16 research outputs found

    Analisis Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Tol Krapyak - Srondol , Semarang

    Full text link
    PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai Ibukota Propinsi Jawa Tengah terletak di pantai utara pulau Jawa, merupakan simpul yang berada pada lintasan antara Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Jawa Timur. Disamping berfungsi sebagai pusat kegiatan pengendalian pemerintahan Propinsi Jawa Tengah, juga sebagai salah satu kota perdagangan, industri, pendidikan dan kota wisata. Keadaan ini menyebabkan kegiatan masyarakat kota Semarang cukup tinggi, sehingga hal tersebut menimbulkan kegiatan transportasi yang cukup dinamis antara demand dan supply transportasi. Sementara kegiatan lalu lintas berkembang, kemacetan dan kecelakaan lalu lintas akan menjadi masalah di kota-kota besar seperti Semarang. Tingkat kepadatan lalu lintas yang cukup tinggi menimbulkan kemacetan dibeberapa ruas jalan terutama didaerah pusat perdagangan, perkantoran, dan pendidikan yang melibatkan lalu lintas yang masuk, keluar ataupun melewati kota Semarang. Jalan Tol Semarang adalah satu-satunya jaringan jalan tol yang berada di Semarang Propinsi Jawa Tengah yang merupakan bagian dari jaringan jalan umum yang dibuat dengan maksud untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di kota Semarang, terutama lalu lintas yang hanya lewat kota Semarang ( lalu lintas menurun ) dan untuk meningkatkan pemerataan dan efisiensi biaya operasional dan waktu tempuh. Jaringan Jalan Tol Semarang terdiri dari tiga seksi yaitu : Seksi A adalah ruas jalan Krapyak – Jatingaleh sepanjang 8.000 km, dengan tipe jalan dua lajur dua arah, lebar perkerasan 2 х 3,5 meter dan dioperasikan sejak tahun 1987.Seksi B adalah ruas jalan Jatingaleh – Srondol sepanjang 6.000 km, dengan tipe jalan empat jalur dua arah, lebar perkerasan 2 (2 х 3,5) meter dioperasikan sejak tahun 1983.Seksi C adalah ruas jalan Jangli – Kaligawe (Pelabuhan) sepanjang 10.000 km, dengan tipe jalan empat jalur dua arah, lebar perkerasan 2 (2 х 3,5) meter dioperasikan sejak tahun 1997. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini meliputi : Menganalisis kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Jalan Tol Semarang dengan pengalaman dan waktu operasional lebih dari 5 ( lima ) tahun.Mengevaluasi dan menentukan " black spot " (lokasi dengan pengalaman banyak terjadi kecelakaan) yang dikaitkan dengan kondisi geometrik maupun pengaturan lalu lintas (traffic control) jalan.Menetapkan strategi peningkatan keselamatan lalu lintas Jalan Tol. STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian kecelakaan dan kriteria Peraturan pemerintah (PP) Nomor 43 Tahun 1993 menyatakan bahwa : a) Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak disangka – sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan yang sedang bergerak dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda. b) Korban kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud diatas dalam ayat (a), dapat berupa : Korban mati.Korban luka berat.Korban luka ringan. c) Korban mati sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf 1, adalah korban yang dipastikan mati sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 ( tiga puluh ) hari setelah kecelakaan tersebut. d) Korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam ayat (b) huruf 2, adalah korban yang karena luka – lukanya menderita cacat tetap atau harus dirawat dalam jangka waktu lebih dari 30 ( tiga puluh ) hari sejak terjadi kecelakaan. e) Korban luka ringan sebagaimana dimaksud dalam ayat (b) huruf 3, adalah korban yang tidak termasuk dalam pengertian ayat (c) dan ayat (d). 2.2 Faktor – faktor Penyebab Kecelakaan Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu kejadian kecelakaan terjadi akibat dari komulatif beberapa faktor penyebab kecelakaan. Penyebab tersebut antara lain adalah: manusia, sarana dan prasarana, alam dan lingkungan. 2.3 Jenis Kecelakaan Jenis kecelakaan dikategorikan berdasarkan mekanisme kecelakaan yang dialami oleh kendaraan yang terlibat. Dari distribusi jenis kecelakaan diharapkan diperoleh gambaran keterkaitan obyek jalan dan lingkungan terhadap kontribusinya sebagai penyebab kecelakaan. 2.4 Tingkat Kecelakaan Lalu lintas dan Teknik Kontrol Kualitas 2.4.1 Tingkat Kecelakaan lalu lintas MATSON et al ( 1955 ) menyatakan bahwa tingkat kecelakaan didasarkan pada : Populasi (kecelakaan per 100.000 penduduk)Kendaraan yang terdaftar (kecelakaan per 10.000 kendaraan)Kendaraan – km (kecelakaan per 10^6 kendaraan – km) 2.4.2 Teknik Kontrol Kualitas HOQUE ( 1978 ) dalam tesisnya menggunakan teknik statistik kontrol kualitas untul memilih ruas jalan atau lokasi rawan kecelakaan (black spot) dengan panjang dan volume yang berbeda. Pertama kali adalah menentukan harga rata – rata angka kecelakaan untuk sepanjang jalan, kemudian dihitung ambang atas dan ambang bawahnya. Ruas yang memiliki tingkat kecelakaan diatas ambang atas disebut " out of control " atau dengan kata lain adalah ruas jalan yang harus lebih diperhatikan dan memerlukan perhatian. METODOLOGI 3.1 Garis Besar Langkah Kerja Garis besar langkah kerja penelitian ini meliputi : Penetapan tujuan penelitian.Melakukan studi pustaka yang relevan dengan tujuan diatas.Pengumpulan data: Data laporan kecelakaan lalu lintas meliputi catatan kejadian – kejadian kecelakaan dan laporan bulanan kecelakaan lalu lintas.Data teknis dan kondisi jalan tol meliputi data lalu lintas harian rata – rata, geometrik jalan, data pengaturan lalu lintas ( traffic control ). Pengolahan data : Ekstraksi data menurut kebutuhan yang diperlukan.Kompilasi dan penelusuran melalui beberapa tahap untuk memperoleh data yang memadai. Pengamatan lapangan.Analisa dan Pembahasan.Kesimpulan dan saran. Gambar 1. Bagan Alur Penelitian PRESENTASI DATA 4.1 Umum Pada bab ini dibahas mengenai proses pengumpulan dan pengolahan, kompilasi data sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian ini serta melakukan bahasan awal yang berguna untuk menganalisis hasil yang terfokus. 4.2 Proses Pengumpulan Data Pengumpulan data sekunder yang berkenaan dengan kecelakaan di Jalan Tol seksi A dan B Krapyak – Srondol Semarang yang diperoleh dari PT. Jasa Marga Semarang dan merupakan data time series selama tujuh tahun terakhir, yaitu dari tahun 1994 sampai dengan 2000. Data kecelakaan yang diperoleh sangat rinci baik dari segi jumlah, lokasi, jenis tabrakan, kendaraan yang terlibat, fatalitas, dan volume lalu lintas, selanjutnya diklasifikasikan sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian guna analisis lebih lanjut. 4.3 Volume Lalu lintas Data volume lalu lintas kendaraan bermotor di Jalan Tol seksi A dan B dari tahun 1994 sampai dengan 2000 mengalami kenaikan yanng cukup berarti. Volume lalu lintas harian rata – rata per tahun di Jalan Tol seksi A dan B adalah sebesar 11.827 kendaraan per hari dengan pertumbuhan rata – rata per tahunnya adalah 11%, sedangkan volume lalu lintas harian rata – rata per tahun di Jalan Tol seksi A dan B adalah sebesar 16.654 kendaraan per hari dengan pertumbuhan rata – rata per tahunnya adalah 11%.. 4.4 Jumlah dan Tingkat Kecelakaan Jumlah dan tingkat kecelakaan relatif ( per juta kendaraan km ) ditujuh tahun terakhir sejak tahun 1994. Jumlah kecelakaan rata – rata diseksi A mencapai 16 kejadian per tahun dengan tingkat kecelakaan rata – rata sebesar 0,471 per juta kendaraan km, dengan pertumbuhan rata – rata kecelakaan per tahunnya mengalami penurunan sebesar 1%. Sedangkan, jumlah kecelakaan rata – rata diseksi B mencapai 18 kejadian per tahun dan tingkat kecelakaan rata – rata sebesar 0,516 dengan pertumbuhan rata – rata kecelakaan per tahunnya mengalami penurunan sebesar 10%. 4.5 Lokasi Kecelakaan Lokasi kecelakaan dapat dibagi menjadi 2 yaitu: Menurut lokasi STA / penggal per 1 km.Menurut letak arah jalur ( kiri atau kanan ). 4.6 Jenis Tabrakan Jenis tabrakan yang melatarbelakangi terjadinya kecelakaan lalu lintas dapat dibagi menjadi 8, yaitu : Tabrakan depan – depanTabrakan depan – sampingTabrakan samping – sampingTabrakan depan – belakangMenabrak pejalan kaki yang menyeberangMenabrak pejalan kaki disisi jalanMenabrak penumpang yang jatuh dari angkutan umumKecelakaan tunggal 4.7 Kendaraan Yang Terlibat Untuk seksi A, kendaraan mobil pribadi mendominasi sebanyak 38%, diikuti oleh truk 32%, bus 18% dan pick up 12%. Untuk seksi B, kendaraan mobil pribadi mendominasi sebanyak 38%, diikuti oleh truk 32%, bus 20% dan pick up 10%. 4.8 Jumlah Kecelakaan Menurut Waktu Kejadian Jumlah kecelakaan yang terjadi pada Jalan Tol seksi A dan B memiliki karakteristik waktu kejadian. Waktu kejadian tersebut terbagi atas 4 ( empat ) periode waktu dalam satu hari, yaitu jam 00.00 sampai dengan 06.00, 06.00 sampai dengan 12.00, 12.00 sampai dengan 18.00 dan 18.00 sampai dengan 24.00. 4.9 Kondisi Geometrik Jalan Geometrik Jalan Tol Semarang dapat dijelaskan sebagai berikut: Pada seksi A, kelandaian jalan terkecil adalah 0,50% pada Sta: 7 + 500 – 8 + 000 dengan kelandaian terbesar adalah 6,47% pada Sta: 5 + 450 – 6 + 200, sedangkan Radius ( R ) tikungan jalan terkecil adalah 230 meter pada Sta: 0 + 860 dan Radius ( R ) jalan terbesar adalah 1200 meter pada Sta: 5 + 593 dan Sta: 7 + 276. Pada seksi B, kelandaian jalan terkecil adalah 0,34 % pada Sta: 12+650 – 13+350 dengan kelandaian terbesar adalah 7,09 % pada Sta: 9+750 – 11+210, sedangkan Radius (R) tikungan jalan terkecil adalah 300 meter pada Sta: 8+270 dan Radius jalan terbesar adalah 10.000 meter pada Sta: 13+100 dan Sta: 13+600. 4.10 Kondisi Jalan Kondisi bahu jalan pada seksi A pada umumnya baik, kecuali pada STA 02+000– 04+000 permukaan jalan sedikit retak ( hair crack ). Pada STA 04+000 – 06+000 kondisi permukaan jalan bergelombang dan ditempat tertentu terjadi ambles ( patah ). Untuk seksi B, kondisi bahu jalan cukup baik, kecuali pada STA 10+000 – 11+000 permukaan jalan bergelombang pada bagian tengah kiri dan kanan. Pada STA 11+000 – 12+000 kondisi permukaan jalan sedikit bergelombang dan retak ( hair crack ). ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengaruh Banyaknya Lajur Terhadap Jumlah KecelakaanTinjauan Hubungan Variabel Kecelakaan Terhadap STA ( Lokasi Kejadian )Jenis Tabrakan dan STA (Lokasi kejadian)Waktu Kejadian dan STA (Lokasi kejadian)Tahun Kejadian dan STA (Lokasi kejadian).Identifikasi Variabel Kecelakaan Yang SignifikanPenentuan Lokasi Rawan Kecelakaan (Black Spot)Hubungan Kondisi Fisik Jalan dengan Black Spot. KESIMPULAN DAN SARAN Agar tingkat kejadian kecelakaan dapat dikurangi, maka perlu dilakukan upaya penanganan jangka pendek dan jangka panjang, antara lain : Penambahan fasilitas lalu lintas ( Delinator, Rambu Pendahulu Penunjuk Jurusan, Rambu Peringatan ) pada lokasi black spot.Melakukan perbaikan kondisi perkerasan jalan pada STA yang sudah rusak.Mengubah desain geometrik jalan dengan kelandaian ≤ 5 % pada STA 5+000 – 6+000 dan STA 9+000 – 11+000. DAFTAR PUSTAKA Cariawan, U. Et al. 1990. Kendaraan dan kecelakaan lalu lintas di jalan Tol (Studi kasus di jalan tol Jakarta – Cikampek). Fouirth Annual Conference on Road Engineering. Directorat General of Highways. Hulbert, S. 1991. Effects of Driver Fatique (ed). Human Factors in Highway Traffic Safety Research. Michigan State University East Lansing. Hobbs, F.D., 1979. Traffic Planning and Engineering. Second edition, Edisi Indonesia, 1995, terjemahan Suprapto T.M. dan Waldiyono. Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas. Edisi kedua, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Iskandar, et al. 2000. Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas di Jalan Tol Jakarta-Cikampek dan Usulan Pemecahannya. Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta. Matson, T.M.et al. 1995. Traffic Engineering. Mc. Graw Hill. Nelson, J. 1969. The Human Element in Highway Safety. Proc. of the Highway Safety Conf. Blacksbury, Virginia

    Analisis Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Tol Krapyak - Srondol , Semarang

    Full text link
    In Indonesia, design and planning of transportation facilities generally is based on IHCM 1997. The important and frequently value is passenger car equivalent (pce). In term of local characteristics of this value, surveyed only in the most of big city of Indonesia, its more USAge is probably not suitable to small cities such as Kendal. The study conducted in term of the case. Because of the significant volume of motorcycle\u27s driver, the effect is not notable. The value of pce for motorcycle is important to calculate link and intersection capacities. Driver\u27s behavior especially at signalized intersection proposes a variety of pce to each intersection. The aim of the study is to determine and analyze the value of pce and the real value of congested flow in Kendal. The locatioan of the study is cited at two : the western arm to the intersection of Jalan Raya Kendal- Jalan Masjid, and the eastern arm to the intersection of Jalan Pemuda-Jalan Pahlawan. The data is aided by camera video. The study formd that the characteristic of motorcycle driver\u27s behavior tends to congregate at the front of the queue in the intersection. Of the causes, motorcycle usually tends to easy make maneuver an intrude among other kinds of vehicles. The observation noticed that at least 50% of driver placed in the first third of green time. The rest varies equally to the other time sections. Using linear regression the value of pce for motorcycle noted in the case of Kendal City is 0.414. the model of cross relation between congested flow and road width is a linear model of S = 84 1.1 W – 3150.7 in term of 10 in and II in for road width. S is a dependent variable representing congested flow in pcu/green time while W is meter for road width

    PENGARUH BORAKS TERHADAP MOTILITAS DAN INTEGRITAS MEMBRAN SPERMA MENCIT (MUS MUSCULUS)

    Get PDF
      Abstract: The use of food additive such as borax to preservative in food production process could be have a negative effects on health. The abuse of borax as food additive in the pempek and bakso can be dangerous for human health at Palembang city. The borax or boric acid have toxic effect on all body cells.  The purpose of the research is to assess the effect of borax on the sperm motility and integrity of sperm membrane. Including to assess, how many are the borax doses can cause decrease the sperm motility and integrity of sperm membrane of mice. The research was carried out at laboratory Department of Medical biology, Faculty of Medicine Sriwijaya University Palembang using a Completely Randomized Design with six replications. Three treatment doses of the borax were prepared, i.e. 2 mg/10 gr bw, 4 mg/10 gr bw and 6 mg/10 gr bw for P2, P3 and P4 treatment groups of mice, respectively. Each group was consisted of six reproductive male mice and controlwith aquabidest were given each day, for 35 days. The control (P1) group was administrated by similar volume of aquabidest only. The result showed that borax could decreased very significantly (P<0,01) quality of mice sperm, especially sperm motility and integrity of sperm membran compared to control (P1) group. As  a conclusion,  the administration of borax at  doses 2 mg/10 gr bw,  4 mg/10 gr bw and 6 mg/10 gr bw on male mice by gavage in 35 days can  very significantly decrease the quality of mice sperm especialy decrease of the sperm motility and increase integrity of the sperm membrane (P<0.01) compared to the control group. It is suggested to conduct further studies such as the borax can used as one choice for the man contraception. Key words: Borax, Sperm Motility, Integrity of Sperm Membran and Mus musculus

    KARAKTERISTIK PASIEN FRAKTUR SUPRAKONDILER HUMERUS PADA ANAK DI RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG PERIODE 2014-2017

    Get PDF
    Fraktur suprakondiler humerus merupakan salah satu fraktur ekstremitas atas tersering pada usia anak-anak dengan prevalensi tinggi terhadap timbulnya komplikasi cidera neurovaskular maupun deformitas cubitus varus. Meskipun fraktur suprakondiler humerus umum dijumpai pada usia anak-anak, hingga saat ini data mengenai karakteristiknya masih sedikit di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik pasien anak-anak dengan fraktur suprakondiler humerus di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Penelitian deskriptif kuantitatif. Sampel penelitian adalah rekam medik pasien anak-anak dengan fraktur suprakondiler humerus baik yang rawat jalan maupun rawat inap di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2014 hingga Desember 2017 yang memenuhi kriteria inklusi untuk diidentifikasi karakteristiknya. Distribusi pasien terbanyak ditemukan pada kelompok usia 1-4 (34,6%) dan 5-9 tahun (34,6%)  serta jenis kelamin laki-laki (61,5%). Klasifikasi fraktur tipe fleksi (92,3%) ditemukan paling banyak diikuti oleh klasifikasi fraktur Gartland tipe 3 (57,7%). Kebanyakan pasien ditemukan dengan lengan kiri (57,7%) mengalami fraktur akibat trauma langsung (88,5%) pada sendi siku. Sebanyak 11 pasien (42,3%) mendapatkan penanganan di rumah sakit dalam rentang waktu < 1 minggu pasca trauma dan 2 pasien dengan riwayat pengobatan melalui traditional bone-setter. Semua pasien mendapatkan prosedur penanganan ORIF (open reduction internal fixation) dengan tambahan osteotomi pada 3 pasien (88,5%) karena komplikasi deformitas cubitus varus sebelum operasi. Fraktur suprakondiler humerus banyak ditemukan pada laki-laki dalam kelompok usia 1-4 dan 5-9 tahun. Masa pertumbuhan tulang, locus minoris suprakondiler humerus dan aktivitas pada anak laki-laki merupakan faktor-faktor yang mungkin memudahkan terjadinya fraktur suprakondiler humerus pada trauma ekstremitas atas. Keterlambatan penanganan dan jenis penanganan yang tidak tepat terhadap tipe fraktur menurut klasifikasi Gartland maupun klasifikasi ekstensi atau fleksi cenderung menyebabkan timbulnya komplikasi jangka panjang seperti deformitas cubitus varus.

    Fluid consumption, hydration status, and its associated factors: a cross sectional study among medical students in Palembang, Indonesia

    Get PDF
    Background: Adequate fluid consumption and hydration status of students become a special concern because being dehydrated by just 1%-2% can impair cognitive performance. The objectives of this study were to assess the daily fluid consumption, and analyze the correlation of fluid consumption and other associated factors with hydration status of medical students in Universitas Sriwijaya.Methods: A total of 93 medical students in Universitas Sriwijaya were recruited to complete a 7-day cross-sectional study. Subjects were asked to complete a self-administered 7-day-24-hours fluid record and provide first morning urine sample on the last day. Gender information was collected. Physical activity was evaluated by self-administered long version of IPAQ. Body mass index was calculated using body weight and body height measurement. Urine specific gravity was determined by urinometer. The 7-day-24-hours fluid record and 1-day-24-hours urine specific gravity were calculated and analyzed.Results: Majority of the subjects were well hydrated, while 10.8% were slightly dehydrated, 6.5% were moderately dehydrated and 9.7% were severely dehydrated. The average of daily fluid consumption was 1789.28 (989.3-2930) mL. Coefficient correlation of fluid consumption from beverages with urine specific gravity was -0.651 (p=0.00) by Pearson correlation test. The hydration status showed no association with gender, physical activity and body mass index.Conclusions: Most subjects in this study were well hydrated. A strong association was found between fluid consumption and hydration status. It was feasible to use daily fluid consumption from beverages to predict hydration status

    Hubungan Pola Dermatoglifi Dengan Hipertensi Essensial

    Full text link
    Hipertensi essensial adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang belum bisa dijelaskan penyebabnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola dermatoglifi dengan hipertensi essensial. Studi kasus kontrol ini dilakukan di poliklinik rawat jalan penyakit dalam RSMH Palembang, pada bulan Februari 2014. Sampel penelitian berjumlah 93 orang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 31 orang kelompok kasus dan 62 orang kelompok kontrol. Sidik jari dan telapak tangan yang diambil kemudian dibandingkan antara kelompok kasus dan kelompok control. Hasilnya dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square dan t-test. Pola sidik jari paling banyak pada hipertensi essensial adalah pola loop ulnar (64,2%). Pada hipertensi essensial Indeks Furuhata 40,92% kemudian Indeks Dankmeijer 7,72%. Ada hubungan yang bermakna antara pola whorl terhadap pola loop ulnar dan pola whorl terhadap pola arch (p? 0,05 dan OR? 1). Pada uji T -independent didapatkan tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata sudut atd kanan dan sudut atd kiri, terdapat perbedaan yang bermakna pada triradius total (TTC) dan jumlah garis jari total (TRC) antara hipertensi essensial dan bukan hipertensi essensial. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pola dermatoglifi dengan hipertensi essensia

    Sistem Interkoneksi Data Antar Unit Guna Mendukung  Keberhasilan Akreditasi Program Studi Pada Fakultas Teknik UNS

    Get PDF
    The research was carried out in  order   to   build   a   web­based   computer  application systems to support the smooth  process of accreditation of study programs by  BAN PT at the Faculty of Engineering, Sebelas  Maret University of Surakarta. It is planned to build a system that support the  accreditation   process   of   study   programs,  particularly   in   preparation   of   Borang  Akreditasi.   The   system   was   built   for   the  purpose of a database system to accommodate  the extraction data from administrative units  in   the   Faculty   of   Engineering,   University  Sebelas   Maret   Surakarta.   Development   of  systems and applications is done using open­ source software Linux­Ubuntu Server operating  system, the MySQL database server, and PHP  as programming language. The end result of this engineering­research is  developed   a   system   that   can   support   the  implementation of the accreditation in the  Faculty   of   Engineering   Universitas   Sebelas  Maret Surakarta

    Efek Fraksi Aktif Daun Gendola (Basella alba) terhadap Jumlah Sperma dan Kadar Hormon Testosterone Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus)

    No full text
    Latar Belakang: Faktor Pria merupakan 30% faktor penyebab infertilitas pada PASUTRI di masa produktif. Telah banyak usaha yang dilakukan untuk mengatasi infertilitas pada pria, salah satunya dengan penggunaan obat penyubur atau afrodisiak yaitu daun gendola. Tujuan penelitian, untuk mengetahui efektivitas fraksi aktif daun gendola terhadap jumlah spermatozoa dan kadar hormone testosterone tikus jantan (Rattus norvegicus). Penelitian ini diadakan pada bulan Agustus – November 2020 di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Metode: Penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design. Hewan uji yang dipakai sebanyak 33 ekor terbagi secara random dalam 11 kelompok perlakuan. Tiap kelompok terdiri atas 3 ekor tikus dengan rincian kelompok diberi n-heksan 1 mg/kgBB, n-heksan 5 mg/kgBB, fraksi n-heksana dosis 10 mg/kgBB, fraksi etil asetat dosis 1 mg/kgBB, fraksi etil asetat 5 mg/kgBB, fraksi etil asetat dosis 10 mg/kgBB, fraksi methanol air dosis 1 mg/kgBB, fraksi methanol air dosis 5 mg/kgBB, fraksi methanol air dosis 10 mg/kgBB diberikan secara oral selama 30 hari. kelompok kontrol negative diberikan Na CMC 1% sebanyak 1 cc secara oral selama 30 hari. Kelompok kontrol dengan diberikan Testosteron Enanthate dengan dosis 5 mg/kgBB yang dilarutkan dengan sesame oil / minyak wijen sebanyak 1 cc secara injeksi intramuscular di paha tikus. Hasil: Terdapat peningkatan kadar hormone testosterone dan jumlah spermatozoa pada tikus jantan setelah pemberian fraksi aktif daun gendola bila dibandingkan dengan testosterone enanthate dan Na CMC 1%. Kesimpulan: Dalam penelitian ini menyatakan bahwa fraksi Basella alba berperan dalam meningkatkan kesuburan tikus janta

    ASSOCIATION OF DERMATOGLYPHIC PATTERNS WITH OVARIAN CANCER

    No full text
    Ovarian cancer passed down in the family through inheritance of BRCA1 and BRCA2 genes that have been mutated. The objective of this research was to explore the relationship between dermatoglyphic patterns and ovarian cancer. Research method used an observational analytic using case-control design taking place at Obstetrics Inpatient Ward in RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Samples of case and control groups were selected by using consecutive sampling method (Non probability). This method included all patients that meet the inclusion criteria as part of the sample in order to fullfill number of samples required to perform the analysis, and sample selection was done during certain period. Chi-Square test was used to analyze correlation between fingerprint patterns (Arch, Loop, and Whorl) and ovarian cancer. Independent sample t-test used to find average discrepancy of TRC (Total Ridge Count) and ATD angle. These statistical analyses were done by using SPSS for Windows. Research result indicated that most ovarian cancer samples had dermatoglyphic pattern; followed by Loop (52.4%) Whorl (44.2%), and Arch (3.3%). Dankmeijer and Furuhata indices of ovarian cancer were 3.91 and 68.45, respectively. There was a significant relationship between ovarian cancer patients’ and non-ovarian cancer patients’ fingerprints pattern, with Whorl pattern p value = 0.004 and Loop pattern p value = 0.005. There was no significant difference of Total Ridge Count (TRC) between ovarian cancer patients and non-ovarian cancer patients, with p value = 0.238. There was no significant difference of average angle of right ATD, with p value = 0.893, and average angle of left ATD, with p value = 0.323, between ovarian cancer patients and non-ovarian cancer patients

    Gendola Leaf Ethyl Acetate Fraction (Basella rubra Linn) Reduces Spermatozoa Motility and Viability in Vitro

    No full text
    A B S T R A C TBackground. The use of plants as anti-fertility in men has been done to reduce sideeffects. The Gendola plant is one of the Basellaceae family plants, which is a naturalmedicinal plant in Indonesia. Gendola leaves contain phenol compounds, flavonoids,tannins, steroids and triterpenoids which can have cytotoxic activity. This studyaims to determine the in vitro anti sperm activity of the ethyl acetate fraction ofGendola leaves on male spermatozoa. Methods. This study is an experimentallaboratory in vitro study using male sperm preparations. The sample used was 20men for each group, both the group was given the gondola leaf fraction and thecontrol group. The treatment group was given ethyl acetate fraction of Gendola leaves(Basella rubra Linn.) With a concentration of 0.05% for 5, 10 and 15 minutes, theviability and motility of sperm were calculated. Data analysis was performed usingthe Mann Whitney test (p &lt;0.05) using SPSS release for Windows software. Results.The results showed that the ethyl acetate fraction affected the motility and viabilityof spermatozoa. When compared with the control group, the motility treatment groupobtained was classified as non-progressive. In the treatment group, the viability ofspermatozoa was significantly different at minute 5, minute 10 and minuted 15 (p&lt;0.05). Conclusion. Ethyl acetate fraction has potential as an anti sperm inreducing sperm motility and viability
    corecore