319 research outputs found

    Synthesis of Mfe12o19 (M=ba,sr) Hexaferrite Nano-particle Using Co-precipitation Method

    Full text link
    Synthesis of MFe12O19 (M=Ba,Sr) hexaferrite nano-particle using co-precipitation method has been done. Base materials used has a high purity according to Merck catalog of Ba(NO3)2.6H2O, Sr(NO3).6H2O, dan Fe(NO3)3.9H2O powders. In co-precipitation method Ba(II), Sr(II) and Fe(II) hydroxide precursors were precipitated during the reaction between the aqueous solution of metal nitrates and 1-M aqueous solution of natrium hydroxide, which served as a precipitating reagent. The precipitation was performed at 45 °C and pH value of 12.6 respectively. Sintering process of the precursor was done at the various temperature of 900 and 1000°C for 5 hours respectively. Phase identification was measured bymeans of x-rays diffraction. The magnetic properties change before and after sintering process was measured by vibrating sample magnetometer. The microstructure of the powder sample was observed by scanning electron microscope. Under the order of x-rays diffraction patterns could be reveal that both of the samples have established the crystal system of BaFe12O19 and SrFe12O19 hexaferrite characterized by the presence of a sharp intensity peak. Impact of the sintering process to the phase system of BaFe12O19 and SrFe12O19 is clearly visible on changing of the magnetic properties, namely intrinsic magnetic coercivity and magnetic remanence which is increased sharply after sintering process. Increase in both parameters indicates that the precursor has undergone a process of crystallization into the BaFe12O19 and SrFe12O19 hexaferrite phase system. Magnetic remanence and intrinsic coercivity of BaFe12O19 successively obtained about 30.3emu/g and 4.7kOe higher than the magnetic remanence and intrinsic coercivity of SrFe12O19 that only 22.9emu/g and 3.5kOe. This increasing the value of the intrinsic magnetic coercivity is closely related to the size of the BaFe12O19 crystallites more subtle

    Cakupan Suplementasi Kapsul Vitamin A dalam Hubungannya dengan Karakteristik Rumah Tangga dan Akses Pelayanan Kesehatan pada Anak Balita di Indonesia Analisis Data Riskesdas 2010

    Full text link
    Latar belakang: Suplementasi vitamin A dosis tinggi dua kali setahun untuk anak 6–59 bulan di daerah kekurangan vitamin A telah mengurangi kematian Balita sebesar 23%. Kekurangan vitamin A meningkatkan risiko kematian yang terkait dengan penyakit menular karena sistem kekebalan tubuh yang lebih rendah. Program suplementasi vitamin Atelah dilaksanakan di Indonesia dengan berbagai cakupan. Banyak faktor seperti; akses tempat tinggal, karakteristik keluarga, dan keluarga untuk pelayanan kesehatan diharapkan memiliki hubungan dengan tingginya cakupan vitamin A. Tujuan: Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis faktor tempat tinggal, karakteristik keluarga dan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang berperan pada cakupan suplementasi vitamin A pada anak-anak berusia 12–59 bulan. Metode:Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2010, mencakup 16.955 anak usia 12–9 bulan yang menanyakan apakah anak menerima kapsul vitamin A dalam enam bulan terakhir. Analisis regresi logistik multivariat digunakan untukmengetahui risiko menerima kapsul vitamin A berhubungan dengan tempat tinggal, karakteristik keluarga dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Hasil: Cakupan suplementasi vitamin A pada anak sebesar 70,5% dan bervariasi antarprovinsi,lebih tinggi di perkotaan (75,3%) daripada di perdesaan (65,6%). Sebagian besar cakupan suplementasi vitamin A dicapai melalui Posyandu. Analisis regresi logistik multivariat menunjukkan bahwa risiko anak-anak tidak menerima kapsul vitamin A dosis tinggi dalam enam bulan terakhir secara signifi kan (CI ± 95%) berhubungan dengan anak-anak yang tinggal didaerah pedesaan (AOR = 1,353), kepala rumah tangga adalah perempuan (AOR = 0,799), pendidikan kepala rumah tangga SMP atau kurang (AOR = 1,262), tidak tahu lokasi puskesmas (AOR = 1,260), layanan pribadi dokter (AOR = 1,233),layanan pribadi bidan (AOR = 1,258), posyandu (AOR = 1,267), dan tidak menghadiri kegiatan bulanan posyandu (AOR =1,735). Kesimpulan: Risiko anak-anak tidak menerima kapsul vitamin A dosis tinggi tidak berhubungan dengan status perkawinan, usia, dan pekerjaan kepala rumah tangga

    Cakupan Suplementasi Kapsul Vitamin A dalam Hubungannya dengan Karakteristik Rumah Tangga dan Akses Pelayanan Kesehatan pada Anak Balita di Indonesia Analisis Data Riskesdas 2010

    Full text link
    Latar belakang: Suplementasi vitamin A dosis tinggi dua kali setahun untuk anak 6–59 bulan di daerah kekurangan vitamin A telah mengurangi kematian Balita sebesar 23%. Kekurangan vitamin A meningkatkan risiko kematian yang terkait dengan penyakit menular karena sistem kekebalan tubuh yang lebih rendah. Program suplementasi vitamin Atelah dilaksanakan di Indonesia dengan berbagai cakupan. Banyak faktor seperti; akses tempat tinggal, karakteristik keluarga, dan keluarga untuk pelayanan kesehatan diharapkan memiliki hubungan dengan tingginya cakupan vitamin A. Tujuan: Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis faktor tempat tinggal, karakteristik keluarga dan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang berperan pada cakupan suplementasi vitamin A pada anak-anak berusia 12–59 bulan. Metode:Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2010, mencakup 16.955 anak usia 12–9 bulan yang menanyakan apakah anak menerima kapsul vitamin A dalam enam bulan terakhir. Analisis regresi logistik multivariat digunakan untukmengetahui risiko menerima kapsul vitamin A berhubungan dengan tempat tinggal, karakteristik keluarga dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Hasil: Cakupan suplementasi vitamin A pada anak sebesar 70,5% dan bervariasi antarprovinsi,lebih tinggi di perkotaan (75,3%) daripada di perdesaan (65,6%). Sebagian besar cakupan suplementasi vitamin A dicapai melalui Posyandu. Analisis regresi logistik multivariat menunjukkan bahwa risiko anak-anak tidak menerima kapsul vitamin A dosis tinggi dalam enam bulan terakhir secara signifi kan (CI ± 95%) berhubungan dengan anak-anak yang tinggal didaerah pedesaan (AOR = 1,353), kepala rumah tangga adalah perempuan (AOR = 0,799), pendidikan kepala rumah tangga SMP atau kurang (AOR = 1,262), tidak tahu lokasi puskesmas (AOR = 1,260), layanan pribadi dokter (AOR = 1,233),layanan pribadi bidan (AOR = 1,258), posyandu (AOR = 1,267), dan tidak menghadiri kegiatan bulanan posyandu (AOR =1,735). Kesimpulan: Risiko anak-anak tidak menerima kapsul vitamin A dosis tinggi tidak berhubungan dengan status perkawinan, usia, dan pekerjaan kepala rumah tangga

    Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Terhadap Kinerja Layanan Akademik Pegawai Di Universitas Pendidikan Indonesia

    Full text link
    Universitas Pendidikan Indonesia adalah salah satu LPTK yang melayani jasa pendidikandan menyiapkan tenaga kependidikan guru. Pada saat ini kondisi pelayanan akademik olehpegawai administrasi dirasakan masih belum optimal, baik dari segi kualitas atau kuantitas.Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kinerja pelayanan, khususnya pelayanan akademik olehpegawai UPI belum sepenuhnya memberikan kepuasan kepada pelanggan. Fenomena-fenomenayang terjadi mengindikasikan bahwa belum optimalnya kinerja pegawai administrasi UPI didugadipengaruhi oleh perilaku kepemimpinan, sehingga penelitian ini hendak mengkaji adakahpengaruh perilaku kepemimpinan terhadap kinerja layanan akademik di UPI Bandung. Metodepenelitian yang digunakan adalah Explanatory Survey Method, dengan teknik pengumpulandata angket, yang dikumpulkan dari responden sebanyak 110 orang pegawai administrasi UPI.Teknik analisis data adalah Model Analisis Jalur (Path Analysis Models) dengan uji statistikaadalah uji-t dan uji-F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Perilaku kepemimpinan berpengaruhsecara signifikan terhadap kinerja layanan akademik pegawai UPI. Hal ini ditunjukkan olehadanya respon pegawai terhadap perilaku kepemimpinan yang dikembangkan oleh pimpinan UPIberdampak secara berarti terhadap kinerja mereka dalam pelayanan akademik bagi kepentinganpembelajaran

    Kompetensi Program Studi Diploma Teknik Perkapalan dalam Industri Maritim Indonesia

    Full text link
    Mohd Ridwan, Eko Yulianto, in paper competency of naval architecture diploma program on Indonesian maritime industry explain that Shipbuilding engineering professionals is part of the leading maritime industry is expected to become the motor of development of national maritime fleet in the implementation of cabotage (Impres No.5, 2005), this will reduce foreign exchange spending nearly 99 trillion rupiah per year due to the use of foreign fleets, and the creation of new jobs as a supporter of the maritime industry. So the presence of workers who have competence in the field of shipbuilding (ship building, naval architecture, marine engineering enginerring and maritime transportation) is urgently needed and their capability to compete with other countries that previously controlled the sea as a source of national income should be the Indonesian government's attention

    Pengujian Mutu Makanan Formula Olahan Hasil Laut pada Tikus Percobaan

    Full text link
    Kurang energi protein dan kurang multi zat gizi mikro pada anak-anak mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, di samping mudah terkena infeksi penyakit. Indonesia merupakan negara kurang gizi yang kaya akan sumber laut. Berbagai jenis ikan dan rumput laut sudah diketahui mempunyai khasiat kesehatan atau zat bioaktifdi samping sebagai sumber zat gizi bagi pertumbuhan. Makanan formula yang dibuat dari ikan laut dan rumput laut sebagai sumber protein dan zat gizi mikro telah dikembangkan dan disukai citarasanya. Untuk dapat digunakan sebagai makanan anak kurang gizi, formula ini masih perlu diuji mutu keamanannya pada tikus percobaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji mutu keamanan formula sebagai makanan anak kurang gizi. menggunakan tikus percobaan. Tikus sapihan umur 21 hari dari jenis Sprague-Dawley, terdiri dari 2 kelompok dengan berat badan (BB) normal dan 4 kelompok dengan BB kurang (tikus kurang gizi). Data yang dikumpulkan berupa asupan makanan, BB. PB. panjang ekor (PE), berat organ hati dan tampilan mikroskopis sel hati. Hasil menunjukkan bahwa pertumbuhan tikus erat hubungannya dengan asupan zat gizi makro, folacin. Fe, dan Zn (r= 0.38-0.97). Data berat badan dihubungkan dengan rasio antara BB dengan total asupan makanan menunjukkan formula hasil laut berpengaruh positif terhadap pertumbuhan (P<0.05), terutama formula jagung-ikan hiu, pisang oli- ikan kwee dan ubi mera-ikan tuna. Organ hati hampir sama berat, kecuali kelompok dengan formula beras-ikan pari mempunyai hati yang teringan, tapi dalam angka perbandingan BB terhadap berat organ hati, semua kelompok sama. Berdasarkan tampilan mikroskopis, semua kelompok tidak mempunyai kelainan spesifik setelah mengonsumsi makanan formula olahan hasil laut. Hal ini menandakan bahwa formula aman dikonsumsi tikus kurang gizi sekalipun

    Cakupan Suplementasi Kapsul Vitamin a Pada Ibu Masa Nifas Dan Faktor-faktor Yang Memengaruhi Di Indonesia Analisis Data Riskesdas 2010

    Full text link
    Background: Vitamin A supplementation program for postparum mothers has been implemented in lndonesia since 1996. The objective is to improve vitamin A status of postpartum mother and newborn through improvement of vitamin A status in breastmilk. However, Riskesdas 2010, across-sectional nationwide health study, reveals that the coverage is lower than in children underfives. In order to improve the coverage, there is a need to analyze factors associated with high or low coverage. The objective of this paper is to assess vitamin A coverage for postpartum mothers and factors of household, mother, access to health services that favour or limit the coverage. Methods: Riskesdas 2010 collected information on whether 19,000 samples mother 10-59 years having living children underfives received vitamin A capsules during postpartum period of the last child. A multivariate logistic regression was used to measure odd ratio. Vitamin A supplementation coverage among mother (in pospartum period) was 56.1%, varies 35-70% among provinces, higher in urban (61.4%) than in rural areas (50.8%). Gdd ratios of mothers who didn\u27t receive capsule are significantlyassociated with not having neonatal care (AGR = 2,334, 95% CI 2,156-2,530), not receiving iron tablet during pregnancy (AGR = 2,076,95% CI 1,874-2,298), ANC 3 times or less (AGR = 1.252,95% CI 1,095-1,431), without ANC (AGR = 1,355, 95% CI 1,217-1,510), not receiving TT immunization (AGR = 1,245, 95% CI 1, 156-1,341). The coverage is also significantly associated with not attending Posyandu, low education, did not know Polindes with AGR slightly above 1, but not associated with age and marital status. Results: The analysis shows that factors significantly associated with the coverage are mostly assessibility of health care of mothers during pregnancy and delivery High coverage of vitamin A supplementation should be improved by increasing access of women during pregnancy and delivery in community and health education on importance of vitamin A supplementation

    Pengaruh Realimentasi Terhadap Perkembangan Berat Badan Dan Morfologi Usus Halus Pada Tikus Malnutrisi

    Full text link
    Introduction: Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) cause the weight of baby body born to lower, as a result can cause the malnutrition. The most common etiology of failure to thrive in infants due to gastrointestinal origin, particularly nutrient maldigestion , malabsorbtion and chronic diarrhea. Malnutrition can be overcome with the gift of square meal and well-balanced by energy required to pursue the growth. Objectives: Learning growth response of body weight, morphology of intestinal parameters and activities of disaccharidases enzyme. by using rats as animal model. Methods: This Research is experimental. Malnutrition rats were made with the restriction diet of equal to 50 percent since gestation period, lactation and 3 week after delivering birth. Realimentation were conducted during 8 week, with the food gift ad libitum and use the control. Parameters perceived is ; body weight, morphology and morphometry of small intestine, serum of albumin and enzyme activities in disaccharidase. Results: The body weight of rats in realimentation group was higher than malnutrition group, but lower than control group. The morphology and morfometri of small intestine showed the increase have a meaning , and so do serum of albumin and activities of disaccharidases enzym. Conclusions: Realimentation at malnutrition rats can improve the body weight, morfology and morphometry of small intestine, and also enzyme activities in disaccharidases. [Penel Gizi Makan 2005,28(2): 72-78
    • …
    corecore