43 research outputs found

    Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma [60co] Terhadap Bactrocera Carambolae Drew & Hancock in Vitro Dan in Vivo

    Full text link
    Effect of gamma irradiation [60Co] against Bactrocera carambolae Drew & Hancock in vitro and in vivo. Bactrocera carambolae Drew & Hancock is one of the most important pests on guava fruit. According to a quarantine regulation in export-import commodities, irradiation treatment is a suitable methods for eradicating infested organism, which is relatively safe for the environment. The aim of this research was to determine mortality doses and an effective dose of [60Co] gamma ray irradiation for the eradication purpose, and its implication on the survival of fruit fly B. carambolae. Two irradiation methods of in vitro dan in vivo were carried out, by exposing egg and 3rd instar larvae of B. carambolae obtained from the laboratory reared insect. Eleven doses of gamma ray irradiation of 0, 30, 50, 75, 100, 125, 150, 175, 200, 300, 450, and 600 Gy were applied, respectively. The level of 99% fruit fly mortality was estimated by the value of LD99 using probit analysis and the number of larvae, pupae and adult survival were evaluated by analysis of variance (ANOVA), and the means compared by Tukey's test, at 5% of significance level. These result showed that the effective lethal dose (LD99) of irradiation that could be successful to eradicate eggs and 3rd instar larvae in vitro were 2225 and 2343 Gy and in vivo were 3165 dan 3177 Gy, respectively. Almost all of the treated larvae survived and developed to pupae, therefore only the minimum irradiation dose of 30 Gy allowed the pupae to develop into adults

    INTERFERENSI KEHADIRAN PREDATOR TERHADAP KEEFEKTIFAN PARASITOID Anagyrus lopezi De Santis (Hymenoptera: Encyrtidae)

    Get PDF
    Parasitoid A. lopezi dintroduksikan ke Indonesia pada 2014 untuk mengendalikan kutu putih asing invasif P. manihoti. A. lopezi berinteraksi dengan predator P. ramburi dan C. montrouzieri pada pertanaman singkong yang terserang kutu putih P. manihoti. Penelitian bertujuan untuk mengkaji pengaruh interferensi kedua predator terhadap keefektifan A. lopezi pada P. manihoti. Percobaan dilakukan di dalam laboratorium dengan menggunakan cawan petri dan kurungan serangga. Nimfa kutu putih instar-3 dipaparkan pada kedua predator selama 24 jam. Pengamatan dilakukan terhadap perilaku parasitoid dan tingkat pemangsaan predator. Kehadiran predator berpengaruh nyata terhadap penurunan masa kunjungan, masa penemuan inang, dan jumlah telur yang berhasil diletakkan oleh A. lopezi pada nimfa kutu putih. Kedua larva predator mampu memangsa kutu putih yang tidak terparasit dan yang terparasit umur 1-8 hari. Predator mampu mendikriminasi kutu putih yang terparasit umur 14 hari (mumi). Pemangsaan predator terjadi pada kutu putih yang terparasit umur 1-, 3-, dan 8- hari. Kombinasi parasitoid dengan kedua predator menunjukkan adanya interaksi antagonis. Kehadiran predator P. ramburi dan C. mountrouzieri menurunkan tingkat parasitisme A. lopezi pada P. manihoti

    Nisbah kelamin tikus sawah (Rattus argentiventer) pada beberapa fase pertumbuhan tanaman padi di lahan sawah irigasi

    Get PDF
    Tikus sawah merupakan hama utama tanaman padi yang masa perkembangbiakannya berkaitan dengan fase pertumbuhan tanaman padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nisbah kelamin tikus sawah pada beberapa fase pertumbuhan tanaman padi berdasarkan hasil tangkapan linear trap barrier system (LTBS). Lokasi penelitian merupakan satu hamparan sawah irigasi yang berada di Kebun Percobaan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah pemasangan 3 (tiga) unit LTBS pada habitat tanggul irigasi. Pemasangan LTBS dilakukan selama satu musim tanam yang terbagi atas 3 periode pemasangan, yiatu pada fase vegetatif, awal generatif, dan akhir generatif. LTBS dipasang selama 25 hari pada setiap periode pemasangan, kemudian dipindahkan sejauh ± 200 m. Pengamatan hasil tangkapan LTBS dilakukan setiap hari pada setiap periode pemerangkapan, yaitu pada pagi hari mulai jam 07:00 - 10:00 WIB. Tikus yang tertangkap kemudian diidentifikasi jenis kelaminnya dengan cara mengukur jarak anogenital, yaitu jarak antara area kelamin dengan anus. Tikus jantan umumnya memiliki jarak anogenital yang lebih panjang dibandingkan tikus betina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah tangkapan tikus jantan dan tikus betina pada fase vegetatif relatif sama. Adapun pada fase awal generatif jumlah tangkapan tikus betina relatif tinggi, dan sebaliknya pada fase akhir generatif. Meskipun demikian, fase pertumbuhan tanaman padi tidak berpengaruh terhadap nisbah kelamin tikus sawah karena jumlah tangkapan tikus jantan (136 ekor) dan tikus betina (147 ekor) tidak berbeda signifikan

    Keanekaragaman dan Peran Fungsional Serangga Ordo Coleoptera di Area Reklamasi Pascatambang Batubara di Berau, Kalimantan Timur

    Get PDF
    Reklamasi adalah salah satu teknik untuk memulihkan ekosistem yang rusak, dengan tujuan mengembalikan kondisi habitat, seperti atau menyerupai kondisi sebelumnya. Salah satu komponen habitat yang perlu dikembalikan adalah komunitas serangga. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keanekaragaman, peranan fungsional, dan komposisi Coleoptera pada area reklamasi. Penelitian dilakukan di area reklamasi bekas tambang batubara, PT. Berau Coal di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Area reklamasi terdiri atas beberapa umur revegetasi berbeda, yaitu 2, 4, 6, 8, dan 10 tahun. Pengambilan contoh dilakukan dengan melakukan pemasangan perangkap pitfall dan perangkap malaise pada transek sepanjang 100 meter untuk setiap umur revegetasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman Coleoptera antar umur reklamasi tidak menunjukkan perbedaan. Umur reklamasi cenderung mempengaruhi perbedaan komposisi spesies dan peranan fungsional Coleoptera. Kelimpahan Coleoptera predator menunjukkan perbedaan pada umur reklamasi yang berbeda, sedangkan kelimpahan Coleoptera herbivor, detritivor dan mycophagus tidak dipengaruhi oleh umur reklamasi. Walaupun demikian, terdapat kecenderungan peningkatan kelimpahan Coleoptera dari kelompok herbivor dan detritivor dengan peningkatan umur reklamasi

    Pengaruh Penggunaan Linear Trap Barrier System terhadap Intensitas Serangan Tikus Sawah (Rattus argentiventer)

    Get PDF
    This study aimed to examine the effect of LTBS on the intensity of the attack by rice field rats. The location of the LTBS installation is a stretch of rice fields bordering the village border habitat. A total of 3 (three) LTBS units were installed on the village border habitat with three different installation times, i.e., in the vegetative phase, the early generative phase, and the late generative phase. The LTBS was installed for 25 days at each installation time; then, at the next installation, the LTBS was moved as far as ± 200 m from the previous position. The variables observed were the number of catches of rice field rats and the intensity of their attacks. Observation of LTBS catches was carried out every day by counting the number of rats caught. The rice field rat attack intensity was carried out systematically using the double diagonal method with 25 rice clumps samples for each diagonal slice. The results showed that the intensity of rice field rat attacks on land with LTBS installed was lower than on land without LTBS. Meanwhile, the number of rat catches and the highest attack intensity were obtained during the early generative phase of rice plants.Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penggunaan linear trap barrier system (LTBS) terhadap intensitas serangan tikus sawah. Lokasi pemasangan LTBS merupakan suatu hamparan sawah yang bebatasan dengan habitat tepi kampung. Sebanyak 3 (tiga) unit LTBS dipasang pada habitat tepi kampung dengan 3 waktu pemasangan yang berbeda, yaitu pada fase vegetatif, fase awal generatif, dan fase akhir generatif. LTBS dipasang selama 25 hari pada setiap waktu pemasangan, kemudian pada pemasangan selanjutnya LTBS dipindahkan sejauh ± 200 m dari posisi sebelumnya. Variabel yang diamati adalah jumlah tangkapan tikus sawah dan intesitas serangannya. Pengamatan hasil tangkapan LTBS dilakukan setiap hari, yaitu dengan cara menghitung jumlah tikus yang tertangkap. Adapun pengamatan intensitas serangan tikus sawah dilakukan secara sistematis menggunakan metode double diagonal dengan 25 sampel rumpun padi untuk setiap irisan diagonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas serangan tikus sawah pada lahan yang dipasangi LTBS lebih rendah dibandingkan dengan lahan yang tidak dipasangi LTBS. Sementara itu, jumlah tangkapan tikus dan intensitas serangan tertinggi didapatkan pada saat fase awal generatif tanaman padi

    Preferensi Serangan Tikus Sawah (Rattus argentiventer) Terhadap Tanaman Padi

    Get PDF
    Tikus sawah adalah salah satu hama utama tanaman padi yang sangat merugikan bagi petani karena dapat merusak pada semua stadia pertumbuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi serangan tikus sawah terhadap tanaman padi berdasarkan stadia pertumbuhannya. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Wirakanan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat dari bulan Januari sampai April 2018. Percobaan yang dilakukan adalah pemerangkapan tikus menggunakan linear trap barrier system (LTBS). LTBS dipasang di habitat tepi kampung selama satu musim tanam yang terdiri atas 3 periode pemasangan, yaitu stadia vegetatif, stadia awal generatif, dan stadia akhir generatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah tangkapan tikus dan intensitas kerusakan tanaman padi tertinggi terjadi pada stadia awal generatif. Hal ini mengindikasikan bahwa preferensi serangan tikus sawah terhadap tanaman padi terjadi pada stadia awal generatif

    Pelepasan dan Pemangsaan Kumbang Jelajah Paederusfuscipes (Coleoptera:Staphylinidae) Terhadap Telur Dan Larva Helicoverpa armigera (Lepidoptera: Noctuidae)

    Get PDF
    Paederus fuscipes is an important predators in soybean fields, including toward Helicoverpa armigera. Predation evaluation using a cage are very common, giving significant suppressed the exposed pest population. However, predation evaluation in open space is rarely conducted. This study was to investigate the dispersal capability of P. fuscipes, and to evaluate the effectiveness of the beetle release in the predation on H. Armigera eggs and larvae. Observations were made in a soybean field in Mekarwangi Village, Cianjur, during soybean planting season in 2005 and 2006. In the dispersal study, all beetles were collected from the field and tagged on the elitra. As many as 1187 tagged beetle were released. The dispersal was observed in the area within a radius of 40 m from the release point. In the predation study, eggs and larvae of H.armigera from laboratory rearing were used as the prey. Soybean plots with exposed prey were treated by releasing the beetle with different densities, i. e., 100-400 beetles, and a control. The released beetles were from laboratory rearing and beetles were collected from the field. The study indicated that the tagged beetles that were released to the soybean field actively move but their dispersal were relatively slow. Until 5 days after release, most beetles were remain in the area surrounding release point, within a radius of 5 m. Release of predators to the soybean field, suppressed H. armigera egg and larva populations for both vegetative and generative stages, but were not significantly different between treatment and control plots, except for the egg population on vegetative stage. It indicates that population of the natural predator in soybean field were very complex and potential to be used for controling pest populations. Thus, it is important to manage soybean field that can support the role of predators in the field. Key words: predator release, Paederus fuscipes, predation, Helicoverva armiger

    Bringing Sexy Back: Unauthorized Film Editing, Copyright, and How Removing Reproductive Acts Violates Reproduction Rights

    Get PDF
    The Multicolored Asian Ladybird, Harmonia axyridis, is an extremely successful invasive species. Here we suggest that, in addition to many other traits, the dorsal spines of its larvae contribute to their success, as suggested by behavioral observations of agonistic interactions between H. axyridis and European coccinellids. In coccinellids, the role of dorsal spines in these interactions has been poorly studied and they could be a physical protection against intraguild predators. Dorsal spines of second instar H. axyridis larvae were removed with micro-scissors, which resulted in spineless larvae after molting (spineless group). These larvae were then exposed to starved Coccinella septempunctata larvae. Two control categories were also submitted to interactions: H. axyridis larvae with all their spines (control group) and with their spines, but injured by pin stings (injured group). Spine removal at the second instar did not hamper H. axyridis development. The bite rate by C. septempunctata was significantly higher on the spineless H. axyridis and more dorsally located compared to the control and injured groups, while no bite rate difference was observed between the injured and the control group. Our results suggest that in addition to behavioral and chemical defenses, the dorsal spines play a significant protective role against bites. Therefore, spines in ladybirds could be considered as a morphological defense against intraguild predation. In H. axyridis, these defenses might contribute to its success in food resources already exploited by other guild members and thus further facilitate the invasion of new areas.SCOPUS: ar.jinfo:eu-repo/semantics/publishe

    Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Kasus Pada PT. Pindad (Persero))

    No full text
    Keberadaan dan kecukupan modal kerja sangat mempengaruhi operasi perusahaan. Adanya pengelolaan modal kerja yang efektif dan efesien akan memperlancar kegiatan operasional perusahaan tersebut. Keefektifan penggunaan modal kerja dari suatu perusahaan ditunjukkan oleh perputaran modal kerja perusahaan tersebut, sehingga apabila modal kerja di kelola secara efektif akan dapat meningkatkan laba perusahaan dan akan berpengaruh juga kepada kinerja perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul â Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Kinerja Perusahaan.â Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara perputaran modal kerja dengan kinerja perusahaan. Objek penelitian ini adalah neraca dan laporan laba(rugi) PT. Pindad (Persero) dari tahun 1999-2006. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus, metode perhitungan yang digunakan adalah analisis regresi dan analisis korelasi dengan pengujian statistik t. Dari hasil analisis regresi didapat persamaan Ŷ = -1,455 + 15,875x, dan hasil analisis korelasi didapat nilai 0,692 pengujian hipotesis menunjukkan bahwa, Ho ditolak, pada tingkat signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa, perputaran modal kerja memiliki pengaruh positif sebesar 47,88%, terhadap kinerja perusahaan
    corecore