260 research outputs found
The importance of the intensity and frequency of perturbations on the germination delay
An iterative model is developed to evaluate the reproductive strategies of plants in environments with different frequencies and intensities of disturbance. Two extreme reproductive strategies are compared: the ‘‘homocarpic’’ strategy, in which all the seeds germinate the following spring, without dormancy, and the ‘‘heterocarpic’’ strategy, whereby, each year, half of the existing seeds germinate. It is observed that this sort of heterocarpy is beneficial in environments with strong perturbations, in which a high percentage of the population dies. However, the frequency of such perturbations does not cause changes in the advantage of one strategy over the other. The results suggest that the intensity of the disturbance is much more important than the frequency
Peripheral Tissue Oxygenation During Standard and Miniaturized Cardiopulmonary Bypass (Direct Oxymetric Tissue Perfusion Monitoring Study)
Kedudukan, Fungsi, dan Tugas Pokok Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( BAPPEDA ) Dalam Sistem Pemerintahan Kota Bitung
Perencanaan menjadi suatu agenda penting dalam mewujdkan hal yang dicita[1]citakan. Hal ini berlaku dalam pembagunan khususnya dalam ekosistem kepemerintahan daerah. Perencanaan pembangunan menjadi tolak ukur atau barometer kemajuan suatu daerah. Melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah atau BAPPEDA, segala bentuk rencana tata kelola pemerintahan daerah diatur sedemikian rupa, sesuai kebutuhan daerah tersebut. Adapun kedudukan, fungsi, serta tugas pokok BAPPEDA menjadi mandat yang dipeoleh dari nomenklatur yang telah ada, dalam hal ini undang-undang terkait. BAPPEDA sebagai phak yang berkaitan langsung dengan urusan perencanan pembagunan di daerah, emnjadi motor perencanaan pembangunan itu sendiri. Kata Kunci : BAPPEDA, Kedudukan, Tugas Dan Fungs
UPAYA PEMERINTAH PADA PROSES PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA KORUPSI
Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan ini adalah untuk menganalisis dan memahami secara hukum peran pemerintah dalam menerapan hukum dalam mencegah dan memberantas Tindak Pidana Korupsi di Indonesia serta untuk mengetahui dan memahami proses pembuktian dalam peradilan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia. Dewasa ini korupsi adalah masalah masalah serius di banyak negara Asia. Korupsi telah telah berkembang dan mengancam stabilistas dan keamanan masyarakat nasional dan internasional, melemahkan institusi dan nilai-nilai demokrasi dan keadilan, serta membahayakan pembangunan berkelanjutandan penegakanhukum.[1] Indonesia sebagai negara hukum dengan sedemikian banyak katuran hukum yang berlaku seolah-olah menjadi tidak berdaya saat harus berhadapan dengan tindak pidana korupsi. Hal ini dapat dilihat dari berbagai indikator, salah satunya adalah lambatnya penanganan tindak pidana korupsi sehingga korupsi kemudian mengakar sedemikian kuat dalam berbagai lapisan masyarakat. Korupsi tidak hanya berdampak terhadap satu aspek kehidupan saja. Pengertian korupsi menurut masyarakat awam khususnya adalah suatu tindakan mengambil uang negara agar memperoleh keuntungan untuk diri sendiri. Pengertian korupsi merupakan penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan, dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang lain.Kata kunci: korupsi; pembuktian;[1] Saldi Isra dan Eddy O.S. Hiariej. Perspektif Hukum Pemberantasan Korupsi di Indonesia. Korupsi Mengkorupsi Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2009. Hlm. 553
EVALUASI KEBIJAKAN PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN DI KECAMATAN MAESA KOTA BITUNG
AbstrakSetelah sekian tahun program pengembangan dilaksanakan dengan tujuan dapat memberikan peningkatan kemampuan kecamatan dalam pelaksanaan tugas pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi kebijakan program pengembangan kecamatan Maesa Kota Bitung, dengan metode penelitian kualitatif, informan yang ditentukan adalah Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Sejahtera Kota Bitung, yakni pejabat-pejabat yang telah atau yang sedang mengurusi PPK, diantaranya para Kepala Bidang, Kepala Sub Bidang, Kepala Seksi dan Pelaksana, Camat, Fasilisator Kecamatan Maesa, Ketua dan anggota Unit Pelaksana Kegiatan, Tokoh Masyarakat, dan Penerima Manfaat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa evaluasi pelaksanaan program SPP ini di katakan belum berhasil dengan baik. Ada beberapa masalah yang terjadi dalam pelaksanaannya seperti dana yang menunggak di akibatkan oleh beberapa anggota yang tidak menyetor setiap bulan dan adanya pengurus yang menyalahgunakan dana yang sudah di setor. Hal ini membuat pada perguliran berikutnya menjadi terhambat dan membuat tim pengelola menjadi kesulitan dalam mengelola dana tersebut.Hal ini juga di sebabkan oleh kurangnya pemantauan dari tim pemantau kegiatan dan juga Tim Pelaksana kegiatan.Kata Kunci: Evaluasi, Kebijakan, Program Pengembangan Kecamata
PENYELESAIAN PERSELISIHAN HASIL PEMILU LEGISLATIF DI MAHKAMAH KONSTITUSI
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mekanisme penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilu Legislatif di Mahkamah Konstitusi dan mengetahui bagaimana akibat hukum dari putusan Mahkamah Konstitusi dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilu Legislatif. Dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif, maka dapat disimpulkan, bahwa: 1. Mahkamah Konstitusi (MK) dalam hal penyelesaian perkara PHPU Legislatif mengatur tata cara penyelesaian perselisihan perolehan hasil suara pemilu Tahun 2014 dalam pedoman beracara yaitu Peraturan Mahkamah Konstitusi (PMK) No. 1 Tahun 2014, sebagaimana yang telah diubah dengan PMK No. 3 Tahun 2014 tentang Pedoman Beracara dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka mekanisme penyelesaian perkara PHPU Legislatif di MK, dapat dikelompokan lima tahapan, yaitu: (1) Pengajuan Permohonan; (2) Registrasi Perkara; (3) Penjadwalan sidang; (4) Pemeriksaan Perkara; dan (5) Putusan. Dalam menuntaskan keseluruhan tahapan tersebut, MK hanya diberi waktu 30 hari kerja untuk memutus seluruh permohonan yang diajukan oleh Peserta Pemilu. 2. Keseluruhan putusan MK dalam perkara PHPU bertujuan untuk menjaga dan menjernihkan suara rakyat. Putusan MK dapat menyatakan permohonan tidak dapat diterima, ditolak, atau dikabulkan. Putusan MK bersifat final dan mengikat (final and binding). Artinya, tidak ada peluang menempuh upaya hukum berikutnya pasca putusan itu sebagaimana putusan pengadilan biasa yang masih memungkinkan kasasi dan Peninjauan Kembali (PK). Selain itu juga ditentukan putusan MK memiliki kekuatan hukum tetap sejak dibacakan dalam persidangan MK. Putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap memiliki kekuatan hukum mengikat untuk dilaksanakan. Putusan tersebut dapat mengakibatkan; penundaan berlakunya keputusan KPU tentang Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD; dibatalkannya keputusan KPU tentang Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD; diilakukannya penghitungan suara ulang; dilakukannya pemungutan suara ulang; penetapan perolehan suara yang benar yang dapat merubah hasil perolehan suara Pemohon dan Pihak Terkait; serta perintah agar KPU pelaksanaan putusan. Kata kunci: Perselisihan Hasil Pemilu legislatif, Mahkamah Konstitus
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN SERTA PENUNTUTAN TINDAK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tahap penyelidikan dan penyidikan terhadap tindak pidana dan bagaimana tahap penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan. Dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif disimpulkan: 1. Penanganan tindak pidana di luar persidangan terdiri dari penyelidikan, penyidikan. Hal ini merupakan kewenangan dari Kepolisian Negara RI, PNS yang berwenang khusus dan kejaksaan (Jaksa) pada kasus pidana tertentu sesuai dengan aturan yang tertuang dalam KUHAP. Penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh Kepolisian Negara RI, bila selesai pemberkasan dilanjutkan penyerahan berkas tersebut kepada jaksa penuntut umum, apabila belum sempurna/lengkap maka jaksa akan mengembalikan berkas tersebut untuk diperbaiki dalam waktu 7 hari harus dikembalikan. 2. Penanganan tindak pidana di dalam persidangan adalah jaksa penuntut umum sebagai penuntut dalam acara pidana. Adapun hakim selaku pemeriksa dan penuntut dalam acara pidana/persidangan yang dipimpinnya, tuntutan jaksa selaku penuntut umum sesuai atau berdasarkan pada hasil penyidikan yang dilakukan oleh Kepolisian Negara RI, atau oleh Jaksa sendiri (kasus pidana tertentu). Adapun hakim dalam mengambil putusan dalam persidangan berdasarkan pertimbangan, fakta hukum yang terlihat dalam persidangan, bukti-bukti yang sah menurut hukum, keyakinan, hakim dan hasil musyawarah para hakim yang tergabung dalam majelis hakim yang sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.Kata kunci: Penyelidikan dan Penyidikan, Penuntutan, Tindak Pidan
Economic Measures in Context with beginning of Economic Crisis due to Pandemic COVID-19
Bakalářská práce se zabývá ekonomickými opatřeními vlády České republiky v souvislosti se začínající ekonomickou krizí z důvodu pandemie COVID-19 a jejich dopadem na vybrané podnikatelské subjekty. V teoretické části jsou definovány základní pojmy ohledně daní a daňového systému České republiky, se zaměřením na daně z příjmů a dále na sociální pojistné, jenž souvisí s ekonomickými opatřeními. Následně je práce zaměřena na konkrétní ekonomické opatření, jenž jsou rozděleny na daňové opatření a úlevy, program Antivirus a na konec tzv. ošetřovné pro osoby samostatně výdělečně činné. Praktická část analyzuje a zhodnocuje popsána ekonomická opatření na vybraných podnikajících subjektech, zhodnocuje jejich účinnost a využití podnikatelským subjektem.This Bachelor's thesis deals with the Economic Measures of the Government of the Czech Republic in Context with the beginning of the Economic Crisis due to Pandemic COVID-19 and their impact on selected Business Entities. The theoretical part defines the basic concepts of taxes and the tax system of the Czech Republic, focusing on income taxes and further on social insurance, which is related to the economic measures. Subsequently, the work focuses on specific economic measures, which are divided into tax measures and reliefs, the Antivirus program and the end of the so-called nursing for the self-employed. The practical part analyzes and evaluates the described economic measures on selected business entities, evaluates their effectiveness and use by Business Entities.117 - Katedra účetnictví a danívýborn
Анализа на кардиоспецифичните ензими кај пациентите со коронарна артериска болест
Акутниот коронарен синдром (АКС) е најчеста причина за прием во
коронарната интензивна единица. Од вкупниот број на хоспитализирани
пациенти евидентирано е дека околу 70% отпаѓаат на пациенти со АКС. И покрај
современите дијагностички методи и третман, станува збор за болест со
највисок ризик од смрт и неповолни исходи, особено доколку не се делува
медицински правилно и навремено. Постоечките упатства од Американскиот
колеџ за кардиологија на Американската здравствена организација даваат
практични препораки за проценка на ризик кај кардиоваскуларни настани кај
општата популација и груба проценка на индивидуалниот ризик. Затоа се
поставуваат големи очекувања во идентификацијата и развојот на нови
биомаркери за предвидување на кардиоваскуларен ризик. Повеќе од 60 години
се користени срцеви биомаркери за дијагноза на акутен миокарден инфаркт
(АМИ).
Покачувањето на аспартат трансаминаза (АСТ) кај пациенти со акутен
миокарден инфаркт првпат било пријавено од научникот Камен Ет Ал во 1954
год. и тој е првиот срцев биомаркер употребен во клиничка пракса. Но, поради
недостаток на специфичноста за миокардна исхемија, АСТ има ограничена
употреба како срцев биомаркер. Подоцна биле откриени и биомаркерите
креатенин киназа (ЦК) и лактат дехидрогеназа (ЛДХ), кои се покажаа дека се
посензитивни и специфични од АСТ. Сепак, специфичноста останала
проблематична, особено за пациенти со мускулни заболувања и заболувања на
црниот дроб. Следен откриен биомаркер бил ЦК-МБ, идентификуван како
молекул кој има висока дијагностичка точност. За жал, сите погоре спомнати
биомаркери не се специфични за дијагноза на акутен миокарден инфаркт
(АМИ).
Помеѓу различните срцеви биомаркери, кардиоспецифичниот тропонин и
натриуретик пептид обезбедуваат најкорисно предвидувачка информација,
5
правејќи ги многу корисни во ризик спецификацијата и дијагнозата за акутен
коронарен синдром, како што е наведено во постоечките упатства. Универзална
дефиниција за миокарден инфаркт бара откривање на пораст или пад на цТн
(целни тропонин) вредности со најмалку една вредност над 99-та процентил од
горната референтна граница. Неколку клинички студии и состојби на мета�анализа наведуваат дека високото ниво на цТн може да се користи како
дијагностичка алатка и како независен прогностички маркер.
Клучни зборови: акутен миокарден инфаркт (АМИ), аспартат
трансаминаза (АСТ), креатинин киназа (ЦК), лактат дехидрогеназа (ЛД
- …
