266 research outputs found

    Pengaruh Dinding Pengisi Pada Lantai Dasar Bangunan Tingkat Tinggi Terhadap Terjadinya Mekanisme Soft Story

    Full text link
    Dalam penelitian ini dilakukan analisis pushover dengan Program ETABS 2013 terhadap spesimen dengan sistem portal dengan tinggi 8 tingkat atau 29,5 meter. Spesimen yang pertama adalah spesimen tanpa dinding pengisi pada lantai dasar, selanjutnya spesimen-spesimen yang lain adalah spesimen dengan penambahan 20%, 40%, 60%, 80%,dan 100% dinding pengisi pada lantai dasar. Keenam spesimen akan dianalisis dengan analisis pushover. Pada Spesimen pertama dianalisis dengan pushover untuk melihat mekanisme keruntuhan soft story yang terjadi, selanjutnya spesimen-spesimen dengan penambahan 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% dinding pengisi pada lantai dasar dianilisis dengan analisis pushover. Hasil dari analisis tersebut ternyata struktur masih mengalami mekanisme soft story, namun perilaku struktur dengan dinding pengisi pada lantai dasar berbeda dibandingkan dengan struktur tanpa dinding pengisi pada lantai dasar dilihat dari gaya geser dasar dan kekakuan struktur

    Pengaruh Citra Merek Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pada Ramai Swalayan Peterongan Semarang

    Full text link
    Beragam faktor dapat mempengaruhi konsumen dalam mempercayakan tempat berbelanja. Citra merek yang baik dapat dijadikan kekuatan oleh Perusahaan ritel untuk menarik konsumen. Harga produk yang murah dan terjangkau dengan daya beli konsumen pun akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh citra merek dan harga terhadap keputusan pembelian pada Ramai Swalayan Peterongan Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen Ramai Swalayan Peterongan tetapi tidak diketahui jumlah pastinya. Sampel yang diambil adalah 100 orang sesuai yang disarankan oleh Hair. Penyebarannya menggunakan dengan purposive sampling. Skala pengukurannya menggunakan skala Likert. Pada analisis data menggunakan uji regresi linear sederhana dan uji regresi berganda dengan program aplikasi SPSS 16.0. Dari hasil analisis data diketahui bahwa kategori citra merek sebesar 70 persen menyatakan baik. Kategori harga diketahui sebesar 46 persen menyatakan murah. Kategori keputusan pembelian diketahui sebesar 57 persen adalah tinggi. Variabel citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian sebesar 15 persen. Variabel harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian sebesar 43,2 persen. Variabel citra merek dan harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian sebesar 17,4 persen. Hal ini berarti semakin baik citra merek, dan semakin murah harga yang ditawarkan diharapkan dapat meningkatkan keputusan pembelian. Berdasarkan hasil penelitian, untuk meningkatkan keputusan pembelian sebaiknya Ramai Swalayan Peterongan menjaga citra mereknya khususnya dalam Kenyamanan dan pelayanan, dan mempertahankan harga yang murah

    Les protéines de choc thermique (heat shock proteins). I : Classification, structure, fonctions et implications dans les processus pathologiques

    Full text link
    All living systems have evolved mechanisms to maintain homeostasis in the face of rapid environmental changes. When exposed to elevated temperatures, most of the cells activate the synthesis of a specific group of proteins called Heat Shock Proteins (Hsps). This heat shock response, under control of specific transcription factors, the Heat Shock factors (HSF), is an evolutionarily conserved mechanism, from bacteria to humans. Heat Shock Proteins are classified into families according to their molecular weight (Hsp 25, 40, 70, 90, 105). They play the role of molecular chaperones by binding and protecting other molecules (proteins, RNAs). The function of Hsp is to prevent accumulation of non-native proteins either by assisting proper folding of polypeptides or by driving them to proteosome pathway for degradation. Hsps are involved in various pathological processes that are accompanied by protein alterations such as chronic or degenerative diseases. This review describes structural and functional characteristics of the six main Hsps classes. It also focuses on their respective role in highly studied pathologies. The diversity of Hsps implications in these diseases explains that they became recently a strategic target in development of new therapeutic strategies.Tout organisme est dotĂ© de mĂ©canismes lui permettant de rĂ©sister Ă  de brusques changements de son environnement. ExposĂ©es Ă  une tempĂ©rature anormalement Ă©levĂ©e, la plupart des cellules activent l’expression d’une classe particuliĂšre de protĂ©ines appelĂ©es les protĂ©ines de choc thermique (Heat Shock Proteins, Hsps). Cette rĂ©ponse cellulaire au choc thermique placĂ©e sous le contrĂŽle de facteurs de trans-cription spĂ©cifiques, les facteurs de choc thermique (Heat shock factor, HSF) est un mĂ©canisme conservĂ© au travers de l’évolution depuis les bactĂ©ries jusqu’à l’homme. Les protĂ©ines de choc thermique qui sont divisĂ©es en familles dĂ©signĂ©es par leur masse molĂ©culaire (Hsp25, 40, 70, 90, 105) font partie des molĂ©-cules chaperons qui s’associent Ă  d’autres molĂ©cules (protĂ©ines, ARNs) et en protĂšgent la destinĂ©e. Le rĂŽle des Hsp est d’empĂȘcher l’accumulation de protĂ©ines anormales en aidant Ă  conformer correctement les polypeptides ou en les dirigeant vers le protĂ©osome qui les dĂ©truit. En tant que chaperons, les Hsp sont impliquĂ©es dans de nombreux processus pathologiques qui s’accompagnent d’altĂ©rations des protĂ©ines comme les maladies chroniques et dĂ©gĂ©nĂ©ratives. Cette revue dĂ©crit les spĂ©cificitĂ©s structurelles et fonc-tionnelles des six familles principales d'Hsp ainsi que leur intervention Ă  diffĂ©rents niveaux dans les patho-logies les mieux Ă©tudiĂ©es. La multiplicitĂ© de l'implication des Hsp dans ces phĂ©nomĂšnes pathologiques les dĂ©signe comme cibles privilĂ©giĂ©es dans le dĂ©veloppement de nouvelles stratĂ©gies thĂ©rapeutiques

    Penggunaan Vitamin C Dan Suhu Pengeringan Pada Pembuatan Chip (Irisan Kering) Labu Kuning La3 (Cucurbita Moschata)

    Full text link
    Labu kuning LA3 adalah labu unggul hasil penyilangan yang karakteristiknya mudah rusak selama proses penyimpanan. Salah satu alternatif untuk memperpanjang masa simpan adalah mengolahnya sebagai chip atau irisan kering. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konsentrasi vitamin C dan suhu pengeringan terhadap karakteristik mutu fisik dan kimia chip labu kuning. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu konsentrasi vitamin C (0,4%, 0,5%, dan 0,6%) dan suhu pengeringan (40oC, 50oC, dan 60oC). Chip labu kuning yang dibuat dengan perbedaan konsentrasi vitamin C dan suhu pengeringan memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai rendemen, higroskopisitas, kecerahan, kadar air, kadar vitamin C, dan kadar beta karoten. Produk chip labu kuning LA3 terbaik adalah produk yang dibuat dengan dengan konsentrasi vitamin C 0,5% dan pengeringan dengan suhu 40oC. Chip labu kuning yang menghasilkan karakteristik mutu terbaik dari perlakuan yang ada, memiliki karakteristik nilai rendemen sebesar 5,48%; higroskopisitas 12,79 %, kecerahan 94,27, kadar air 11,49 %, kadar vitamin C 2,47 %, dan kadar beta karoten sebesar 13,20 mg/100 g bahan

    Pembuatan Pelapis Penyerap Gelombang Mikro Berbasis M-hexaferrite Bafe12-2xznxo19 dari Pasir Alam pada Kabin Pesawat

    Full text link
    Telah berhasil dibuat prototype pelapis penyerap gelombang mikro berbasis Mhexaferit BaFe12-xZnxO19 dari pasir alam pada kabin pesawat. Barium M-Hexaferit (BaM) disintesis dengan metode kopresipitasi dan rekayasa kemagnetannya dengan mekanisme doping ion Zn2+. Karakterisasi sampel dilakukan dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dan XRF, VSM, dan DSC/TGA. Pembentukan fase BaM dikonfirmasi melalui data XRD, dimana pembentukan fase BaM terbentuk pada temperatur kalsinasi 1000 0C, konsentrasi doping x=0.5 dengan medan koersivitasnya 0.29 T dan remanensi magnetiknya 33.82 emu/g. Pembuatan cat dilakukan dengan mencampurkan 40 ml cat mobil, 40 ml tinner dan 3 gram Barium M-Hexaferit (BaFe12-xZnxO19). Kemudian dilakukan pengecatan pada plat yang berbahan sama dengan bahan kabin pesawat dengan tebal 2 mm. Setelah itu dapat dilakukan uji VNA untuk mengetahui kadar penyerapan gelombang mikronya. Dari pengujian Vector Network Analyzer (VNA) didapatkan kemampuan absorbsi gelombang elektromagnetiknya dengan dilapisi BaM sebesar -16 dB, sedangkan ketika tidak dilapisi BaM sebesar -7dB

    Establishment of \u3cem\u3eLeucaena leucocephala\u3c/em\u3e cv. Tarramba in Eastern Indonesia

    Get PDF
    The adaptability and productive value of Leucaena leucocephala cv. Tarramba (Tarramba) in eastern Indonesia has been observed since 2001 (Nulik et al. 2004), with many farmers and other stakeholders currently requesting seed for planting. Tarramba has greater forage and timber production, and psyllid tolerance than other commercial cultivars and locally grown leucaena. The variability of soils and climate in eastern Indonesia means that establishment techniques specific to the region are required to achieve maximum adoption and utilisation of Tarramba

    The Magellanic zoo: Mid-infrared Spitzer spectroscopy of evolved stars and circumstellar dust in the Magellanic Clouds

    Get PDF
    We observed a sample of evolved stars in the Large and Small Magellanic Clouds (LMC and SMC) with the Infrared Spectrograph on the Spitzer Space Telescope. Comparing samples from the SMC, LMC, and the Galaxy reveals that the dust-production rate depends on metallicity for oxygen-rich stars, but carbon stars with similar pulsation properties produce similar quantities of dust, regardless of their initial metallicity. Other properties of the oxygen-rich stars also depend on metallicity. As the metallicity decreases, the fraction of naked (i.e. dust-free) stars increases, and among the naked stars, the strength of the 8 um absorption band from SiO decreases. Our sample includes several massive stars in the LMC with long pulsation periods which produce significant amounts of dust, probably because they are young and relatively metal rich. Little alumina dust is seen in circumstellar shells in the SMC and LMC, unlike in Galactic samples. Three oxygen-rich sources also show emission from magnesium-rich crystalline silicates. Many also show an emission feature at 14 um. The one S star in our sample shows a newly detected emission feature centered at 13.5 um. At lower metallicity, carbon stars with similar amounts of amorphous carbon in their shells have stronger absorption from molecular acetylene (C_2H_2) and weaker emission from SiC and MgS dust, as discovered in previous studies.Comment: ApJ, in press, about 27 pages, 29 figure
    • 

    corecore