765 research outputs found

    PERENCANAAN JALUR TERBANG MISI PEMOTRETAN UDARA MENGGUNAKAN UNMANNED AERIAL VEHICLE

    Get PDF
    Laporan ini dibuat berdasarkan hasil kegiatan selama mengikuti Program Latihan Akademik (PLA), dimana setiap mahasiswa yang mengikuti kegiatan PLA wajib menyusun dan membuat sebuah karya tulis dalam bentuk laporan sesuai dengan apa yang dilakukan mahasiswa selama kegiatan PLA berlangsung. Penulis mengikuti kegiatan PLA ini di PT. GEOCAL. Pada proses pembuatan jalur terbang ini, penulis melakukan tahapan kegiatan secara berturut unutuk mendapatkan hasil sesuai dengan yang diinginkan tahapannya antara lain: perencanaan jalur terbang, pelaksanaan pemotretan, pengolahan data (mozaik, ortofoto, 3D / DTM (Digital Tera Modeling). Tujuan akhir ini yaitu, untuk melakukan jalur terbang misi pemotretan udara menggunakan UAV yang dilakukan melalui proses pengolahan data dengan menggunakan software Mission Planner untuk membuat jalur terbang. ---------- This report was based on the results of activities during the Academic Training Programme (PLA), where each student who participated in the PLA shall prepare and make a paper in the form of a report in accordance with what is done by the students during PLA activities take place. Writers follow these PLA activities in PT. GEOCAL. In the process of making the flight path, the authors carry out the stages of successive unutuk get results as desired stages include: planning flyways, the implementation of the shooting, data processing (mosaic, orthophoto, 3D / DTM (Digital Tera Modeling). The ultimate goal of this namely, to make the flight path of UAV missions using aerial photography is done through data processing by using software mission Planner to make the flight path

    Membangun Komunitas Belajar Profesional Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Sekolah

    Full text link
    The research aims is to find answer on how to develop the capacity of school management to improve the quality of education. The Study was conducted by using qualitative approach through case studies at two senior high school. This study concluded that the capacity of school management developed through professional learning communities with a focus on exemplary leadership, studying with teachers and other personnel of the management process, the development of creativity in solving problems, and providing the conditions of a healthy work environment can improve the quality of education. Researchers recommend a few things for school: 1) open the involvement of various parties to assess the success of the school; 2) manage the flow of information becomes more smoothly for all parties concerned; 3) moderate malfunction of certain parties who have problems in performing their duties and functions or in solving his/her problems; 4) strengthening the sense of family as a community; 5) do reflection to the involvement of each PTK; 6) reproduce the process of dialogue, reflection, and evaluation; and 7) create a cozy atmosphere of the school mental fatigue (burnout). The results of this study fill the empty space in the process of developing the school management capacity, particularly in the context of schools in Indonesia

    PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan di Kelas IV SDN Cibodas 02 Kecamatan Pasir Jambu Kabupaten Bandung)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Prablem Based learning (PBL) pada pembelajaran IPS materi Membaca dan Menggambar Peta Lingkungan Setempat. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN Cibodas 02 dan dilatar belakangi keadaan siswa yang kurang menunjukan kerjasamanya didalam proses kerja kelompok dan hasil belajar yang masih banyak dibawah KKM karena guru sering menggunakan metode ceramah yang cenderung monoton dan belum menggunakan model pembelajan Problem Based Learning (PBL). Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan sistem siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan 2 pertemuan dalam setiap siklusnya dan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang terdiri dari 6 fase, yaitu: stimulus ransangan, mengorganisasikan dalam kelompok belajar, menyajikan informasi, membimbing kerja kelompok dan belajar, evaluasi dan memberikan penghargaan. Penialaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes untuk mengetahui hasil belajar siswa, penilaian kerjasama. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan nilai rata-rata dari penilaian kerjasama dan hasil tes belajar. Pada penilaian kerjasama nilai rata-rata siklus I yaitu 59,15 (43,33%), sedangkan siklus II mencapai 73,35 (76,66%). Hasil belajar siklus I yaitu 69,83 (53,33%), dan hasil belajar pda siklus II yaitu 74,66 (86,66%). Hal ini menunjukan bahwa penggunaan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS materi membaca dan menggambar peta lingkungan setempat di kelas IV SDN Cibodas 02. Dengan demikian, penggunaan model Problem Based Learning (PBL) dapat dijadikan salah satu model pembelajaran untuk diterapkan pada pembelajaran IPS pokok bahasan yang lainnya. Kata kunci: Problem Based Learning, kerjasama, dan hasil belajar

    PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA SUBTEMA KEBERSAMAAN DALAM KEBERAGAMAN (Penelitian Tindakan Kelas pada siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 148 Cibaduyut Kota Bandung)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menumbuhkan sikap peduli dan santun serta untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada Tema Indahnya Kebersamaan, subtema Kebersamaan dalam Keberagaman.Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Peneliti bekerjasama dengan guru kelas.Peneliti sebagai guru yang melaksanakan kegiatan pembelajaran sedangkan guru kelas IVsebagai observer.PTK ini terdiri dari tiga siklus.Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 148 Cibaduyut, sebanyak 27 orang yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 15 siswi perempuan. Hasil penelitian pada siklus I pada aspek sikap yaitu sikap peduli, dan santun.Sikap peduli cenderung berada pada kategori mulai terlihat (MT).Pada siklus II kecenderungan sikap siswa meningkat pada kategori mulai berkembang (MB).Pada siklus III kecenderungan sikap siswa meningkat pada kategori membudaya (M) dari jumlah keseluruhan siswa.Sikap santun cenderung berada pada kategori belum terlihat (BT).Pada siklus II kecenderungan sikap siswa meningkat pada kategori mulai berkembang (MB).Pada siklus III kecenderungan sikap siswa meningkat pada kategori membudaya (M). Hasil belajar pada aspek pengetahuan pada siklus I jumlah siswa yang tuntas mencapai KKM sebanyak 14 orang atau sebesar 51% dan siswa yang belum tuntas mencapai KKM sebanyak 13 orang siswa atau sebesar 48%. Pada siklus II jumlah siswa yang tuntas mencapai KKM sebanyak 16 orang atau sebesar 59% dan siswa yang belum tuntas mencapai KKM sebanyak 11 orang siswa atau sebesar 40%. Pada siklus III jumlah siswa yang tuntas mencapai KKM sebanyak 24 orang atau sebesar 88% dan siswa yang belum tuntas mencapai KKM sebanyak 3 orang siswa atau sebesar 11%. Pada aspek keterampilan pada siklus I keterampilan siswa cenderung berada pada kategor cukup (C).Pada siklus II keterampilan siswa cenderung berada pada kategori baik (B), Pada siklus III keterampilan siswa cenderung berada pada kategori sangat baik (A). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah penggunaan model Discovery Learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada subtema Keberagaman Budaya Bangsaku. Kata Kunci: Model Discovery Learning, Hasil Belajar

    Meneropong Desentralisasi Pengelolaan Pendidikan Dengan Kacamata Politik Pendidikan

    Full text link
    Educational administration paradigm sift from centralization to decentralization bring a wide spread implication. Although rhetorically loading a high spirit of values, interest, and educational goals, in reality it is full of values of politic and interest. If a political aspects as a major, educational values will be ignored. Educational decentralization, which in this time applied in our educational system, tended to take form of de-concentration that local government only as an extension of management functions of central government. Various fundamental decisions in the field, and educational values, which emerged and grown in educational systems were according to the central government, local government were not. Our educational system should be completely decentralized, not a particular, or half. De-concentration can not increase educational quality optimally and achieve the goals of local autonomy policy, that is, develop equity and equality in politics, increase local • responsibility and grow responsive attitude in local storey. De-concentration unable to grow accountability between education practitioner and local administration. Decentralization of education in Indonesia is requiring institutional support. One of the basic principle of decentralization is institutions that working democratically. The principle can operate if local public was ready to receive democratic values and social and politic processes was available that make role of local public more wide in decision making process and demanding local educational' institution more accountable

    PEMBELAJARAN MENGKLASIFIKASI TEKS CERITA BIOGRAFI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS VIII SMPN 3 PAGADEN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

    Get PDF
    Pembelajaran mengklasifikasi berkaitan dengan keterampilaan menulis dan menyimak. Salah satunya yaitu menulis teks cerita biografi dengan menggunakan metode inkuiri, yang menekankan pada konsep untuk mengembangkan kreatifitas siswa dalam memecahkan maslah. Sehubungan dengan itu, penulis tertarik melakukan penelitian pembelajaran mengklasifikasi teks cerita biografi dengan menggunakan metode inkuiri pada siswa kelas VIII SMPN 3 Pagaden. Rumusan masalah yang penulis ajukan adalah: (1) Mampukah penulis melaksanakan pembelajaran mengklasifikasi teks cerita biografi dengan menggunakan metode inkuiri pada siswa kelas VIII SMPN 3 Pagaden?; (2) Mampukah siswa kelas VIII SMPN 3 Pagaden mengklasifikasi teks cerita biografi berdasarkan struktur teks, dengan menggunakan metode inkuiri?; dan (3) Efektifkah metode inkuiri digunakan dalam pembelajaran mengklasifikasi teks cerita biografi pada siswa kelas VIII SMPN 3 Pagaden?. Hipotesis yang penulis rumuskan yaitu: (1) penulis mampu merencanakan, melaksanakan, dan menilai kegiatan pembelajaran mengklasifikasi teks cerita biografi dengan menggunakan metode inkuiri pada siswa kelas VIII C SMPN 3 Pagaden; (2) siswa kelas VIII C SMPN 3 Pagaden mampu mengklasifikasi teks cerita biografi dengan menggunakan metode inkuiri; dan (3) metode inkuiri digunakan dalam pembelajaran mengklasifikasi teks cerita biografi pada siswa kelas VIII C SMPN 3 Pagaden. Adapun hasil penelitian yang penulis lakukan sebagai berikut: a. Penulis mampu merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran mengklasifikasi teks cerita biografi dengan menggunakan metode inkuiri pada siswa kelas VIII C SMPN 3 Pagaden. Hal ini terbukti dengan hasil penilaian perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran sebesar 3,78 yang termasuk kategori baik sekali. b. Siswa kelas VIII C SMPN 3 Pagaden mampu mengklasifikasi teks cerita biografi dengan menggunakan metode inkuiri. Hal ini terbukti dari hasil nilai ratarata pretes sebesar 1,68 dan nilai rata-rata postes sebesar 3,28. Peningkatannya sebesar 1,6. c. Metode inkuiri efektif digunakan dalam pembelajaran mengklasifikasi teks cerita biografi. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan statistik dengan hasil t hitung sebesar 4,1 , t tabel sebesar 2,07 pada tingkat kepercayaan 95%, dan db sebesar 26. Artinya, penulis menyimpulkan bahwa semua hipotesis yang dirumuskan dapat diterima. Kata Kunci: Pembelajaran, Mengklasifikasi teks cerita biografi, dan Metode inkuiri

    The Culturecomponents of Excellent School

    Full text link
    KOMPONEN BUDAYA SEKOLAH UNGGULAbstrak Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi komponen budaya sekolah unggul. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus. Unit analisis dari penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Yogyakarta. Subjek penelitian terdiri atas Kepala Sekolah, guru, siswa, tenaga kependidikan, dan tenaga penunjang lainnya. Data dikumpulkan melalui teknik wawancara, observasi, dan dokumen. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan model 6 (enam) langkah model Cresswell yang meliputi mengoleksi data, menyiapkan analisis data, menelaah data, mengode data, serta membuat tema dan deskripsi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen budaya unggul yang teridentifikasi di SMA Negeri 1 Yogyakarta meliputi tiga hal. Pertama, nilai-nilai yang memandu aktivitas sekolah dan setiap individu yang terdiri atas: kerendahan hati dan kesederhanaan, hormat sesama dan kasih sayang; kejujuran; kedisiplinan; efisiensi dan produktivitas kerja; serta ketakwaan dan toleransi. Kedua, keyakinan yang berkembang di tengah-tengah warga sekolah yang meliputi keyakinan tentang prestasi dan keyakinan tentang disiplin. Ketiga, artefak budaya yang terdiri atas tugu teladan, slogan “Teladan Jayamahe!”, seragam sekolah, seragam sekolah siswa muslim, pahlawan, dan sejarah penting sekolah.Kata kunci: budaya, sekolah unggul , model CresswellAbstractThe study was aimed at identifying the components of the cultures of excellent schools. The study used a case-study research method. The subjects of the study consisted of the principal, teachers, students, and school staffof SMA Negeri 1 Yogyakarta. The data were collected through interviews, observations, and document techniques. The data were analyzed using Cresswell's six-step model of collecting data, preparing data analysis, reviewing data, coding data, and creating data themes and descriptions. The results show that three culture components of excellent school were identified as first, the values that guide the activities of the school and each individual consisting of humility and simplicity, respect of others and compassion, honesty, discipline, efficiency and productivity of work, and faith and tolerance. Second, growing belief around the school community consisting of beliefs about achievement and discipline. Third, cultural artifacts consisting of Tugu Teladan with the slogan “Teladan Jayamahe!”, school uniforms, moslem students' school uniform, heroes, and important historical school events
    corecore