4 research outputs found

    Sisi Gelap Demokrasi: Kekerasan Masyarakat Madani di Indonesia

    Full text link
    Salah satu capaian penting reformasi di Indonesia adalah tumbuhnya masyarakat madani (civil society) yang kuat. Namun, beberapa di antara organisasi masyarakat madani yang paling efektif dewasa ini justru adalah kelompok-kelompok Islamis garis-keras yang mendakwahkan intoleransi dan menyebarluaskan kebencian. Di beberapa wilayah, seperti Jawa Barat dan seputar Jakarta, organisasi-organisasi ini terbukti amat memengaruhi agenda kebijakan publik, dengan mendesak pemerintah—baik di tingkat lokal maupun nasional—untuk menerapkan pandangan mereka mengenai moralitas dan pemahaman mereka mengenai ortodoksi. Meskipun mengusung agenda-agenda yang antidemokrasi, semua organisasi di atas justru memanfaatkan ruang-ruang bebas yang disediakan demokrasi. Pertanyaannya, apakah organisasi-organisasi itu tumbuh berjalan seiring dengan meningkatnya konservatisme sosial masyakarat Indonesia, atau karena koneksi-koneksi politik tingkat tinggi yang kuat? Mengapa mereka tampak lebih efektif dalam advokasi mereka dibanding organisasi-organisasi lainnya? Bagaimana demokrasi mengatasi kekuatan-kekuatan anti-demokrasi yang menggerogotinya itu? Bermula dari Nurcholish Madjid Memorial Lecture (NMML) VII (2013), di buku ini Sidney Jones menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas dari perspektif teori gerakan sosial. Dia juga mengevaluasi berbagai tawaran yang sudah diajukan untuk “mengatasi” organisasi-organisasi di atas dan memperkuat pluralisme seperti yang pernah disuarakan almarhum Nurcholish Madjid. Aspek-aspek tersebut dibahas lebih lanjut dari berbagai sudut pandang oleh para penanggapnya: Elga Sarapung, M. Najib Azca, Jeremy Menchik, Sana Jaffrey, Titik Firawati, dan Zainal Abidin Bagir. Semuanya menyajikan persoalan dan tantangan yang tidak mudah, namun tetap menjaga harapan akan Perubahan dan perbaikan demokrasi dan masyarakat madani. Buku ini perlu dibaca oleh para pengambil kebijakan, akademisi, aktivis sosial dan siapa pun yang merasa peduli dengan masa depan demokrasi Indonesia

    Regional Investment Attractiveness in Indonesia, 2004: Rating to 214 Regencies/Cities in Indonesia & Problems on Business Environment

    Full text link
    KPPOD (Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah/Regional Autonomy Watch), which is existing all along with the age of otda, is seeking to realize its vision of partaking in the creation of conducive business climate in the era of autonomy through various activities. As one of its annual activity, KPPOD conducted a “Rating on Investment Attractiveness of Regencies/Cities for Year 2004” covering 161 Regencies and 53 Cities in Indonesia. The study is the fourth rating; the first was in 2001 covering 90 Regencies/Cities, the second was in 2002 with 134 Regencies/Cities, while the third was in 2003 with 200 Regencies/Cities. Apart from being a reference for business players in weighing investment decision, said activity is intended to induce healthy competition among autonomous regions in facilitating economic activities. Likewise, the activity is expected to become one of the means to assist principal parties to evaluate the otda, the program that is on-going and will continue to go on

    Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia, 2004: Peringkat 214 Kabupaten/Kota di Indonesia & Gambaran Permasalahan Dunia Usaha

    Full text link
    KPPOD (Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah) yang hadir sepanjang usia otda tersebut, berusaha mewujudkan visinya untuk ikut serta menciptakan iklim usaha yang kondusif di era otonomi ini melalui berbagai kegiatan yang dilakukannya. Dalam salah satu kegiatan tahunannya, KPPOD mengadakan penelitian mengenai “Pemeringkatan Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota Tahun 2004” yang meliputi 161 Kabupaten dan 53 Kota di Indonesia. Kegiatan tersebut merupakan pemeringkatan keempat, setelah sebelumnya melaksanakannya di 90 Kabupaten/Kota di tahun 2001, 134 Kabupaten/ Kota di tahun 2002, san 200 Kabupaten/Kota di tahun 2003. Selain untuk referensi para pelaku usaha dalam mempertimbangkan keputusan investasinya, kegiatan tersebut juga dimaksudkan untuk mendorong kompetisi yang sehat antar daerahdaerah otonom dalam memfasilitasi aktivitas perekonomian. Antusiasme kalangan dunia usaha untuk mempelajari hasil penelitian tersebut di tahun tahun sebelumnya dan beragam tanggapan dari daerah-daerah otonom, serta liputan media yang luas semakin mendorong KPPOD untuk melakukan kegiatan tersebut secara reguler. Dari kegiatan itu diharapkan menjadi salah satu alat bantu bagi pihak pihak yang berkepentingan untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan otda yang sedang dan akan terus berlangsung
    corecore