11 research outputs found

    MUATAN NILAI ISLAM DALAM PENULISAN DAN PENGAJARAN SEJARAH

    Get PDF
    In History writing and teaching, objectivity can not always be realized considering the character of knowledge that created by man who always can not shy away from the “subjectivity” of a human being. Especially in the teaching of history in which every teaching must necessarily refer to the normative goals that have been set, either by the state, schools, or teachers themselves. This suggests that the normativity be the main reference in the teaching of history. Both the curriculum and the standards applied in each lesson course based on a value system that is believed by its formers respectively. The value system is what will form the miscellaneous curriculum or standards and distinguish between one to another. This study tried to view and evaluate whether the values of Islam as a religion has the largest adopted is represented well in teaching, especially in the teaching of history. Conclusions from this research that, viewed in general, the tradition of the teaching of history in Indonesia, especially in the teaching of general history, is not from Islamic traditions. Even if there are some content that do not conflict with the islamic values, its only a coincident. Especially when considering the tradition of historical writing in Indonesia intensively started from the colonial-orientalist tradition that put Islam and Muslims as their main enemy. In many cases, it is found effort to omit the role of Islam and muslim in Indonesian history, and also the historical facts about the role of Muslims that is still not seated proportionally

    Kritik Atas Pandangan Penulis Barat Tentang “Islam Liberal”: (Studi Atas Karya Leonard Binder dan Charles Kurzman)

    Get PDF
    The term Liberal Islam has long been developing. However, in defining many crisscrossing. Therefore, it is important to explore this term from the origin term source, ie of Western writers. This article will describe the two main sources of  Liberal Islam  discourse is often a reference and is regarded as bearers of   Liberal Islam terms, those are“Islamic Liberalism: A Critique of Development Ideologies” by Leonard Binder and “ Liberal Islam: A Source Book” by Charles Kurzman et al. Searches through the two main sources above and compare it with some relevant sources can be concluded that the term Liberal Islam is meant by Binder are those which believed that no textual interpretation of the Qur'an, but the interpretation is based on the essence of the meanings, not what is written in the text. Search essential meaning, not textual that is considered to be able to adapt with the times. Meanwhile, according Kurzman Liberal Islam is that which has the first character, critical of Islam customs and Islamic traditions Revivalists which causes backwardness of Muslims. Second, the desire for progress by promoting the values of Islam which is in line with the values of Western liberalism such as democracy, economic progress, human rights, gender equality, and so on.Istilah Islam Liberal telah lama berkembang. Akan tetapi, dalam mendefinisikannya banyak yang simpang siur. Oleh sebab itu, penting untuk menggali istilah ini dari sumber istilah asalnya, yaitu dari para penulis Barat. Tulisan ini akan mendeskripsikan dua sumber utama wacana Islam Liberal yang sering menjadi rujukan dan dianggap sebagai pengusung istilah Islam Liberal, yaitu buku Leonard Binder, Islamic Liberalism: A Critique of Development Ideologies dan buku Liberal Islam: A Source Book karya Charles Kurzman dkk. Melalui penelusuran kedua sumber utama di atas dan membandingkannya dengan beberapa sumber yang relevan dapat disimpulkan bahwa istilah Islam Liberal yang dimaksud oleh Binder adalah mereka yang menganut paham penafsiran yang tidak tekstual terhadap Al-Qur’an, melainkan penafsiran yang didasarkan pada pencarian esensi makna ayat, bukan apa yang tersurat dalam teksnya. Pencarian makna esensial, bukan tekstual itulah yang dianggap dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Sementara menurut Kurzman Islam Liberal adalah yang memiliki karakter pertama, kritis terhadap tradisi Islam adat dan Islam Revivalis yang menyebabkan keterbelakangan umat Islam. Kedua, berkeinginan meraih kemajuan dengan mengedepankan nilai-nilai Islam yang sejalan dengan nilai-nilai liberalisme Barat seperti demokrasi, kemajuan ekonomi, hak-hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan sebagainya

    Islamisasi Penulisan Sejarah: Survey Gagasan Hamka dan Ahmad Mansur Suryanegara

    Get PDF
    Semenjak ada usaha untuk menuliskan sejarah Indonesia setelah Indonesia merdeka sebagai upaya untuk mendefinisikan bentuk “Indonesia” sebagai sebagai sebuah bangsa dan komunitas politik, dari kalangan aktivis dan pemimpin Islam banyak yang mengajukan keberatan. Pada umumnya mereka mengajukan keberatan bahwa Indonesia yang digambarkan terlalu bernuansa Hindu dan memberikan ruang yang sangat sempit bagi sejarah umat Islam. Di antara tokoh yang sangat vokal menyuarakan keberatan ini adalah Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) dan Ahmad Mansur Suryanegara (AMS). Tulisan ini bertujuan mengungkap bagaimana gagasan keduanya tentang Islamisasi penulisan sejarah Indonesia yang dirasakan keduanya kurang “Islam”. Berdasarkan survey terhadap karya-karya sejarah Indonesia yang ditulis oleh keduanya, maka dapat ditemukan bahwa baik HAMKA yang tidak secara khusus dilatih sebagai sejarawan dan AMS yang merupakan dosen sejarah di Universitas Padjadjaran sama-sama berusaha menawarkan peng-Islam-an penulisan sejarah Indonesia dengan memberikan ruang lebih luas untuk diangkatnya peran umat Islam dalam sejarah Indonesia semenjak kedatangan Islam yang diperkirakan HAMKA sudah ada sejak abad ke-7 M. Hanya saja, keduanya tidak ditemukan merumuskan metodologi yang ajeg dalam melakukannya. Kelihatannya AMS yang dididik dalam metodologi Barat dalam penulisan sejarah tidak terlampau mempermasalahkan perihal metodologi sejarah walaupun datang dari Barat.Kata Kunci: Islamisasi; Islamisasi Penulisan Sejarah; HAMKA; Ahmad Mansur Suryanegara; Peran Islam dalam Sejarah Indonesia

    Kebijakan pendidikan Pakubuwana X dan pengaruhnya terhadap pengembangan pendidikan Islam di Surakarta tahun 1893-1939

    Get PDF
    The Educational Policy of Pakubuwono X in Surakarta in 1893-1939 was influenced by the social politic condition at that time. Such as the born of etic politic, the appearance of zending school, the development of Chinese and teacher ordonnance. The focus of this research is to know the policy of Pakubuwono X in the educational field in Surakarta in 1893-1939. It analyzes the influence of Pakubuwono X’s Policy toward the Islamic educational development in Surakarta dealing with Islamic Education today. The research method is descriptive, to describe the phenomenon, and to gain the point of view, to determine what part to analyze, and what kind of part to be revealed. The result of the research concludes that the policy of Pakubuwono X was classified into two factors. First, the policy deals with the Islamic education institution, and second, the policy which was not dealt with the establishment of educational institutions. The presence of Mambaul Ulum took a big effect on the development of Islamic education in Surakarta. It was seen by the appearance of Islamic scholars, religious teachers, religious officers, and the development of Islamic preaching. AbstrakKebijakan pendidikan Pakubuwana X di Surakarta tahun 1893-1939 sangat terkait dengan kondisi sosial politik saat itu, seperti lahirnya politik etis, munculnya sekolah zending (Kristen), pendirian sekolah Cina, dan lahirnya Ordonansi guru. Fokus penelitian berkisar untuk mengetahui kebijakan Pakubuwana X dalam bidang pendidikan di Surakarta tahun 1893 – 1939, menganalisis pengaruh kebijakan Pakubuwana X terhadap pengembangan pendidikan Islam di Surakarta serta relevansinya dengan pendidikan Islam hari ini. Metode penelitian sejarah dengan penggambaran mengenai suatu peristiwa dimana dan dari sudut mana kita memandangnya, dimensi mana yang diperhatikan, unsur-unsur mana yang diungkapkan. Hasil penelitian, secara garis besar kebijakan pendidikan Pakubuwana X dikelompokkan menjadi dua. Pertama: berkaitan dengan lembaga pendidikan Islam dan kedua: kebijakan yang tidak terkait langsung dengan pendirian lembaga pendidikan. Kehadiran Madrasah Mambaul Ulum berpengaruh besar terhadap perkembangan pendidikan Islam di Surakarta dengan munculnya para ulama, guru agama, pejabat keagamaan serta berkembangnya dakwah dan syiar Islam

    PEMURNIAN AKIDAH DALAM PENDIDIKAN ISLAM: Telaah Atas Kitab Bonang Karya Sunan Bonang

    Get PDF
    Pendidikan akidah merupakan bagian tidak terpisahkan dari pendidikan Islam, dimana menjaga kemurnian akidah menjadi salah satu tujuannya. Oleh karena itu, para ulama di sepanjang zaman selalu berusaha melindungi umat dari penyimpangan akidah. Salah satu kitab yang ditulis untuk kepentingan tersebut adalah Kitab Bonang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguraikan bagaimana pemurnian akidah dilakukan oleh Sunan Bonang di Jawa pada abad 16. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan studi kepustakaan sebagai metodenya. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa, Sunan Bonang adalah seorang pendidik yang sangat memperhatikan kemurnian akidah umat. Ia memperingatkan Muslim Jawa pada zamannya tentang tantangan ajaran akidah menyimpang, seperti Wujûdiyyah Mulhidah, Dahriyah Thabî„iyah, Bâthiniyah, Karrâmiyah, dan Mutazilah. Melalui Kitab Bonang, Sunan Bonang menjawab tantangan tersebut, yaitu pemurnian akidah dalam pendidikan Islam

    Pendidikan ma‘rifatullah dalam Kitab Bonang

    Get PDF
    Wali Sanga is seen as a party that has succeeded in educating Javanese Muslim creed and building a network of Islamization in the archipelago. Among Wali Sanga, the teachings of Sunan Bo-nang are seen as the clearest sources and represent the teachings of other saints. The core teaching in faith education is ma‘rifatullah. The purpose of this study is to explain how the concept of the teachings of Ma‘rifatullah Sunan Bonang. The method used is the study of literature, namely the workings of research by finding data through books and other written sources related to the problem. Based on this research, Sunan Bonang teaches that ma‘rifatullah consists of three things, namely ma‘rifah tasty of Allah, ma‘rifah of the nature of God, and ma‘rifah of God's deeds. The concept of ma‘rifatullah Sunan Bonang is an adaptation of the concept of ma‘rifatullah Imam Al-Ghazali which both reflect the teachings of the Ashari sect. Sunan Bonang does not mention the term twenty attributes which are commonly taught among Ash'irah, but the twenty qualities are conveyed by other expressions or terms. AbstrakWali Sanga dipandang sebagai pihak yang berhasil mendidik akidah Muslim Jawa dan mem-bangun jaringan Islamisasi di Nusantara. Di antara Wali Sanga, ajaran Sunan Bonang dipandang paling jelas sumbernya dan merepresentasikan ajaran wali lainnya. Ajaran inti dalam pendidikan akidah adalah ma‘rifatullah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana konsep ajaran ma‘rifatullah Sunan Bonang. Adapun metode yang digunakan adalah studi kepustakaan, yaitu cara kerja penelitian dengan mencari data melalui buku-buku dan sumber tertulis lainnya yang berhubungan dengan permasalahan. Berdasarkan penelitian ini, Sunan Bonang mengajar-kan bahwa ma‘rifatullah terdiri dari tiga hal, yaitu ma‘rifah dzat Allah, ma‘rifah sifat Allah, dan ma‘rifah perbuatan Allah. Konsep ma‘rifatullah Sunan Bonang merupakan saduran dari konsep ma‘rifatullah Imam Al-Ghazali dimana keduanya mencerminkan ajaran mazhab Asy‘ari. Sunan Bonang memang tidak menyebutkan istilah sifat dua puluh yang lazim diajarkan di kalangan Asyâ‘irah, namun kedua puluh sifat itu disampaikan dengan ungkapan atau istilah lain

    MUATAN NILAI ISLAM DALAM PENULISAN DAN PENGAJARAN SEJARAH

    Get PDF
    In History writing and teaching, objectivity can not always be realized considering the character of knowledge that created by man who always can not shy away from the “subjectivity” of a human being. Especially in the teaching of history in which every teaching must necessarily refer to the normative goals that have been set, either by the state, schools, or teachers themselves. This suggests that the normativity be the main reference in the teaching of history. Both the curriculum and the standards applied in each lesson course based on a value system that is believed by its foermers respectively. The value system is what will form the miscellaneous curriculum or standards and distinguish between one to another. This study tried to view and evaluate whether the values of Islam as a religion has the largest adopted is represented well in teaching, especially in the teaching of history. Conclusions from this research that, viewed in general, the tradition of the teaching of history in Indonesia, especially in the teaching of general history, is not from Islamic traditions. Even if there are some content that do not conflict with the islamic values, its only a coincident.Especially when considering the tradition of historical writing in Indonesia intensivelystarted from the colonial-orientalist tradition that put Islam and Muslims as their main enemy. In many cases,it is found effort to omit the role of Islam and muslim in Indonesian history, and also the historical facts about the role of Muslims that is still not seated proportionally. Dalam penulisan dan pengajaran sejarah, objektivitas tidak selalu dapat diwujudkan mengingat karakter ilmu pengetahuan yang dibuat oleh manusia yang selalu tidak bisa menghindarkan diri dari “subjektivitas”-nya sebagai manusia. Apalagi di dalam pengajaran sejarah dimana setiap pengajaran tentu harus mengacu pada tujuan-tujuan normatif yang sudah ditetapkan, baik oleh negara, sekolah, ataupun guru itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa normativitas menjadi acuan utama dalam pengajaran sejarah. Baik kurikulum maupun standar yang diberlakukan pada setiap mata pelajaran tentu didasarkan pada suatu tata nilai yang diyakini oleh perumusnya masing-masing. Tata nilai inilah yang akan membentuk rupa-rupa kurikulum atau standar dan membedakannya antara yang satu dengan yang lain. Penelitian ini mencoba melihat dan mengevaluasi apakah tata nilai Islam sebagai agama terbesar yang dianut sudah terepresentasi dengan baik dalam pengajaran, terutama dalam pengajaran sejarah. Simpulan dari penelitian ini bahwa bila dilihat secara umum, tradisi pengajaran sejarah di Indonesia, terutama dalam pengajaran sejarah umum, tidak berasal dari tradisi Islam. Kalaupun ada beberapa yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam, sifatnya hanya kebetulan saja. Apalagi kalau mempertimbangkan tradisi penulisan sejarah Indonesia secara intensif dimulai dari tradisi kolonial- orientalis yang menempatkan Islam dan umat Islam sebagai musuh utama mereka. Dalam banyak kasus ditemukan kesengajaan mengubur Islam dalam sejarah Indonesia dan juga mengenai fakta historis tentang peran umat Islam pun masih banyak yang tidak didudukkan secara proporsional

    Jas Mewah Jangan Sekali-Kali Melupakan Sejarah dan Dakwah

    No full text
    Mengapa hingga saat ini orang-orang terus menulis dan mempelajari sejarah? Padahal, selama ini sejarah tidak pernah dianggap sesuatu yang sophisticated, tidak lebih bergengsi dibandingkan bidang ilmu lain. Pun, buku-buku sejarah bukanlah genre yang diminati luas yang kemudian menjadi bestseller seperti novel, misalnya. Jawabannya, karena mempelajari sejarah itu penting. Dua per tiga isi Al-Quran bercerita tentang masa lalu. Kalau tidak begitu penting, mana mungkin kitab suci berisi kisah-kisah yang amat banyak? Masa depan kita akan menjadi lebih baik bila kita sanggup mengambil pelajaran kebajikan dan kebijaksanaan dari masa lalu. Tanpa sejarah, kita akan kesulitan mengkhayalkan (baca: merumuskan) masa depan. Inilah yang diajarkan Al-Quran, Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, hendaklah seseorang melihat apa yang telah berlalu untuk (merencanakan) hari esok. (Q.s. al-Hasyr [59]: 18). Simak penegasan Al-Qur`an seusai bercerita, Mereka itu umat-umat (terdahulu) yang sudah lewat. Bagi mereka apa yang telah mereka perbuat dan bagi kalian apa yang telah kalian perbuat. Kalian tidak akan ditanya tentang apa yang telah mereka lakukan. (Q.s. al-Baqarah [2]: 141). Buku ini adalah sebentuk ikhtiar penulis dalam menyampaikan urgensi sejarah tersebut, sebagai upaya mengeja (kembali) Indonesia. Di dalamnya terbagi menjadi lima bagian; sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia, sejarah dan peran pesantren, sejarah gerakan dakwah di Indonesia, sejarah tokoh umat yang sekaligus tokoh bangsa, hingga strategi islamisasi penulisan dan pengajaran sejarah

    Pertarungan pemikiran Islam di Indonesia : kritik-kritik terhadap Islam liberal dari H.M. Rasjidi sampai INSIST

    No full text
    Banyak buku yang ditulis untuk mengungkap dan membantah paham Islam Liberal, namun buku ini terasa berbeda dan istimewa, karena ditulis oleh seorang sejarawan muda dengan mengungkap latar belakang sejarah secara lengkap tentang pertarungan pemikiran antara para pengusung paham Islam Liberal dengan kelompok aktivis dan intelektual dari gerakan dakwah di negeri ini. Penulis merekam segala peristiwa, wacana dan adu argumentasi yang dilontarkan dari kedua belah pihak, kemudian memberikan analisa dan penjelasannya dengan bahasa yang sangat mengalir dan mudah pahami. Merupakan rekam jejak sejarah dari kritik tajam dan bernas, terkait upaya yang dilakukan oleh para pengusung paham Islam Liberal
    corecore