32 research outputs found
Desain Small Autonomous Passenger Ferry di Teluk Bintuni
Teluk Bintuni terdapat Pelabuhan Babo dan pelabuhan khusus milik Tangguh LNG. Tangguh LNG sedang menambah pekerja yang ditujukan bagi orang asli Papua. Feri autonomous didesain untuk mengantarkan pekerja ini dari Pelabuhan Babo ke Tangguh LNG. Feri tidak mengharuskan adanya personil di atas kapal untuk beroperasi, tetapi ada operator yang mengawasi operasional kapal dari daratan (ground control station). Ini mengikuti acuan yang telah diberikan oleh Lloyd’s Register (2016), AAWA (2016), DNV-GL (2018), dan Maritime UK (2018). Pekerjaan studi ini mengikuti metodologi System Based Ship Design (SBSD) dikombinasikan dengan metode Risk Based Ship Design (RBSD). Untuk menerapkan kedua metode secara bersamaan, kedua metode ini sedikit disesuaikan agar sesuai dengan studi desain. Pre hazard analysis dilakukan untuk mengetahui keamanan kapal autonomous bila beroperasi, dari hasil analisis didapatkan sebanyak 67 hazardous event yang dapat terjadi. Diambil 9 penekanan untuk mendesain kapal ini yatu, mencegah penumpang menaiki atap feri, mencegah penumpang tergelincir di dermaga, mencegah agar kapal tidak dicuri, mencegah agar penumpang gelap tidak memasuki kapal, meminimalkan konsekuensi dalam kasus penumpang gelap, mencegah hilangnya kontrol navigasi selama operasi, meminimalkan konsekuensi jika kehilangan kontrol navigasi terjadi, mencegah kegagalan sistem emergency shutdown, dan mencegah kebakaran di atas kapal. Perlunya dipertimbangkan desain sistem dok untuk dapat bekerja secara autonomous yaitu dengan menggunakan vacuum mooring. Agar kapal dapat menghindari tubrukan secara autonomous terdapat penambahan sensor berupa kamera dan LIDAR untuk dapat menganalisis keadaan lingkungan sekitar. Desain akhir kapal didapatkan kapal dengan ukuran panjang 26m, lebar 6.5m, dan tinggi 3.8m yang ditenagai dengan battery dan digerakan dengan motor listrik
High Density Polyethylene (HDPE) Vessel of Pompong as a Fishing Vessel for Bengkalis Fisherman
Abstract¾Generally vessels of pompong are made from wood. In this era, wood for shipbuilding is difficult to obtain. So, it is necessary to find an alternative material as a substitute for wood. High density polyethylene (HDPE) can be used as of material for shipbuilding because it has advantages such as heat resistant, corrosion resistant and has a long durability. Size vessels with a length of (L) = 8.8 meters, breadth (B) = 1.56 meters, height (H) = 1.05 meters and draft (T) = 0.6 meters which makes the design shape of the vessel of pompong HDPE plastic. The vessel of the pompong plastic has a stability of GZ value of 0.381 meters on the heel of 60 degrees and has a resistance of 0.74 kilonewtons at a speed of 5 knots
Desain High - Speed Passenger Craft (Ferry Hydrofoil) untuk Daerah Pelayaran Batam - Singapura
Batam merupakan kota dengan letak yang strategis yang berada di jalur pelayaran internasional dan memiliki jarak yang sangat dekat dan berbatasan langsung dengan Singapura. Jarak pelayaran dari Batam ke Singapura adalah ± 40 kilometer atau ± 22 nautical miles dan pada umumnya ferry dari Batam menuju Singapura digunakan oleh para pekerja yang bekerja di Singapura namun berdomisili di Batam karena biaya hidup di Batam yang lebih murah daripada Singapura begitupun sebaliknya. Tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah dibutuhkannya ferry yang lebih cepat dan dirasa mampu untuk membantu sarana transportasi para pekerja untuk sampai ke Singapura atau Batam lebih cepat dengan harga tiket yang relevan. Payload kapal adalah berdasarkan hasil analisis perhitungan existing ferries yang dinilai paling ekonomis kemudian didapat payload luasan dek dan ukuran utama kapal. Setelah itu dilakukan perhitungan teknis yang meliputi hambatan dan propulsi, berat, dimensi foil dan strut, freeboard, stabilitas, dan trim. Ukuran utama yang didapatkan adalah LOA = 38.5 m; LPP = 35.5 m; B = 8.7 m; H = 2.5 m; T = 1.63 m; dan jenis foil yang digunakan pada bagian belakang dan depan adalah NACA 641-212 dengan dimensi foil belakang (s = 8.7 m; c = 1.15 m) dan foil depan (s = 6.5 m; c = 1.15 m). Jenis foil pada strut adalah NACA 0015 dengan dimensi strut belakang luar (s = 7.2 m; c = 1.15 m), strut belakang tengah (s = 4.025 m; c = 1.15 m) dan strut depan (s = 5 m; c = 1.15 m). Tinggi freeboard minimum sebesar 94 mm, besar tonase adalah 218.48 GT, dan kondisi stabilitas Ferry Hydrofoil memenuhi kriteria Intact Stability (IS) Code Reg. III/3.1 dan HSC Code 2000. Biaya total pembangunan kapal sebesar Rp 74,598,978,402
Capstone Design Kapal Tanpa Awak Sebagai Media Survei Tingkat Kualitas Air di Suatu Perairan
Pencemaran terhadap air saat ini terus menerus terjadi. Mayoritas mutu air sungai maupun laut yang ada di teritori negara Indonesia sudah dalam status tercemar berat. Oleh karena itu, dibutuhkan alat sebagai media survei kualitas air tersebut dalam rangka pengendalian limbah yang masuk ke wilayah penampungan air secara lebih komprehensif. Model kapal tanpa awak yang dilengkapi dengan sistem autopilot dan sensor (sensor suhu, konduktivitas, dan PH) merupakan solusi yang dapat digunakan sebagai media survei kualitas air. Dengan sistem autopilot berdasarkan sensor GPS dan sensor ultrasonik, model tersebut mampu menyusuri perairan dengan medan yang sulit dijangkau manusia serta mampu menghindari halangan yang ada di depannya. Ketika lokasi telah ditentukan, model kapal tanpa awak akan bergerak secara otomatis dan sistem akusisi data sensor akan mengukur suhu, konduktivitas, dan tingkat keasaman yang ada di sekitar lokasi kapal secara waktu-nyata. Hasil pengukuran data tersebut langsung dikirimkan ke pengguna melalui wireless serial module. Hasil pengujian sistem ini menunjukkan bahwa model kapal tanpa awak mampu bergerak secara otomatis maupun manual untuk pengambilan data. Pada pengukuran data sensor suhu memiliki kesalahan maksimal 3.1%, data sensor konduktivitas memiliki maksimal kesalahan 5.2%, sedangkan pada pengukuran data sensor PH memiliki kesalahan maksimal 2.9%. Sistem model kapal tanpa awak ini mampu memantau dan mensurvei tingkat kualitas air secara otomatis sehingga dapat digunakan untuk membantu manusia dalam hal pengendalian mutu air di perairan tertentu
Desain Truck Carrier Ro-Ro Untuk Rute Pelayaran Lampung-Bali
Kemacetan yang tinggi di jalur darat, terutama di Jalan Pantura membuat Menteri Perhubungan berencana untuk membangun Truck Carrier Ro-Ro sebagai alat angkut truk. Tugas Akhir ini bermaksud memberikan solusi untuk mengganti akses transportasi truk dari darat menjadi akses transportasi laut. Tugas akhir ini bertujuan untuk membangun Truck Carrier Ro-Ro untuk Rute Pelayaran Lampung-Bali. Rute Truck Carrier Ro-Ro ini dimulai dari Pelabuhan Panjang (Lampung) -Pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta) -Pelabuhan Tanjung Emas (Semarang) - Pelabuhan Tanjung Perak (Surabaya) -Pelabuhan Benoa (Bali).Penentuan payload dilakukan berdasarkan Tugas Akhir yang sudah ada, yang kemudian dijadikan sebagai acuan dasar dalam melakukan parametric design. Jumlah payload tersebut digunakan untuk pembuatan layout awal dengan beberapa variasi yang akan digunakan dalam menentukan jumlah payload yang akan digunakan. Setelah itu didapatkan ukuran utama dari layout yang telah di desain. Setelah itu dilakukan perhitungan teknis berupa berat, trim, freeboard, dan stabilitas. Ukuran utama yang di dapatkan adalah Lpp = 145 m; B = 30 m; H = 11 m; T = 6 m. Tinggi freeboard minimum sebesar 916 mm, dan kondisi stabilitas Truck Carrier Ro-Romemenuhi kriteria Intact Stability (IS) Code Reg. III/3.1. Analisis ekonomis yang dilakukan adalah memperhitungkan biaya investasi, biaya operasional, dan harga tiket tiap rute pelayaran
Desain Kapal Pembangkit Listrik Tenaga Gas untuk Wilayah Indonesia
Hingga saat ini, di Indonesia masih ada 12.659 desa tertinggal yang belum memperoleh akses listrik dari jaringan Perusahaan Listrik Negara (PLN), bahkan 2.519 desa diantaranya belum teraliri listrik sama sekali.Pada tanggal 8 Desember 2015 Presiden Joko Widodo meresmikan operasional pembangkit listrik di atas kapal yang menyewa dari Turki untuk daerah Amurang, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara. Selanjutnya juga akan didatangkanpower plant serupa dari Turki untuk beberapa lokasi antara lain Sumatera Bagian Utara, Kupang, Ambon, dan Lombok. PLN mengklaim ada efisiensi sebesar Rp. 350 miliar per tahun dibanding menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD).Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah untuk mendapatkan desain konseptual kapal pembangkit listrik tenaga gas yang memiliki kemampuan mobilitas sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan sumber listrik di wilayah Indonesia. Sehingga pemerintah dapat cepat tanggap terhadap daerah yang mengalami krisis listrik di Indonesia.Proses desain kapal dimulai dari studi literatur dan penentuanoutput daya listrik kapal menggunakan informasi kondisi kelistrikan Nasional dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia.Didapatkan daya listrik kapal yang didesain yaitu 144 MW. Kemudian mencari ukuran utama kapal. Setelah itu dilakukan perhitungan teknis berupa perhitungan berat, trim, freeboard, dan stabilitas.Ukuran utama yang didapatkan adalah Lpp =150 m; B =31 m; H =16 m; T =4,9 m. Dari data tersebut kemudian dibuatLines Plan dan General Arrangement
Desain Kapal Ikan Hibrida Berbahan Dasar High Density Polyethylene sebagai Penunjang Potensi Laut Provinsi Kepulauan Riau
Sektor perikanan merupakan salah satu sektor dengan potensi terbesar pada wilayah Provinsi Kepulauan Riau dikarenakan lebih dari 96% luas wilayah merupakan lautan, namun potensi yang sangat besar ini justru seringkali dimanfaatkan oleh kapal-kapal berbendera asing untuk melakukan praktek illegal fishing pada daerah fishing ground Kepulauan Riau, khususnya perairan Natuna. Kapal-kapal ikan berbendera Indonesia pada daerah Kepulauan Riau masih belum maksimal dalam memanfaatkan potensi ini dikarenakan jumlah armada kapal yang masih sedikit, dan juga penerapan teknologi yang masih sederhana/konvensional. Dengan maksud untuk menunjang pemanfaatan potensi sektor perikanan Provinsi Kepulauan Riau yang masih berada diangka 4-6%, maka pada Tugas Akhir ini akan didesain kapal ikan hibrida berbahan dasar plastik HDPE yang mempunyai tiga sumber daya utama yang merupakan energi terbarukan yakni angin (Vertical Axis Wind Turbines), sinar matahari (Photovoltaic Panel) dan juga gas hidrogen (Fuel Cell) yang langsung diproduksi On-Board dari air laut. Hasil dari Tugas Akhir ini berupa kapal dengan payload 30.5 ton ikan, 8 orang crew, dengan ukuran utama kapal L: 21 m; B: 5.5 m; H: 2.5 m; T: 1.5; Vs: 8 Knot dengan rute pelabuhan perikanan Karimun menuju pelabuhan perikanan Natuna
Pembuatan Konsep Desain Unmanned Surface Vehicle (USV) untuk Monitoring Wilayah Perairan Indonesia
Indonesia dengan luas wilayah laut hampir dua pertiga dari luas daratanya, menjadi perhatian khusus dari pemerintah untuk melindungi keamanan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan luas wilayah perairan yang cukup besar maka wilayah perairan yang harus dijaga oleh pemerintah tidaklah sedikit. Dalam Tugas Akhir ini dibuat konsep desain Kapal Tanpa Awak yang selanjutnya disebut Unmanned Surface Vehicle (USV) yang dirasa dapat memenuhi kebutuhan monitoring wilayah perairan Indonesia. Proses desain USV berupa perhitungan teknis, Rencana Garis, Rencana Umum, dan model tiga dimensi dapat dilakukan setelah mendapatkan ukuran utama. Ukuran utama kapal ditentukan dari kebutuhan platform yang digunakan pada USV berdasarkan operational requirements dan decision tree yang digunakan untuk menentukan tipe lambung, material, dan sistem propulsi. Pada akhirnya didapatkan hasil desain USV dengan tipe lambung katamaran dan menggunakan sistem propulsi elektrik. Ukuran utama yang didapatkan adalah Lpp = 6.94 m; B = 3.5 m; H = 1.27 m; T = 0.5 m; S/L = 0.196. Nilai  freeboard dan stabilitas kapal memenuhi sesuai standar Non-Convention Vessel Standard (NCVS) dan HSC Annex 7 Multihull 2000
Desain Self-Propelled Oil Barge (SPOB) Untuk Distribusi Crude Oil di Kabupaten Sorong, Papua Barat
Papua Barat merupakan provinsi penghasil minyak bumi yang ada di Indonesia bagian timur, salah satu daerah yang memiliki potensi tersebut adalah di Kabupaten Sorong. Dengan dikenal sebagai julukan kota minyak, kabupaten yang memiliki ibukota dengan nama Sorong tersebut memiliki 350 sumur minyak dan mampu memproduksi sekitar 3.321.698.000 barrel per tahun [1]. Dari hasil tersebut menjadikan produksi minyak bumi sebagai penyumbang devisa daerah terbesar setelah sektor perikanan dan industri kayu. Jalur distribusi minyak bumi daerah kabupaten Sorong terdapat di sepanjang selat yang memisahkan antara Pulau Papua dan Pulau Salawati. Berdasarkan dampak turunnya harga minyak dunia dan dilakukan langkah penghematan pengeluaran biaya perusahaan, maka dibutuhkan suatu inovasi alat transportasi pengangkutan minyak bumi dari yang selama ini hanya menggunakan tongkang yang ditarik oleh kapal tunda. Self-Propelled Oil Barge (SPOB) diharapkan menjadi inovasi solusi yang cukup baik dalam hal sarana transportasi minyak bumi di daerah Kabupaten Sorong. Dengan mencari rata-rata payload dari hasil perhitungan optimasi penentuan rute distribusi dengan metode Traveling Salesman Problem, yang  selanjutnya akan dijadikan nilai owner requirement. Lalu dengan menggunakan metode optimation design approach, Self-Propelled Oil Barge dihitung dan dirancangan dengan beberapa batasan untuk mencari nilai pembangunan kapal yang paling minimum. Dari proses optimasi didapatkan ukuran utama barge adalah L = 70.31 m, B = 12 m, H = 5.50 m, T = 4.40 m
Pembuatan Detail Desain Unmanned Surface Vehicle (USV) untuk Monitoring Wilayah Perairan Indonesia
Indonesia merupakan negara maritim, dengan total luas wilayah laut terbesar di dunia. Sehingga diperlukannya kapal patroli sebagai kapal pengintai yang dapat menjaga kedaulatan wilayah laut Indonesia yang akhir - akhir ini sedang ramai diperbincangkan. Di era teknologi dan komunikasi yang semakin berkembang ini, tugas manusia semakin terbantu dengan hadirnya teknologi yang semakin berkembang pesat. Dimana teknologi ini sudah mulai masuk pada dunia transportasi yang salah satunya adalah teknologi kapal tanpa awak atau yang biasa disebut Unmanned Surface Vehicle. Katamaran merupakan jenis kapal dengan lambung banyak (multi-hull) yang dapat dikembangkan pada perairan Indonesia karena memiliki berbagai kelebihan. Dengan kecepatan tinggi, maka kapal diharuskan memiliki konstruksi yang kuat. Dalam perencanaan pembangunan kapal tanpa awak tersebut menggunakan sistem konstruksi melintang, dimana sistem konstruksi ini banyak digunakan pada kapal – kapal kecil pada umumnya (kurang dari 24 meter). Sehingga diperoleh berat ukuran konstruksi kapal tanpa awak tersebut sebesar 1,54 ton, dengan jarak gading sebesar 600 mm, profil gading biasa menggunakan profil             “I 50x6” dan “I 50x7” mm. Sedangkan profil gading besar menggunakan profil “L 60x40x5” dan “L 60x40x6” mm. Dari hasil tersebut, konstruksi katamaran kapal tanpa awak telah memenuhi standart kelas Biro Klasifikasi Indonesia tentang aturan konstruksi kapal kecil dibawah 24 meter dan perhitungan berat komponen konstruksi tidak melebihi dari displasmen kapal dengan sarat yang telah ditentukan. Biaya pembangunan kapal baru sebesar Rp 5.953.791.605,52 dengan spesifikasi sistem menggunakan sistem sebelumnya, sehingga kapal ini layak untuk dibangun