1,046 research outputs found

    Pemberdayaan Perempuan melalui Daya Saing Produk Berbahan Ramah Lingkungan (Go Green) di USAha Pembuatan Tikar Daun Purun Palembang

    Full text link
    Kota Palembang, sebagai ibu kota provinsi Sumatera Selatan terkenal sebagai pusat kuliner dan industri kerajinankhas Palembang. Industri tikar berbahan dasar daun purun merupakan USAha turun temurun dan menjadi USAha yangbanyak dilakukan oleh kaum perempuan terutama ibu-ibu yang memiliki kemampuan menganyam daun purunmenjadi produk tikar daun purun. Pemerintah Daerah berupaya untuk mempertahankan dan melestarikan USAha ini,melalui pemberian akses di bidang permodalan, pelatihan, pemasaran, mengikutsertakan pameran kerajinannusantara di Jakarta. Namun, USAha ini masih belum maksimal karena programm yang diberikan masih berjangkapendek, belum menyentuh akar sebenarnya yaitu masalah kemiskinan. Usaha ini juga, belum diorganisir denganbaik, dan belum dikelola secara profesional, padahal dari USAha ini secara tidak langsung sudah banyak memberikanmanfaat bagi pendapatan keluarga. Rumusan masalah adalah bagaimana memberdayakan kaum perempuan melaluipotensi-potensi yang dimilikinya, sehingga mampu membantu meningkatkan pendapatan keluarga. Penelitian inijuga untuk mengetahui kendala-kendala yang terjadi pada USAha pembuatan tikar daun purun ini, serta solusi yangdiperlukan dari temuan penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali potensi yang dimiliki kaumperempuan pengrajin, dan sekaligus pelaku USAha, menggali dan menggambarkan kendala-kendala kaum perempuandalam memanfaatkan bahan baku daun purun yang ramah lingkungan, serta solusi yang ditawarkan dari temuan ini.Metode yang digunakan adalah dengan metode forum diskusi kelompok dan wawancara. Hasil yang ditemukandalam penelitian ini antara lain; 1). Sebagian besar USAha tikar daun purun dilakukan oleh kaum perempuan, danmerupakan USAha turun temurun. Usaha ini mampu membantu pendapatan keluarga. 2). Kendala yang dihadapiadalah bahan baku daun purun yang jumlahnya semakin menurun karena adanya Perubahan fungsi lahan menjadiperkebunan sawit, dan musibah kebakaran yang kerap muncul setiap musim kemarau tiba, dan 3). Perlu adanyapembinaan yang optimal dari pihak pemerintah daerah, dan lembaga terkait dalam hal keuangan, pemasaran,pelatihan produk yang lebih variatif dan kompetitif serta menjadikan lokasi sekarang ini menjadi daerah sentra barupembuatan tikar daun purun yang berada di dalam kota Palembang

    Implications of the lowest frequency detection of the persistent counterpart of FRB121102

    Get PDF
    Context. The repeating FRB121102 is so far the only extra-galactic Fast Radio Burst found to be associated with a counterpart, a steady radio source with a nearly flat spectral energy distribution (SED) in centimeter wavelengths. Aims. Previous observations of the persistent source down to 1.61.6~GHz has shown no sign of a spectral turn-over. Absorption is expected to eventually cause a turn-over at lower frequencies. Better constraints on the physical parameters of the emitting medium can be derived by detecting the self-absorption frequency. Methods. We used the Giant Metre-Wave Radio Telescope (GMRT) during the period of July to December 2017 to observe the source at low radio frequencies down to 400400~MHz. Results. The spectral energy distribution of the source remains optically thin even at 400400~MHz, with a spectral index of ν(0.07±0.03)\nu^{-(0.07 \pm 0.03)} similar to what is seen in Galactic plerions. Using a generic synchrotron radiation model, we obtain constraints on properties of the non-thermal plasma and the central engine powering it. Conclusions. We present low-frequency detections of the persistent source associated with FRB121102. Its characteristic flat SED extends down to 400400~MHz. Like Galactic plerions, the energy in the persistent source is carried predominantly by leptons. The emitting plasma has a B<0.01B< 0.01~G, and its age is >524(B0.01G)3/2> 524 \left(\frac{B}{0.01 {\rm G}} \right)^{-3/2}. We show that the energetics of the persistent source requires an initial spin period shorter than 36~ms, and the magnetic field of the neutron star must exceed 4.5×10124.5\times 10^{12}~G. This implies that the persistent source does not necessarily require energetic input from a magnetar.Comment: Submitted to A&A, 8 pages, 4 figure

    GRB 030329: 3 years of radio afterglow monitoring

    Full text link
    Radio observations of gamma-ray burst (GRB) afterglows are essential for our understanding of the physics of relativistic blast waves, as they enable us to follow the evolution of GRB explosions much longer than the afterglows in any other wave band. We have performed a three-year monitoring campaign of GRB 030329 with the Westerbork Synthesis Radio Telescopes (WSRT) and the Giant Metrewave Radio Telescope (GMRT). Our observations, combined with observations at other wavelengths, have allowed us to determine the GRB blast wave physical parameters, such as the total burst energy and the ambient medium density, as well as investigate the jet nature of the relativistic outflow. Further, by modeling the late-time radio light curve of GRB 030329, we predict that the Low-Frequency Array (LOFAR, 30-240 MHz) will be able to observe afterglows of similar GRBs, and constrain the physics of the blast wave during its non-relativistic phase.Comment: 5 pages, 2 figures, Phil. Trans. R. Soc. A, vol.365, p.1241, proceedings of the Royal Society Scientific Discussion Meeting, London, September 200

    Inventarisasi Tumbuhan Kawasan Sempadan di situ Agathis, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat

    Full text link
    Situ Agathis adalah salah satu dari enam situ di Universitas Indonesia, Depok. Situ Agathis merupakan situ pertama yang menerima aliran air dari pemukiman warga. Ekosistemnya meliputi badan air dan sempadan yang telah rusak akibat pembuangan sampah dan limbah rumah tangga di sekitar Kawasan Beji, Depok. Namun terdapat beberapa spesies tumbuhan yang dapat bertahan hidup di sekitarnya. Oleh karena itu, dilakukan inventarisasi untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang dapat bertahan dalam wilayah tercemar situ. Studi dilakukan menggunakan metode line transect dengan tiga kali pengulangan pada tiap stasiun inlet, midlet, dan outlet. Hasil studi menunjukkan adanya 59 spesies yang berasal dari 51 genus dan 30 famili. Famili dengan jumlah spesies terbanyak adalah Asteraceae, Fabaceae, dan Malvaceae. Habitus yang banyak ditemukan adalah herba (47,46%), semak (6,78%), liana (3,39%), perdu (5,08%), dan pohon (37,29%). Jenis yang banyak ditemui merupakan spesies invasif, gulma, tanaman perintis, dan tanaman bioremediator yang toleran terhadap lingkungan tercemar

    Detailed study of the GRB 030329 radio afterglow deep into the non-relativistic phase

    Get PDF
    We explore the physics behind one of the brightest radio afterglows ever, GRB 030329, at late times when the jet is non-relativistic. We determine the physical parameters of the blast wave and its surroundings, in particular the index of the electron energy distribution, the energy of the blast wave, and the density (structure) of the circumburst medium. We then compare our results with those from image size measurements. We observed the GRB 030329 radio afterglow with the Westerbork Synthesis Radio Telescope and the Giant Metrewave Radio Telescope at frequencies from 325 MHz to 8.4 GHz, spanning a time range of 268-1128 days after the burst. We modeled all the available radio data and derived the physical parameters. The index of the electron energy distribution is p=2.1, the circumburst medium is homogeneous, and the transition to the non-relativistic phase happens at t_NR ~ 80 days. The energy of the blast wave and density of the surrounding medium are comparable to previous findings. Our findings indicate that the blast wave is roughly spherical at t_NR, and they agree with the implications from the VLBI studies of image size evolution. It is not clear from the presented dataset whether we have seen emission from the counter jet or not. We predict that the Low Frequency Array will be able to observe the afterglow of GRB 030329 and many other radio afterglows, constraining the physics of the blast wave during its non-relativistic phase even further.Comment: 9 pages, 2 figures; accepted for publication in Astronomy & Astrophysics after minor revisions; small changes in GMRT fluxes at 1280 MH

    Multiplexed measurements of immunomodulator levels in peripheral blood of healthy subjects: Effects of analytical variables based on anticoagulants, age, and gender

    Get PDF
    Multiplex microbead immunoassay (MMIA) is a powerful technology for a wide range of biomedical and clinical applications. It is important to study the normal concentration ranges of immunomodulators under different sample preparation conditions and age groups of subjects in order to more precisely determine their reference values for use in assessing alterations of their levels in disease. The aim of this study was to determine the plasma concentrations of immunomodulators (cytokines, chemokines, and growth factors) in the peripheral blood from healthy subjects by the use of a large multiplex panel, and to determine the effects of different anticoagulants, age, and gender on the immunomodulator levels. In addition, the assay precision for these biomarker analytes was determined. Plasma samples from 107 healthy subjects, aged 18 to 85 years, were collected in three different anticoagulants (sodium citrate, EDTA, Heparin); corresponding serum samples were also obtained. Multiplex microbead immunoassays were performed for measuring a total of 23 analytes including chemokines, cytokines, and growth factors (IL-1β, IL-1ra, IL-2, IL-6, IL-7, IL-8, IL-12 p70, IL-17, IFN-γ, IP-10, MCP-1, PDGF-BB, RANTES, TNF-α, IL-1a, IL-16, HGF, MIG, TNF-β, PDGF-ABBB, EGF, Flt-3 Ligand, VEGF). For these analytes, our results showed that the anticoagulant affected the concentration measurements and the coefficients of variation. However, the relative levels of the analytes (profiles) of samples collected in a particular anticoagulant are consistent. The analytes IL-1β, IL-7, Flt-3 Ligand, and IL-12p70 show the largest variation (up to fourfold) between the age groups. In addition, no statistically significant differences in the level of the analytes were found between the sexes

    IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA PRODUK IKAN TERI NASI ASIN (Stolephorus sp) DAN KARAKTERISTIK PEDAGANG DI PASAR TRADISIONAL KOTA MEDAN

    Get PDF
    Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Provinsi Sumatera Utara, dimana Kota Medan merupakan kota yang memproduksi ikan teri nasi (Stolephorus sp) yang tinggi.  Ikan teri nasi (Stolephorus sp) kering mudah didapatkan di seluruh Kota Medan, oleh karena itu menjadi salah satu ikan yang cukup banyak dikomsumsi sebagai lauk-pauk. Tujuan penelitian ini adalah mengamati proses pengolahan ikan teri nasi asin dari penerimaan bahan baku hingga pemasaran, melakukan pengujian secara kualitatif dan kuantitatif pada produk ikan teri nasi asin yang dijual di pasar tradisional Kota Medan khususnya di daerah Belawan, Marelan, Martubung, Brayan, Helvetia, Kurnia, Gabion. Dan mengetahui karakteristik serta pengetahuan tentang formalin dipasar tradisional Kota Medan dan nelayan. Metode penelitian dengan melakukan pengamatan langsung dan pengujian formalin di Laboratorium dan metode survey. Pengujian formalin dari 32 sampel terdapat 19 sampel positif (59%) dan 13 sampel negative (41%) dan kadar formalin tertinggi terdapat di pasar Marelan Sore yaitu 1,6 mg/kg.. Karakteristik pedagang pada pasar tradisional Kota Medan meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan dan lama berjualan. Umur pedagang berkisar 15-45 tahun dan pedagang yang paling banyak yaitu pada umur 31-35 tahun sebanyak (31%). Pendidikan pedagang dipasar tradisional kota Medan dimulai dari tidak bersekolah hingga tamatan SMA dan pedagang yang paling banyak adalah SD dan SMP (31%). Karakteristik pedagang berdasarkan jenis kelamin di pasar tradisional Kota Medan lebih banyak pedagang perempuan (63%) dibanding dengan pedagang laki-laki (37%). Dan pengetahuan dari responden mengenai formalin adalah 60% menjawab tidak tahu dan 40% menjawab tahu. Kata Kunci : ikan teri nasi asin, formalin, pedagang, pasar tradisional meda
    corecore