9 research outputs found
Mitos dan Paradoks Diskursus Perempuan dalam Film Horor Kuime (Over Your Dead Body)
Genre horor seringkali menghadirkan perempuan sebagai sosok
mengerikan dan menakutkan. Penggambaran tersebut berangkat dari mitos
tentang perempuan yang sengaja direpresentasikan sebagai sosok yang
mengancam laki-laki. Sebagai akibatnya, sosok menakutkan dan mengerikan
diidentikkan dengan perempuan. Terkait dengan mayoritas karya bergenre horor
yang menampilkan perempuan sebagai sosok yang menakutkan dan mengerikan
dengan teror dan penampilannya, horor di Jepang yang biasa disebut dengan
kaidan (怪談) juga masih mempertahankan praktik tersebut. Bahkan dalam
kaidan, perempuan dinarasikan dan divisualisasikan secara lebih spesifik, yaitu
ditampilkan dalam wujud hantu balas dendam. Terdapat paradoks hantu balas
dendam sebagai tokoh jahat dalam cerita yang di sisi lain dimaklumi karena
semasa hidupnya ia mengalami ketidakadilan dan penindasan oleh laki-laki.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis film Kuime yang menampilkan bahwa
narasi dan visualisasi hantu perempuan Jepang merupakan sebuah diskursus dari
pemahaman masyarakat Jepang mengenai perempuan. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah studi pustaka dengan pendekatan kualitatif
menggunakan teori analisis wacana kritis oleh Norman Fairclough. Teori tersebut
mencakup analisis deskripsi linguistik dari teks, interpretasi hubungan antara
proses diskursif dengan teks, serta hubungan antara proses diskursif dengan
proses sosial. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat diskursus posisi dan peran
perempuan dalam masyarakat Jepang yang memengaruhi pembentukan mitos
hantu perempuan pada karya bergenre horor di Jepang. Dengan adanya diskursus
tandingan dalam paradoks hantu dan pembunuh perempuan pada film Kuime,
dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan pada pemaknaan perempuan dalam
film horor Jepang yang pada awalnya dimaknai sebagai bentuk manifestasi
ketakutan laki-laki terhadap perempuan menjadi pemaknaan yang berpusat pada
keberdayaan perempuan
A Study of Gender Role In Gillette We Believe - The Best Men Can Be (2019): A Multimodal Discourse Analysis
Salah satu tujuan penggunaan bahasa adalah untuk menyampaikan pesan melalui serangkaian iklan yang dirancang untuk konteks dan tujuan tertentu. Sebuah iklan bertujuan untuk membujuk orang untuk membeli atau menggunakan produk atau jasa, juga untuk berpartisipasi dalam gerakan atau protes terhadap sesuatu. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan melalui periklanan, penting untuk memperhatikan multimodalitas. Pasalnya, dalam iklan tersebut mungkin terdapat unsur peran gender yang juga tidak jarang kita temukan saat ini. Penelitian ini mencoba untuk: (1) Apa saja mode yang digunakan dalam Gillette: We Believe - The Best Men Can Be Short Film Advertisement? (2) Apa peran gender pria dan wanita yang digambarkan dalam Gillette: We Believe - The Best Men Can Be Short Film Advertisment?
Penelitian ini merupakan peneilitian kualitatif deksriptif karena data penelitian ini berbentuk gambar, video serta pergerakan yang terjadi dalam video, dan narasi yang diujarkan dalam iklan tersebut. Peneliti menggunakan teori Multimodal Duscourse Analysis dari Kress dan van Leeuwen (2001) dengan bantuan dari teori payung SFL milik Halliday (2014) yang nantinya akan dianalisis tiga metafungsi dari data yang telah dikumpulkan oleh peneliti.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa ada 44 sistem semiotika visual yang digunakan dalam iklan Gillette yang berupa tindakan dan gestur dengan masing-masing 21 dan 23 data. Selain itu, peneliti juga menemukan ada 26 data dari sistem semiotika verbal, yaitu naratif. Ke-70 data tersebut membantu iklan Gillette dalam menampilkan ilustrasi peran gender, dimana peneliti menemukan bahwa Gillette masih berlaku pada peran gender tradisional sehingga laki-laki tampil lebih kuat atau superior. Peran gender digunakan oleh Gillette untuk membujuk pemirsa agar ikut serta dalam kampanye #TheBestMenCanBe mereka agar pemirsa dapat berpartisipasi dalam menyumbangkan $ 1 juta setiap tahun ke sebuah yayasan yang berfokus membantu pria dari segala usia untuk menjadi yang terbaik saat merek
ANALISIS POTENSI MUSEUM BENTENG VREDEBURG YOGYAKARTA SEBAGAI DAYA TARIK WISATA EDUKASI DI YOGYAKARTA
Yogyakarta is a city that received the title as a tourist town and is one of
the main tourist destinations to visit. Where there is the potential and
attractiveness to offer. Supported by a diverse community and hospitality.
Potential to offer a wide range of which there are several historic buildings in the
area of zero kilometers. The buildings are still original and still awake. One of the
historic building that has a lot of potential that former Vredeburg which is now a
museum of the history of the struggle of Indonesia in Yogyakarta. Vredeburg
Museum Yogyakarta there are several potential ranging from collection show
exhibits, collection of buildings, facilities are provided, as well as routine
activities held by the museum. Problems faced by museums is how to increase the
potential is there to increase the potential is there to increase the number of
tourists and travelers that visiting time