4 research outputs found

    Analisis Gen Haemagglutinin pada Virus Campak Liar

    Full text link
    Penyakit Campak disebabkan oleh virus campak yang termasuk genus Morbilivirus dan Family Paramyxoviridae. Penyakit campak masih menjadi masalah kesehatan karena masih ditemukan Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia. Salah satu penyebab terjadinya KLB tersebut diduga sebagaiakibat perbedaan antigenesitas antara strain vaksin yang digunakan dengan strain virus campak liar yang beredar di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran tentang karakteristik genetik gen Haemagglutinin virus campak liar yang ada di Indonesia. Spesimen yang digunakan sebanyak 27 isolat virus penyebab KLB dari 17 propinsi selama periode tahun 2003-2010. Isolat virus dilakukan pemeriksaan secara RT-PCR dan sekuensing dengan metode Sanger. Hasil sekuensing dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak Bioedit 7.0 dan MEGA 4.0. Hasil penelitian didapatkan perbedaan 10 asam amino antara virus campak strain vaksin CAM-70 dan virus campak liar pada posisi D416N; K424T; V451M; N455T; V466I; I473T; F476L; Y481S atau Y481N; H495N; G505D. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat perbedaan karakteristik genetik antara virus campak liar di Indonesia berbeda dengan strain virus vaksin CAM-70.Kata kunci : Campak, Analisis Molekuler, Hemagglutinin, CD46AbstractMeasles is caused by virus belonging to the genus Morbilivirus and Family Paramyxoviridae. Measles is still a public health problem because outbreak of measles still found in Indonesia. Outbreak is suspected as a result of differences in antigenicity between vaccine strains used with wild-type measles virus strains circulating in Indonesia. This study aims to get genetic characteristics of wild-type measles virus haemagglutinin gene in Indonesia. The specimens were used 27 viral isolates from 17 provinces period 2003-2010. Viral isolates examined by RT-PCR and sequencing with Sanger method. Sequencing analysis were conducted using Bioedit 7.0 and MEGA 4.0 software. The results showed 10 amino acid differences between the vaccine strain measles virus CAM-70 and wild-type measles virus in position D416N; K424T; V451M; N455T; V466I; I473T; F476L; Y481S or Y481N; H495N; G505D. Conclusion: There is a difference between the genetic characteristics of wild-type measles virus in Indonesia and vaccine strain CAM-70.Keywords : Measles, Molecular Analisys, Haemagglutinin, CD4

    Deteksi Acinetobacter Baumannii Multiresisten Obat Penghasil Biofilm Menggunakan Pewarnaan Berbasis Crystal Violet

    Full text link
    Pendahuluan: Kasus infeksi terkait biofilm merupakan masalah besar pada dunia kesehatan karena sifat kekebalannya terhadap antibiotik dan respon imun, terutama pada kasus infeksi kronik akibat Acinetobacter baumannii. Saat ini terdapat berbagai metode deteksi pembentukan biofilm, namun pemeriksaan tersebut belum dilakukan secara rutin karena berbagai keterbatasan. Oleh karena itu, perlu dilakukan optimasi metode deteksi biofilm menggunakan bahan yang rutin tersedia di laboratorium serta mengukur proporsi sampel yang mengandung bakteri penghasil biofilm Metode: Desain penelitian ini adalah uji eksperimental. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan deteksi pembentukan biofilm menggunakan metoda tabung microcentrifuse tube 1,5 ml berbahan polypropylene dengan zat warna berbasis crystal violet konsentrasi 0,1% dan 1%. Optimasi yang dilakukan meliputi media biakan, lama inkubasi, inokulum bakteri yang digunakan serta bahan pembilas. Isolat bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 10145, A. baumannii ATCC 19606 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923 digunakan sebagai kontrol positif dan kontrol negatif pemeriksaan yang dilakukan. Hasil: Pemeriksaan optimasi yang dilakukan, diperoleh kondisi optimal pembentukan biofilm menggunakan media Luria Bertani dengan besar inokulum 1 sengkelit penuh, lama inkubasi 30 jam dan pewarnaan dilakukan menggunakan crystal violet 0,1% serta bahan pembilas berupa PBS steril. Proporsi pembentukan biofilm pada A. baumannii multiresisten obat sebesar 55,3%. Kesimpulan: Metode deteksi pembentukan biofilm menggunakan metode tabung polypropylene yang dimodifikasi dan pewarnaan zat warna crystal violet 0,1% merupakan metode deteksi yang mudah dikerjakan, reproducible dan efisien, sehingga dapat dilakukan di laboratorium mikrobiologi klinik sederhana. Proporsi bakteri penghasil biofilm adalah lebih dari 50% A. baumannii resisten multiobat
    corecore