak pigment powder (treatment D) had value of antioxidant activity 44.52% at concentration 1000 ppm, lovastatin content 68.60 ppm, water content 4.83%, pH value 4.03, and degree of brightness 26.76 oHue (red purple).

    Pengaruh pencampuran bengkuang (Pachyrhizus erosus L) dengan terung belanda (Cyphomandra betacea Sendtn) terhadap karakteristik velva dihasilkan

    Get PDF
    Velva adalah 聽jenis makanan penutup atau pencuci mulut yang dihidangkan dalam bentuk beku. Penelitian bertujuan menentukan pengaruh pencampuran bengkuang dan terung belanda terhadap karakteristik velva yang dihasilkan, untuk mendapatkan perbandingan velva terbaik. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan, 3 ulangan (perbandingan bengkuang dan terung belanda 50%:50%, 60%:40%, 70%:30%, 80%:20%, dan 90%:10%). Hasil menunjukkan perbandingan bengkuang dan terung belanda memberikan pengaruh nyata terhadap overrun, waktu pelelehan, padatan terlarut, kadar air, total gula, total asam, vitamin C, aktivitas antioksidan, warna, dan aroma. Namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kadar abu, rasa dan tekstur. Berdasarkan sifat fisik, kimia dan sensori velva terbaik yaitu pada perlakuan A (50% bengkuang: 50% terung belanda). Karakteristik dari perlakuan A overrun 12,12%, waktu pelelehan 16,69 menit, padatan terlarut 27,07oBrix, kadar air 71,50%, kadar abu 1,22%, total gula 29,80%, total asam 0,41%, kadar vitamin C 41,99mg/100g, aktivitas antioksidan 22,44%, angka lempeng total 2,3x103CFU/g, kadar inulin 0,63%, serat pangan 4,10% dan rata-rata uji organoleptik yaitu warna 4,96 (sangat suka), aroma 3,76 (suka), rasa 3,88 (suka)聽 dan tekstur 4,04 (suka)

    Pelatihan Produksi Kompos dan Biogas di Kelurahan Limau Manis Selatan Kota Padang

    Full text link
    Permasalahan utama yang dihadapi kelompok tani saat ini adalah terbatasnya pengetahuan, teknologi dan peralatan produksi untuk menghasilkan kompos yang berkualitas,  dengan demikian mutu kompos yang dihasilkan juga relatif masih  rendah, sementara potensi yang bisa dihasilkan cukup besar. Kotoran sapi yang ada selama ini juga belum dimanfaatkan sebagai sumber biogas, karena belum adanya teknologi tepat guna pembuatan biogas yang dikuasai kelompok tani. Penyelesaian masalah ditawarkan untuk dengan cara:                        (1) Memberikan pelatihan cara pembuatan kompos dengan memanfaatkan kotoran sapi dan kotoran ayam broiler, sisa hijauan makanan ternak dan limbah pertanian yang dihasilkan,     (2) Memberikan pelatihan pembuatan starter mikroba lokal untuk mempercepat terjadinya pengomposan, (3) Memberikan pelatihan serta peragaan pembuatan biogas dari kotoran sapi,  (4) Pembuatan model digester untuk produksi biogas pada skala rumah tangga dan               (5) Memberikan pelatihan penguatan kelembagaan kelompok tani untuk menuju kelompok tani yang profesional. Sesuai dengan rencana kegiatan maka dapat dijelaskan target luaran adalah (a) Bahan baku kompos dan Starter yang bisa digunakan, (b) Teknik pembuatan kompos untuk menghasilkan kualitas kompos yang baik, (c) Isu pertanian berkelanjutan dan pentingnya pupuk organik,  (d) Teknik mempersiapkan kompos untuk dipasarkan dan teknik memasarkan produk kompos dan (e) Peragaan pembuatan digseter untuk pembuatan biogas berbahan baku kotoran sapi untuk skala rumah tangga. Kata kunci: Pelatihan, Produksi kompos, Bioga

    Karakterisasi busa kaku (rigid foam) yang dihasilkan dari bubuk gambir (Uncaria gambir Roxb.) dengan bubuk albumin

    Get PDF
    Salah satu kandungan yang terdapat pada Gambir adalah tanin, tanin memiliki gugus hidroksil dan dapat membentuk senyawa kompleks yang kuat dengan protein. Sifat fenolik dari tanin dapat digunakan sebagai bahan polimer seperti pada pembuatan busa. Busa dapat digunakan sebagai adsorpsi ion logam dan bahan isolasi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui interaksi antara perbedaan konsentrasi bubuk gambir dengan dua macam bubuk albumin yang digunakan pada pembuatan busa. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor A adalah jumlah penggunaan bubuk gambir pada pembuatan busa yaitu聽 16 g (A1), 18 g (A2), 20 g (A3), 22 g (A4), 24 g (A5) untuk setiap perlakuan. Faktor B adalah cara persiapan (preparasi) bubuk albumin yaitu dengan cara pengeringan lapis tipis (B1) dan dengan cara pengembangan busa (B2). Hasil penelitian menunjukkan nilai terbaik untuk kerapatan busa diperoleh pada perlakuan A4B1 yaitu 0.09 g/cm3, kekuatan tekan pada perlakuan A4B2 yaitu 4.68 kg/cm2, derajat pengembangan pada perlakuan A4B1 yaitu 53.61%, derajat keasaman pada perlakuan A4B1 yaitu pH 7.04, porositas pada perlakuan A3B2 yaitu 62.03% dan untuk pengamatan dengan menggunakan alat SEM, keseluruhan struktur mikroskopik busa yang dihasilkan adalah mulai dari berpori, agak rapat-sampai sangat rapat, memiliki diameter yang kecil-sangat besar sehingga busa dapat dikategorikan sebagai busa dengan sel tertutup atau busa kaku.ABSTRACTOne of the ingredients contained in Gambier is tannins, tannins have a hydroxyl group and can form strong complex compounds with proteins. The phenolic properties of tannins can be used as polymer materials as in foam making. Foam can be used as an adsorption of metal ions and insulating materials. This study aims to聽 determined the interaction between different concentration of gambier powder and two kinds of albumin powder to be used in making of foam. This study used Factorial Completely Randomized Design (CRD) with 2 factors and 3 replications. Factor A was the amount of gambier powder which was used in the manufacture of foam, there were 16 g (A1), 18 g (A2), 20 g (A3), 22 g (A4), 24 g (A5) for each of treatment. Factor B was the preparation method of albumin, with pan drying (B1) and by foaming drying (B2). The results showed the best value for bulk density is A4B1 (0.09 g/cm3), compressive strength in treatment A4B2 (4.68 kg/cm3), swelling degree in treatment A4B1 (53,61%), acidity (pH) in treatment A4B1 (7.04), porocity in treatment A3B2 (62.03%) and for SEM observations the entire microscopic structure of the foam produced is starting from porous, rather dense to very tight, having a small diameter until large, so that foam can be categorized as foam with rigid foam (closed cells)

    Pengaruh Penambahan Susu Bubuk Fullcream terhadap Mutu Produk Minuman Fermentasi dari Ekstrak Ubi Jalar Merah (Ipomoea Batatas L)

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah penambahan susu bubuk fullcream yang tepat pada minuman fermentasi ekstrak ubi jalar merah (Ipomoea batatas L), sertakarakteristik fisik, kimia dan organoleptik, sehingga diperoleh minuman fermentasi dariekstrak ubi jalar merah yang memenuhi persyaratan mutu yogurt menurut SNI 01 - 2.981- 1.992. Analisis dilakukan pada total Lactobacillus, angka lempeng total, asam laktat total, pH, total padatan, viskositas, kadar lemak dan organoleptik warna ,tekstur, rasa, konsistensi, rasa. Produk terbaik yang didapatkan dianalis sifat kimia seperti kadar protein, abu dan serat kasar. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan penambahan susu bubuk fullcream 5%, 10%, 15% dan 20% dan 3 kali ulangan. Uji organoleptik yang paling disukai oleh panelis adalah perlakuan penambahan susu bubuk fullcream 10%. Produk ini mengandung Lactobacillus total dari 7,3 x 108 CFU / ml, angka lempeng total 1,4 x 107 CFU / ml, asam laktat sebesar 1,56%, pH 4,42, total padatan 25,62%, 25,5 dPa.s viskositas, kandungan lemak 3,4%, kadar protein 6,34%, kadar abu 0,11%, kadar serat kasar 0,17%

    Penentuan Waktu Ekstraksi Pigmen Angkak dari Substrat Ampas Sagu Menggunakan Ultrasonic Bath

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lamanya waktu ekstraksi pigmen angkak dari ampas sagu menggunakan ultrasonic bath. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan yaitu A (ekstraksi 10 menit), B (ekstraksi 20 menit), C (ekstraksi 30 menit), D (ekstraksi 40 menit). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bubuk pigmen hasil proses ekstraksi angkak ampas sagu selama 40 menit (perlakuan D) merupakan perlakuan terbaik, dimana intensitas pigmen tertinggi untuk 位 400 nm (kuning), 位 470 nm (orange) dan 位 500 nm (merah ) yaitu 7,63 ; 6,91 dan 5,95. Karakteristik bubuk pigmen angkak (perlakuan D) memiliki nilai aktivias antioksidan 44,52% pada konsentrasi 1000 ppm, kandungan lovastatin 68,60 ppm, kadar air 4,83%, nilai pH 4,03 dan derajat kecerahan 26,76 oHue (merah keunguan)

    Implementasi Metode Uji 3-MCPD (3-momochloropropane-1-2-diol) pada Produk Kecap dan Minyak Goreng Menggunakan Gas Kromatografi Mass Spektrofotometer

    Full text link
    Kegiatan penelitian meliputi pemilihan metode uji dan pemilihan kondisi operasional gas kromatografi yang akan digunakan sebagai kondisi standar. Analisa yang dilakukan meliputi analisa kandungan 3_MCPD dalam minyak dan kecap. Berdasarkan hasil analisa, kemudian dipilih kondisi operasional untuk GCMS dan metode yang paling optimal yang akan digunakan sebagai metode standar. Verifikasi metode dilakukan dengan mengacu pada World Health Organization (WHO) Method Validation Guidelines (1977), terbukti melalui verifikasi metode memiliki karakteristik yang sesuai dengan tujuan aplikasinya di laboratorium sebagai metode pengujiam rutin standar. Metode terpilih memiliki % Simpangan Buku Relatif atau RSD (Relative Standard Deviation) untuk presisi pada minyak sebesar 10,4 hingga 17,4%; koefisien korelasi untuk linieritas 0,999 pada rentang konsentrasi 0 hingga 0,1 ug/kg; % recovery untuk akurasi berkisar 85,5% untuk matriks minyak dan 74,7% untuk matriks kecap; limit deteksi sebesar 0,004ug/kg dan konsentrasi limit kuantitasi sebesar 0,0012ug/kg

    Ultrasound Imaging to Estimate Carcass Quality of Pasundan Cattle based on Body Condition Score

    Get PDF
    This research aimed to estimate carcass quality of Pasundan cattle using ultrasound imaging based on Body Condition Score (BCS). Total 31 head of female cattle with age ranging from 4 to 7 years from Regional Technical Implementation Unit of the Center for Artificial Insemination and Artificial Insemination for Beef Cattle Development at Ciamis West Java, Indonesia with BCS ranging from 1.0-4.0. The marbling score, intramuscular fat (IMF), backfat thickness (LP), and thickness musculus of m. longissimus dorsi (LD), m. psoas major (PM), m. psoas minor (PMN), m. gluteus medius (GM) and m. biceps femoris (BF) were scanned using ultrasound on 3 different locations, i.e. on 12th-13th ribs (thorax), lumbar 4th - 5th (lumbar), and between tuber coxae and tuber ischii (gluteal) with 5 MHz frequency of convex transducer. The results showed that BCS increased when LP, marbling score and IMF from m. LD, m. PM, m. PMN, and m. GM was rising. Pasundan cattle showed marbling scores ranging from score 1 to 5 and percentage IMF ranging from 2.62% to 4.82%. Body Condition Score affected carcass quality of Pasundan cattle on parameters such as musculus thickness, marbling score, and intramuscular fat (IMF) from ultrasound imaging of m. LD, m. PM. m. PMN, m. GM, and m. BF
    corecore