65 research outputs found
KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT MINAHASA MEMBANGUN RUMAH TINGGAL YANG HIJAU DAN NYAMAN
Masyarakat Minahasa menempati rumah dalam berbagai bentuk dan jenis. Seiring perjalanan waktu, dan dengan semakin majunya teknologi terutama dalam teknologi informatika telah merembet jauh dalam pemikiran manusia sampai pada cara-cara membangun rumah baik model, penggunaan material dan cara membangun. Sesungguhnya Masyarakat Minahasa memiliki kearifan dalam membangun rumah tinggal. Kearifan lokal ini pernah penurunan dijaman kolonial karena kesalah persepsi terhadap budaya Eropa, tetapi sekarang telah mulai menguat kembali serta tumbuh dan berkembang. Hal ini dibuktikan dengan kembali semakin digemarinya Rumah Kayu Minahasa dan produksinya meningkat pesat dalam 5 tahun terakhir ini. Rumah kayu saat ini tidak lagi dianggap bangunan nomor 2 sesudah rumah beton tetapi rumah ini dilihat sangat seksi dan eksotik bila dirancang dan dilaksanakan dengan baik. Kata kunci: kearifan lokal, minahasa, tradisional, rumah kayu, kenyamana
CAMPURAN SEKAM PADI DAN SERBUK GERGAJI SEBAGAI BAHAN INSULASI PADA KONSTRUKSI RUMAH MINAHASA
The Minahasa Stilt House is well known not only in Minahasa but throughout Indonesia and even abroad. The main problem with this stilt house is that the house is not designed to meet the occupants' thermal comfort as per SNI T-14-1993-03. The walls, floors and ceilings of stilt houses are made from planks with a thickness of 3 cm to 4 cm. It is suspected that with such a thickness, heat transfer to walls, floors and ceilings can occur quickly. An indoor AC system for room comfort will result in a waste of energy because the cooling load tends to be high. In this research, several materials that are locally available in Minahasa will be examined, namely sawdust and rice husks, which have the potential to be used as insulation. The method that will be used in this research is quantitative-descriptive. The aim of the research is to obtain local materials that can be used as insulation for the building envelope of stilt houses. This Husk Powder Insulation can be used as insulation material for Minahasa wooden houses on stilts. Rumah Panggung Minahasa sudah cukup dikenal tidak hanya di Minahasa tetapi diseluruh Indonesia bahkan sampai diluar negeri. Permasalahan utama dari rumah panggung ini adalah rumah tidak dirancang untuk memenuhi kenyamanan termal penghuni sebagaimana SNI T-14-1993-03. Dinding, lantai, dan plafond rumah panggung dibuat dari bahan papan dengan ketebalan 3 Cm s/d 4 Cm. Diduga bahwa dengan ketebalan seperti itu, perpindahan panas pada dinding, lantai, dan platfond dapat terjadi dengan cepat. Sistem AC didalam ruangan untuk kenyamanan ruangan, akan mengakibatkan pemborosan energi karena beban pendinginan cenderung tinggi. Dalam penelitian ini akan diteliti beberapa bahan yang tersedia secara lokal di Minahasa yaitu serbuk gergaji dan sekam padi, berpotensi sebagai insulasi.Metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah kwantitatif-deskriptif. Tujuan penelitian adalah memperoleh bahan-bahan lokal yang dapat dijadikan insulasi selubung bangunan rumah panggung. Insulasi Serbuk-Sekam ini dapat digunakan sebagai bahan insulasi rumah kayu panggung Minahasa
ANALISIS KERENTANAN DAN STRATEGI MITIGASI BENCANA BANJIR DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW
ABSTRAK
Intensitas hujan yang tinggi dan juga wilayah ini berada di dataran rendah menyebabkan bahwa sungai di tiap kecamatan meluap. Akibatnya permukiman warga terendam banjir serta merusak rumah warga hingga beberapa fasilitas desa dan juga pernah memakan korban jiwa. Daerah dumoga terdapat sumber penghidupan masyarakat yaitu tambang rakyat, itu adalah alasan mengapa masyarakat setempat masih ingin bermukim di daerah rentan banjir. Dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasi tingkat kerentanan bencana banjir yang berlokasi di kabupaten bolaang mongondow, Dan juga peneliti merekomendasikan strategi mitigasi bencana banjir dari aspek kerentanan yang berlokasi di kabupaten bolaang mongondow. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan teknik analisis skoring dan overlay, berdasarkan beberapa variabel yaitu variabel lingkungan, fisik, sosial dan eknomi yang masingmasing terdapat indikator. Setelah mendapatkan hasil dari tiap variabel berdasarkan indikatorindikator, dengan menggunakan rumus yang ada maka hasil dari kerentanan total terdapat tiga tingkat kerentanan yaitu rendah, sedang, tinggi. Kerentanan tinggi terdapat 5 kecamatan, kerentanan sedang terdapat 1 kecamatan dan kerentanan rendah terdapat 6 kecamatan.
Kata Kunci : Kerentanan Bencana Banjir, Mitigasi Bencana Banjir, Bolaang Mongondow.
ABSTRACT
The high intensity of rain and also that this area is in the lowlands causes the rivers in each subdistrict to overflow. As a result, residents' settlements were flooded and damaged residents' homes to several village facilities and also claimed lives. The dumoga area has a source of livelihood for the community, namely people's mining, which is the reason why local people still want to live in floodprone areas. In this study, researchers identified the level of vulnerability to floods located in Bolaang Mongondow district and also recommended flood disaster mitigation strategies from the aspect of vulnerability located in Bolaang Mongondow district. The method used in this research is a quantitative descriptive method. This study uses scoring and overlay analysis techniques, based on several variables, namely environmental, physical, social, and economic variables, each of which has indicators. After getting the results of each variable based on the indicators, using the existing formula, the results of the total vulnerability are three levels of vulnerability, namely low, medium and high. There are 5 districts with high vulnerability, 1 district with medium vulnerability, and 6 districts with low vulnerability.
Keywords: Flood Disaster Vulnerability, Flood Disaster Mitigation, Bolaang Mongondo
ANALISIS TINGKAT KERENTANAN BANJIR DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO
Fenomena banjir merupakan salah satu isu perkotaan yang kerap kali terjadi di berbagai kota di Indonesia salah satunya di Kota Manado. Pada tanggal 15 Januari 2014, terjadi banjir bandang di Kota Manado dimana Kecamatan Singkil merupakan salah satu kecamatan yang terdampak paling besar Pada Tahun 2014. Hal ini disebabkan karena luapan air sungai yang bertambah sehingga menyebabkan bencana banjir hingga ke permukiman masyarakat. Pada saat ini masalah banjir sudah terlihat jelas maka perlu mengetahui seberapa besar tingkat kerentanan bahaya banjir di Kecamatan Singkil dengan demikian masyarakat dapat mengantisipasi jika bencana banjir itu terjadi kembali. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif Kualitatif dan Analisis Spasial. Hasil penelitian menunjukkan hasil penelitian pertama, berdasarkan, karakteristik wilayah dapat dikatakan Kecamatan Singkil termasuk daerah rawan banjir. Penyebab utama terjadinya banjir di kawasan tersebut adalah karena terlalu dangkalnya saluran utama sungai. Terjadinya penyempitan di sungai akibat dari sampah sehingga mengakibatkan limpasan air hujan ke daratan sekitar ketika hujan sedang berlangsung cukup lama. Kedua, Kecamatan Singkil memiliki tingkat kerentanan banjir yang tinggi atau rentan. Adapun kelurahan yang memiliki tingkat kerentanan tertinggi berada pada kelurahan yang berbatasan langsung dengan sempadan Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano yaitu Kelurahan Ternate Tanjung, Ternate Baru, Ketang Baru, Karame, Wawonasa dan Kombos Barat. Hal ini dibuktikan dengan beberapa kondisi pada wilayah-wilayah tersebut yang selalu mengalami bencana banjir walaupun intensitas curah hujan rendah. Maka dari itu perlu penanganan prioritas seperti mitigasi bencana banjir terhadap kelurahan yang rentan akan bencana banjir.
Kata Kunci : Banjir, Kerentanan, Kecamatan Singki
PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI KECAMATAN MODOINDING
Provinsi Sulawesi Utara memiliki salah satu wilayah yang memiliki potensi agrowisata yakni Kecamatan Modoinding yang berada di Kabupaten Minahasa Selatan yang meliputi hamparan tanaman hortikultura Kawasan Agropolitan Modoinding dan Bukit Doa Kakenturan. Namun potensi agrowisata yang dimiliki Kecamatan Modoinding ini belum sepenuhnya dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan menganalisa potensi dan permasalahan serta strategi pengembangan Kawasan Agrowisata di Kecamatan Modoinding dengan menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Hasil dari penelitian, selain potensi perkebunan, Kecamatan Modoinding juga memiliki potensi alam dan potensi budaya yang dapat di kembangkan menjadi daya tarik objek wisata yang mendukung pengembangan kawasan agrowisata, sedangkan kendalanya adalah kurangnya fasilitas penunjang wisata, kondisi objek wisata yang tidak terawat, terbatasnya informasi kawasan agrowisata dan belum maksimalnya pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat lokal. Oleh karena itu, prioritas strategi pengembangan kawasan agrowisata di Kecamatan Modoinding berdasarkan analisis SWOT adalah peningkatan sumber daya manusia dalam menegelola agrowisata, kerjama pemerintah dan masyarakat, peningkatan aksesabilitas, penyediaan fasilitas wisatawan, pengembangan ekonomi, dan meningkatkan promosi kawasan agrowisata. Selanjutnya arahan pengembangan Kawsasan Agrowisata di Kecamatan Modoinding berdasarkan konsep 4A (atraction, accesability, amenities, ancillary) yakni pengembangan atraksi sesuai potensi lokal desa, penyediaan prasarana dan sarana transportasi, penyediaan, perbaikan dan pengoptimalan fasilitas wisata, pembentukan kelompok sadar wisata, dan promosi melalui sarana periklanan dan penyelenggaraaan ivent-ivent khusus.Kata Kunci : Pengembangan, Kawasan Agrowisata, Kecamatan Modoindin
Museum Gmim Di Tomohon (Behaviorisme Sebagai Pendekatan Desain)
Mempunyai berbagai peninggalan kebudayaan dengan menyimpan cerita yang luar biasa, baik dalam sejarahnya, budayanya, sampai pada arsitektur bangunan gereja yang tersebar di berbagai daerah, sangat disayangkan jika peninggalan-peninggalan bersejarah GMIM tidak di ekspos dengan maksimal. Museum GMIM dirancang untuk memfasilitasi serta mengakomodir peninggalan sejarah GMIM, juga sebagai tempat pariwisata Sulawesi Utara khususnya di kota Tomohon dengan bertemakan Behaviorisme sebagai pendekatan desain, sehingga Museum ini dapat menjawab permasalahan bagi kebutuhan dari setiap perilaku masyarakat. Dengan menggunakan metode rancangan melalui proses transformasi gagasan desain yang menerapkan Behaviorisme sebagai perwujudan ide-ide desain sehingga menghasilkan perancangan secara dua dimensi dan tiga dimensi
ANALISIS KEKRITISAN DAERAH RESAPAN AIR DI KOTA MANADO
Kota Manado ialah ibukota Provinsi Sulawesi Utara mempunyai laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibatnya mengakibatkan meningkatnya kebutuhan masyarakat dan memicu perubahan penggunaan lahan dari yang belum terbangun menjadi terbangun. Hal ini mengakibatkan penurunan kualitas dan daya dukung lahan yg berdampak pada daerah resapan air menjadi tidak optimal. Lokasi pada analisis kekritisan daerah resapan air terletak di 10 Kecamatan bagian daratan Kota Manado. Tujuan penelitian ini merupakan untuk mengetahui kondisi eksisting penggunaan lahan di daerah resapan air Kota Manado, dan tingkat kekritisan wilayah resapan air pada Kota Manado. Analisis ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan spasial. Analisis spasial menggunakan metode skoring serta tumpangsusun (overlay) pada software sistem informasi geografis. Penelitian ini menghasilkan jenis penggunaan lahan eksisting pada wilayah resapan air berdasarkan RTRW serta non terbangun dan tingkat kekritisan resapan air dari RTRW yaitu bisa direkomendasikan buat dilepaskan statusnya sebagai daerah resapan air atau dapat direhabilitasi membentuk tiga kelas resapan yang sudah mengalami kekritisan sedangkan tingkat kekritisan resapan air dari lahan non terbangun yaitu bisa direkomendasikan untuk menggantikan kelas resapan yg telah kritis yang telah terdapat di RTRW menghasilkan dua kelas resapan yang masih optimal.
Kata Kunci: Penggunaan Lahan; Kekritisan Resapan Air; Kota Manad
EVALUASI PEMANFAATAN RUANG KAWASAN KESELAMATAN OPERASIONAL PENERBANGAN BANDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI MANADO
ABSTRAK
Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) adalah wilayah daratan dan/atau perairan serta ruang udara di sekitar bandar udara yang digunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin Keselamatan Penerbangan. Pertumbuhan penduduk Kota Manado dan Kabupaten Minahasa Utara yang signifikan, dan dengan banyaknya destinasi wisata yang ada di Provinsi Sulawesi Utara maka dapat banyak menarik wisatawan dari luar Provinsi Sulawesi Utara untuk datang berkunjung dan menyebabkan kebutuhan akan ruang di kawasan perkotaan semakin meningkat. Dengan ketersediaan lahan yang relatif tetap dan meningkatnya kebutuhan akan ruang, maka perluasan pemukiman atau pembangunan cenderung mendekati kawasan-kawasan disekitar landasan pacu bandara Internasional Sam Ratulangi Manado. Penelitian ini dilakukan dilakukan pada kawasan keselamatan oprasi penerbangan Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado khususnya kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan dengan wilayah studi yaitu Kota Manado pada Kecamatan Mapanget di kelurahan Lapangan, kelurahan Mapanget Barat dan Kabupaten Minahasa Utara Kecamatan Talawaan yaitu di desa Wusa. Teknik analisis yang digunakan peneliti yaitu analisis spasial berupa overlay peta dan pembuatan peta tematik, analisis penggunaan lahan dan analisis deskriptif kualitatif dengan fokus variabel yaitu ketentuan kegiatan dan pemanfaatan ruang. Sampel dari penelitian ini sebanyak 85 responden dari masyarakat yang tinggal atau mempunyai lahan di kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan.Setelah dilakukan analisis, didapati hasil bahwa bahwa terdapat ketidaksesuaian peruntukan dan pemanfaatan ruang pada kawasan KKOP Khususnya pada Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan.
Kata Kunci: Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan, Lahan, dan Pemanfaatan Ruang.
ABSTRACT
The Aviation Operational Safety Area (KKOP) is the land and water area as well as the airspace around the airport used for flight operations in order to ensure Aviation Safety. The significant population growth of Manado City and North Minahasa Regency, and the many tourist destinations in North Sulawesi Province, can attract many tourists from outside North Sulawesi Province to come to visit and cause the need for space in urban areas to increase. With the relatively fixed availability of land and the increasing need for space, the expansion of settlements or development tends to approach the areasaround the runway of Sam Ratulangi Manado International airport. This research was conducted in theflight operation safety area of Sam Ratulangi Manado International Airport, especially the Possible Accident Hazard area with the study area namely Manado City in Mapanget Sub-district in Lapangan village, West Mapanget village and North Minahasa Regency Talawaan Sub-district, namely in Wusa village. The analysis technique used by researchers is spatial analysis in the form of map overlay and thematic map making, land use analysis and qualitative descriptive analysis with variable focus on activity provisions and space utilization. The sample of this study was 85 respondents from people who live or own land in the accident hazard area. After the analysis, the results showed that there was a mismatch in the designation and utilization of space in the KKOP area, especially in the Possible Accident Hazard Area.
Keywords: Aviation Operational Safety Areas, Land and Space Utilization
ANALISIS PEMANFAATAN LAHAN PERMUKIMAN di KAWASAN BERLERENG KECAMATAN SINGKIL
Manado City is an area that is very vulnerable to disaster aspects, one of which is landslides, due to the geographical and geological conditions of the region. Manado City has a very varied topography, one of which is in Singkil District. Based on data from the Singkil District Central Statistics Agency in 2019 Figures, there are 6 Kelurahans that have a sloping topography. While looking at the existing one in Singkil District, the sloped land has been used as a residential area. Land use in the city of Manado, especially the Singkil sub-district as a residential area, continues to increase. This can be seen from the construction of residential housing, which tends to have a negative impact on the local community because the construction is not in accordance with the existing spatial plan. The purpose of this study was to identify the distribution of settlements in the sloping area of Singkil district and to analyze the use of residential land in the sloped area of Singkil district. The data collection method in this study used Field Observation, Survey, Documentation and Mapping techniques and for the spatial analysis method consisting of digitization techniques, slope analysis techniques, Overley analysis techniques and descriptive analysis techniques. From the results of the analysis of the distribution of settlements, for the distribution of settlements in Singkil District, the direction of the distribution of settlements tends to be in the highlands. Based on the results of the analysis of land use in Singkil District, for Settlement covering an area of 91.22Ha, Cemetery covering an area of 4.25Ha, Sports Field covering an area of 0.80Ha, Services covering an area of 7.60Ha, Business covering an area of 5.55Ha, Industry covering an area of 0.40Ha, Roads covering an area of 22 ,35Ha, River area of 0.70Ha, and Others covering an area of 22.65Ha
- …