211 research outputs found

    Effects Ofrhizobial Inoculation on the Early Growth of Acacia Mangium in the Field [Pengaruh Inokulasi Rhizobium Terhadap Pertumbuhan Awal Acacia Mangium Di Lapangan]

    Full text link
    Dalam rangka mendukung program pemerintah dalam mengembangkan Hutan Tanaman Industri (HTI), bibit tanaman hutan berkualitas tinggi dibutuhkan dalam jumlah besar dan berkesinambungan. Untuk tujuan tersebut, 2 isolat Rhizobium terpilih diuji kemampuannya dalam meningkatkan pertumbuhan dan mengefisiensikan pemupukan N pada tanaman Acacia mangium yang berasal dari kultur jaringan atau dari benih. Isolat yang kepadatannya 10 sel/ml diinokulasikan ke dalam planlet in vitro dan bibit A.mangium asal biji (masing-masing 30 tanaman).Tanaman yang telah diinokulasi, ditumbuhkan dalam polibag sampai cukup kuat untuk ditanam di lapangan. Percobaan disusun dalam Rancangan Split Plot dengan 3 ulangan. Asal bibit yaitu kultur jaringan dan benih digunakan sebagai main plot sedangkan dosis pemupukan urea (n0 = 0; n, = 7.5; n: = 7.5; n2 = 15, n, = 22,5; n4 = 30 g/ tanaman) sebagai subplot. Pengamatan yang dilakukan 12 minggu setelah tanam menunjukkan bahwa pertumbuhan kedua jenis bibit tersebut sangat baik meskipun bibit hasil kultur jaringan tumbuh lebih cepat dan lebih seragam.Namun tidak terdapat perbedaan yang nyata pada pertambahan tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah cabang antar semua dosis urea yang dipakai berdasarkan uji LSD pada level 5 %.Hasil tersebut menunjukkan bahwa simbiosis antar A. mangium dan rhizobium cukup efektif dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman selama 3 bulan pertama di lapangan tidak ada perbedaan yang jelas antar tanaman yang diberi dan tanpa pupuk N

    EFFECTS OFRHIZOBIAL INOCULATION ON THE EARLY GROWTH OF Acacia mangium IN THE FIELD [Pengaruh Inokulasi Rhizobium terhadap Pertumbuhan Awal Acacia mangium di Lapangan]

    Get PDF
    Dalam rangka mendukung program pemerintah dalam mengembangkan Hutan Tanaman Industri (HTI), bibit tanaman hutan berkualitas tinggi dibutuhkan dalam jumlah besar dan berkesinambungan. Untuk tujuan tersebut, 2 isolat Rhizobium terpilih diuji kemampuannya dalam meningkatkan pertumbuhan dan mengefisiensikan pemupukan N pada tanaman Acacia mangium yang berasal dari kultur jaringan atau dari benih. Isolat yang kepadatannya 10 sel/ml diinokulasikan ke dalam planlet in vitro dan bibit A.mangium asal biji (masing-masing 30 tanaman).Tanaman yang telah diinokulasi, ditumbuhkan dalam polibag sampai cukup kuat untuk ditanam di lapangan. Percobaan disusun dalam Rancangan Split Plot dengan 3 ulangan. Asal bibit yaitu kultur jaringan dan benih digunakan sebagai main plot sedangkan dosis pemupukan urea (n0 = 0; n, = 7.5; n: = 7.5; n2 = 15, n, = 22,5; n4 = 30 g/ tanaman) sebagai subplot. Pengamatan yang dilakukan 12 minggu setelah tanam menunjukkan bahwa pertumbuhan kedua jenis bibit tersebut sangat baik meskipun bibit hasil kultur jaringan tumbuh lebih cepat dan lebih seragam.Namun tidak terdapat perbedaan yang nyata pada pertambahan tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah cabang antar semua dosis urea yang dipakai berdasarkan uji LSD pada level 5 %.Hasil tersebut menunjukkan bahwa simbiosis antar A. mangium dan rhizobium cukup efektif dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman selama 3 bulan pertama di lapangan tidak ada perbedaan yang jelas antar tanaman yang diberi dan tanpa pupuk N

    Reforming Trade Policy to Lower Maize Prices in Indonesia

    Get PDF
    In the first half of 2018, the consumption of maize for animal feed reached 8.60 million tonnes, more than 70% of total Indonesian maize consumption in that period. From 2009 to 2018, maize consumption for animal feed grew every year by 477,780 tonnes. Despite the implementation of a free hybrid maize seeds program, known as UPSUS (Upaya Khusus / Special Effort), domestic maize production only increased by 294,440 tonnes per year. These circumstances contributed to high maize prices in Indonesia, which reached more than twice the international market price in August 2018. High maize prices impact animal feed producers because they use maize as a raw material. High prices also impact land animal farmers who must pay a high price to feed their animals. In turn, high maize prices also contribute to increases in the price of chicken eggs, chicken meat, and beef, which affects the 21 million farming and 35 million non-farming households that are net maize consumers. The implementation of ministerial regulations MOA 57/2015 and MOT 21/2018 has aggravated the problem as they contradict each other when specifying who is authorized to import maize and what documents are required by legal importers. Both regulations impose long procedure for obtaining import license, which can take up to 53 working days to complete. As the result, imports are unable to lower maize prices in Indonesia

    Patterns of decline in upper limb function of boys and men with DMD:An international survey

    Get PDF
    With increasing life expectancy, upper extremity (UE) function becomes more and more important in boys with Duchenne muscular dystrophy (DMD). Knowledge of UE function in these children is, however, limited. The aim of this study was to gain insight into the changing patterns of UE function during the course of DMD. A Web-based questionnaire on UE function, covering all domains of the International Classification of Functioning Disability and Health, was distributed worldwide. Primary domains of the questionnaire were: participant characteristics, UE pain and stiffness, UE activities, and social participation. Data were described per disease stage and analyzed using descriptive analysis. A total of 213 boys/men with DMD (1-35 years) were included in this study. UE pain, stiffness, and activity limitations increased with disease stage. UE activity limitations already occurred in the early ambulatory stage. Compared to the healthy population, social participation was restricted in DMD patients and about 70 % of the respondents experienced UE limitations when performing social activities. Despite the existence of UE impairments, only 9 % of the respondents used supportive aids. Functional capacities and activities of the UE are limited already in the early ambulatory stage of patients with DMD affecting their social participation. Therefore, clinicians should pay attention to UE limitations before DMD patients lose their capacity to walk. Effective and adequate aids as well as attention for pain and stiffness in the therapeutic management could help to reduce UE activity limitations and related restrictions in social participation

    Upper extremity function and activity in facioscapulohumeral dystrophy and limb-girdle muscular dystrophies:A systematic review

    Get PDF
    Purpose: The aims of this review were (1) to provide insight into the natural course of upper-extremity (UE) impairments and UE activity limitations associated with facioscapulohumeral dystrophy (FSHD) and limb-girdle muscular dystrophies (LGMD), and (2) to provide an overview of outcome measures used to evaluate UE function and activity in patients with FSHD and LGMD. Methods: Scientific literature databases (PubMed, MEDLINE, EMBASE, CINAHL and Cochrane) were searched for relevant publications. Inclusion criteria: (1) studies that included persons with a diagnosis of FSHD or LGMD; and (2) studies that reported the natural course of the UE functions and/or activity with outcome measures at these levels. Results: 247 publications were screened, of which 16 fulfilled the selection criteria. Most studies used manual muscle testing (MMT) to evaluate UE function and the Brooke Scale to evaluate UE mobility activities. The clinical picture of UE impairments and limitations of UE activities in FSHD and LGMD patients was highly variable. In general, FSHD and LGMD patients experience difficulty elevating their upper extremities and the execution of tasks takes considerably longer time. Conclusions: The clinical course of UE impairments and activity limitations associated with FSHD and LGMD is difficult to predict due to its high variability. Although measures like MMT and the Brooke Scale are often used, there is a lack of more specific outcome measures to assess UE function and UE capacity and performance in daily life. Measures such as 3D motion analysis and electromyography (EMG) recordings are recommended to provide additional insight in UE function. Questionnaires like the Abilhand are recommended to assess UE capacity and accelerometry to assess UE performance in daily life.Implications for RehabilitationThere is a need for specific outcome measures on the level of UE activity.Both the level of capacity and performance should be assessed.Possible outcome measures include 3D motion analysis to assess UE function, questionnaires like the Abilhand to assess UE capacity and accelerometry to assess performance of UE activities in daily life

    GAMBARAN PERILAKU ANAK USIA SEKOLAH DALAM JAJAN SEMBARANGAN DI DESA KUTA GUGUNG KEC. NAMAN TERAN KAB. KARO SUMATERA UTARA TAHUN 2021

    Get PDF
    Latar Belakang: Anak usia sekolah adalah golongan anak yang berusia antara 7-12 tahun, dan  masa tenang atau masa latent, yang merupakan suatu proses pematangan karakteristik fisik, sosial, serta psikologis semakin mandiri saat berpartisipasi dalam aktivitas diluar rumah, terutama di sekolah. Jajanan adalah makanan dan minuman yang dipersiapkan atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat umum yang langsung dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Tujuan: Untuk mengetahuai Gambaran Perilaku Anak Usia SekolahDalam Jajan Sembarangan Di Desa Kuta Gugung Kec. Naman Teran Kab. Karo Sumatera Utara. Metode: Jenis Penelitian deskriptif dengan teknik pengambilan sampel total sampling dengan jumlah sampel 65 responden. Hasil: Hasil penelitian ini  menunjukkan bahwa perilaku positif sebanyak 14 orang, dan  perilaku negatif sebanyak 51 orang. Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa masih lebih banyak anak usia sekolah yang memilih jajanan untuk mereka konsumsi. Diharapkan kepada  anak usia sekolah agar  mengurangi perilaku yang tidak baik dalam memilih jajanan yang akan mereka konsumsi

    Mereformasi Kebijakan Perdagangan untuk Menurunkan Harga Jagung di Indonesia

    Get PDF
    Pada paruh pertama tahun 2018, konsumsi jagung untuk pakan ternak mencapai 8,60 juta ton, lebih dari 70% dari total konsumsi jagung di Indonesia pada periode tersebut. Dari tahun 2009 hingga 2018, konsumsi jagung untuk pakan ternak meningkat sebesar 477.780 ton per tahun. Di sisi lain, produksi jagung dalam negeri hanya bertambah sebesar 294.440 ton per tahun meskipun pemerintah sudah membagikan benih jagung hibrida gratis lewat program UPSUS (Upaya Khusus). Keadaan ini menyebabkan tingginya harga jagung di Indonesia, yang mencapai lebih dari dua kali harga pasar internasional pada bulan Agustus 2018. Tingginya harga jagung berdampak pada produsen pakan ternak karena mereka menggunakan jagung sebagai bahan baku. Hal ini juga berdampak pada peternak yang harus mengeluarkan biaya mahal untuk memberi makan ternak mereka. Pada akhirnya, hal ini juga menyebabkan kenaikan harga telur ayam, daging ayam, dan daging sapi, yang berdampak pada 21 juta rumah tangga petani dan 35 juta rumah tangga non-petani yang merupakan net consumers (membeli jagung lebih banyak daripada yang mereka tanam sendiri). Penerapan Permentan 57/2015 dan Permendag 21/2018 tidak memecahkan masalah karena keduanya justru saling bertentangan dalam menentukan siapa yang berwenang untuk mengimpor jagung dan dokumen apa saja yang diperlukan oleh para importir resmi. Kedua peraturan tersebut memberlakukan prosedur yang panjang untuk mendapatkan lisensi impor, yang bisa memakan waktu hingga 53 hari kerja untuk diselesaikan. Akibatnya, impor tidak dapat menurunkan harga jagung di Indonesia. Untuk menurunkan harga jagung, kami mengusulkan dua langkah reformasi kebijakan yang juga memberikan waktu yang cukup bagi para pemangku kepentingan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan baru. Langkah pertama merupakan periode penyesuaian, di mana dalam lima tahun pertama reformasi, pemerintah sebaiknya menghentikan program UPSUS di daerah di mana petani lebih suka menggunakan benih hibrida non-subsidi yang berkualitas tinggi. Pemerintah harus mendukung petani selagi mereka beralih dari benih tradisional ke benih hibrida yang lebih produktif dan tahan penyakit, serta mereka harus bekerja sama dengan sektor swasta untuk memperbaiki proses pascapanen. Lebih lanjut, langkah reformasi ini harus memiliki target spesifik untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas jagung dalam negeri. Langkah kedua reformasi dilakukan setelah masa lima tahun pertama di atas. Dalam langkah ini, pemerintah sebaiknya merevisi Permendag 21/2018 dan Permentan 57/2015 sehingga para importir yang memenuhi syarat, baik yang berupa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun perusahaan swasta, dapat bersaing secara adil dan transparan. Pemerintah harus mengatasi kontradiksi di antara kedua peraturan tersebut agar keduanya lebih mudah diikuti oleh para importir. Di sisi lain, jangka waktu lima tahun ini dirasa cukup bagi para petani jagung dalam negeri untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas mereka dengan dukungan dari pemerintah, sehingga hal ini membuat mereka lebih siap untuk bersaing dengan jagung impor secara terbuka. Kedua langkah reformasi ini akan mendorong pasar jagung untuk lebih kompetitif, menurunkan harga jagung, dan memberikan manfaat baik bagi para produsen pakan ternak maupun para peternak. Pada akhirnya, hal ini dapat menurunkan harga makanan kaya protein bagi para konsumen

    Cavalier King Charles Spaniels with Chiari-like malformation and Syringomyelia have increased variability of spatio-temporal gait characteristics

    Get PDF
    Abstract Background Chiari-like malformation in the Cavalier King Charles Spaniel is a herniation of the cerebellum and brainstem into or through the foramen magnum. This condition predisposes to Syringomyelia; fluid filled syrinxes within the spinal cord. The resulting pathology in spinal cord and cerebellum create neuropathic pain and changes in gait. This study aims to quantify the changes in gait for Cavalier King Charles Spaniel with Chiari-like malformation and Syringomyelia. Methods We compared Cavalier King Charles Spaniel with Chiari-like malformation with (n = 9) and without (n = 8) Syringomyelia to Border Terriers (n = 8). Two video cameras and manual tracking was used to quantify gait parameters. Results and conclusions We found a significant increase in coefficient of variation for the spatio-temporal characteristics and ipsilateral distance between paws and a wider base of support in the thoracic limbs but not in the pelvic limbs for Cavalier King Charles Spaniels compared with the border terrier

    Capture based aquaculture of mud spiny lobster, Panulirus polyphagus (Herbst, 1793) in open sea floating net cages off Veraval, north-west coast of India

    Get PDF
    Capture based aquaculture (CBA) of the mud spiny lobster, Panulirus polyphagus was conducted in two cylindrical floating net cages of 6 m diameter and 4.5 m depth, made of HDPE sapphire netting of 18 mm mesh size. The cages were installed at a depth of 8 m, about 900 m away from the shore off Prabhas Patan, Veraval, India. Live lobsters were collected from lobster fishing centres of Veraval and Mahua regions of Gujarat and segregated into two groups: animals weighing 80-120 g (Group-1) and animals weighing < 80 g (Group-2). One thousand numbers of sub-adults of Group-1 with initial body weight of 99.75 ± 8.4 g, were stocked in Cage-1 and 1500 juveniles of Group-2 with initial body weight of 46.44 ± 8.8 g were stocked in Cage-2. The lobsters were fed twice daily with trash fish @ 8 % of the body weight by tray feeding. After the culture period of 90 days, no significant difference (p > 0.05) was observed in the survival rate (overall survival = 93.7 %) whereas, juvenile lobsters in Cage-2 showed weight increase of 1.49 g d-1 and specific growth rates of 1.51 % d-1 which was significantly higher (p < 0.05) than the weight increase of 1.17 g d-1 and specific growth rates of 0.80 % d-1 recorded from Cage-1. Results suggest that P. polyphagus has potential for capture based aquaculture in sea cage culture systems along Gujarat coast

    First report on induced spawning of Siganus vermiculatus in India

    Get PDF
    Siganids are widely distributed to Indo-West Pacific region and the Siganus vermiculatus (Maze rabbit fish/Vermiculated spinefoot) can reach sizes that weigh up 2.3 kg each. It is a species of great aquaculture importance and hence breeding and seed production protocols are necessary. A major breakthrough in the seed production of Siganus vermiculatus by inducing the fishes to spawn under controlled conditions with Human Chorionic Gonadotropin (hCG) during the first quarter of the lunar cycle is reported. The hatchery processes and early larval stages are described
    corecore