20 research outputs found

    Analisis Produktivitas Proses Produksi Kakao Bubuk Murni Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) dan Fuzzy - Analytical Hierarchy Process (F-AHP) (Studi Kasus di Kelompok Tani Mulyo Jati, Mojokerto).

    Get PDF
    Kakao adalah salah satu komoditas perkebunan yang dapat meningkatkan perekonomian di Indonesia. Produksi kakao di Jawa Timur pada tahun 2020 mencapai 23.339 sedangkan pada tahun 2021 mengalami peningkatan sebesar 0,99% menjadi 23.519 ton. Salah satu produk olahan dari kakao yaitu kakao bubuk murni. Kelompok Tani Mulyo Jati adalah kelompok tani yang bergerak di bidang perkebunan dan pengolahan kakao yang berada di Desa Wisata BMJ Majapahit, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Kelompok Tani Mulyo Jati memiliki program 1000 gerobak yaitu mendistribusikan 1000 gerobak dengan produk minuman cokelat ke seluruh wilayah Jawa Timur. Program ini mengharuskan Kelompok Tani Mulyo Jati meningkatkan produksi kakao bubuk murni dengan efektif dan efisien. Produksi yang efisien dan efektif dapat dilihat dari tingkat produktivitasnya. Adanya pengukuran produktivitas ini akan membantu mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas dan dapat menghasilkan produk kakao bubuk murni secara efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisis tingkat produktivitas produksi kakao bubuk murni di Kelompok Tani Mulyo Jati dan memberikan usulan perbaikan untuk meningkatkan produktivitas. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (F-AHP) dan Objective Matrix (OMAX). Metode F-AHP digunakan untuk menentukan nilai bobot setiap kriteria produktivitas dengan melibatkan responden pakar. Responden pakar yaitu responden yang sudah memahami dan mengetahui mengenai sistem produksi kakao bubuk murni secara mendalam yakni manajer produksi, kepala produksi dan karyawan produksi bagian pressing. Hasil dari pembobotan F-AHP akan digunakan dalam metode OMAX untuk menentukan indeks produktivitas tiap periode. Kriteria yang digunakan yakni produktivitas penggunaan bahan baku (Kg), produktivitas jumlah jam kerja (Jam), produktivitas penggunaan energi listrik (Kwh) dan produktivitas jumlah jam mesin (Jam). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai produktivitas tertinggi pada bulan Oktober 2021 sebesar 8,75 sedangkan nilai produktivitas terendah pada bulan April dan September 2021 sebesar 0,70. Adapun nilai indeks produktivitas tertinggi terdapat pada bulan Oktober 2021 sebesar 1.154,15% dan indeks produktivitas terendah terdapat pada bulan April dan September 2021 sebesar -82,96%. Usulan produktivitas yang dapat dilakukan Kelompok Tani Mulyo Jati dalam melakukan proses produksi perlu menggunakan bahan baku sebanyak 583,34 Kg, jam kerja sebesar 186,15 jam, penggunaan energi listrik sebesar 1064,59 dan jam mesin sebesar 568,19 jam setiap bulannya. Usulan tersebut dapat dicapai perusahaan dengan melakukan melakukan sosialisasi kepada seluruh petani naungan Kelompok Tani Mulyo Jati dan membuat perencanaan target produksi per harinya. Perusahaan dapat melakukan pengukuran produktivitas secara kontinyu dan perlu dilakukan untuk seluruh produk yang diproduksi Kelompok Tani Mulyo Jati sehingga dapat memanfaatkan sumber daya dengan efisien dan efektif. Perusahaan juga dapat mempertimbangkan usulan perbaikan dari hasil penelitian

    Mitigasi Risiko Kehalalan dan Keamanan Produksi Rendang Menggunakan Metode House of Risk (HOR) (Studi Kasus PT XYZ Kota Padang)

    No full text
    Rendang merupakan masakan tradisional Sumatera Barat yang mendunia. Cita rasa unik dan lezat membuat rendang menjadi salah satu identitas kuliner bangsa. PT XYZ merupakan produsen rendang Kota Padang yang memperhatikan aspek kehalalan dan keamanan. Proses produksi tidak terlepas dari risiko kehalalan dan keamanan seperti ketidakjelasan status halal bahan baku, potensi kontaminasi najis, hingga fasilitas produksi kurang terstandar. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kejadian risiko, menganalisis korelasi antar risiko, dan memberikan rancangan strategi mitigasi risiko kehalalan dan keamanan produksi. Metode yang digunakan yaitu House of Risk (HOR) yang terbagi menjadi dua fase. Metode HOR fase 1 berfokus mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi kehalalan dan keamanan produksi, sedangkan metode HOR fase 2 berfokus pada penentuan strategi mitigasi. Berdasarkan hasil penelitian, teridentifikasi 21 risk event dan 27 risk agent. Pada HOR fase 1, dilakukan penilaian severity, occurance, dan correlation menghasilkan 3 risk agent prioritas berdasarkan prinsip diagram pareto. Pertama risk agent mencantumkan label halal pada kemasan produk yang belum memiliki sertifikat halal. Kedua risk agent supplier tidak konsisten menjalankan prosedur dan ketentuan halal. Ketiga risk agent penundaan proses produksi. Risk agent tersebut menyebabkan 4 risk event, yaitu pelanggaran pencantuman label halal, bahan baku mengandung zat membahayakan, bahan baku terindikasi mengandung zat haram, dan bahan baku mengalami penurunan kualitas. Pada HOR fase 2 didapat 3 preventive action prioritas, yaitu mengajukan permohonan sertifikat halal terhadap variasi produk rendang ke BPJPH, membuat perjanjian kerjasama mengenai hak dan kewajiban supplier, dan menetapkan Standard Operating Procedure (SOP) halal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengurangi agen risiko penyebab kejadian risiko kehalalan dan kemanan proses produksi di PT XYZ

    Analisis Six Sigma Sebagai Upaya Perbaikan Kualitas Produk Susu Kemasan Botol (SKB) di PT Y.

    No full text
    Tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia setiap tahun tumbuh sekitar 6,6%, hal ini mengakibatkan pasar industri susu di Indonesia mengalami persaingan sangat ketat. Perusahan perlu meningkatkan kualitas produk terus-menerus. PT Y merupakan salah satu perusahaaan fast moving consumer goods (FMCG) yang memproduksi olahan susu terbesar di Indonesia dengan salah satu produknya yaitu susu kemasan botol (SKB). Dalam proses sortir, SKB sering terdapat cacat fisik seperti scratch, channeling, unbalance, dan penyok yang mengakibatkan kerusakan produk akhir sehingga tidak layak didistribusikan. Hal ini menjadi permasalahan bagi perusahaan antara lain membengkaknya biaya penanganan waste dan pemborosan biaya produksi yang berakibat penurunan profit. Oleh karena itu perlu perbaikan kualitas produk sehingga dapat meminimasi tingkat cacat produk Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi penyebab kecacatan produk SKB dan menganalisis hasil kapabilitas proses dan nilai sigma produk SKB. Selain itu, memberikan usulan perbaikan kualitas sebagai upaya meminimalisir tingkat cacat produk pada SKB. Penelitian ini menggunakan metode six sigma dengan pendekatan Define, Measure, Analyze, dan Improve (DMAI). Pada penelitian diperoleh informasi mengenai identifikasi proses produksi SKB, dimana terdapat empat jenis cacat yaitu scratch, channeling, unbalance dan penyok. Berdasarkan pembuatan peta kendali p menunjukan bahwa data pada seluruh bulan di luar batas kendali atas dan bawah, sehingga diartikan proses belum terkendali secara statistik. Rata-rata nilai kapabiltas proses periode Januari - Agustus 2021 yaitu 0,9108, artinya nilai di bawah target dan proses belum kapabel. Rata-rata nilai sigma pada periode Januari – Agustus 2021 yaitu 4,64, artinya berada pada rerata industri Indonesia dan belum mencapai target six sigma. Analisis diagram pareto memperoleh tiga jenis cacat dominan yakni unbalance, channeling, dan scratch. Diagram fishbone menunjukan bahwa penyebab cacat unbalance adalah seal bar goyang dan miring, kecepatan putaran starwheels tidak stabil, kurangnya pengawasan mesin sealer oleh operator, dan kurangnya perawatan pada mesin sealer. Penyebab cacat channeling adalah kecepatan sealing dan suhu sealer tidak stabil, permukaan bibir botol yang tidak rata serta kotor, dan kurangnya pengawasan kontrol suhu sealer. Penyebab cacat scratch adalah posisi yang keranjang tidak rata dan melengkung, seal tergesek tumpukan keranjang, kualitas dan ketebalan pada bahan seal tidak stabil, serta kurangnya maintenance pada keranjang. Usulan perbaikan yang dapat dilakukan pada cacat unbalance yaitu melakukan perbaikan pada sistem transmisi serta pengecekan pada poros star wheel dan motor mesin secara berkala tiap harinya, menambahkan washer pegas (pengunci) pada baut seal bar agar tidak goyang, dan meningkatkan jadwal mobilitas operator. Usulan perbaikan pada cacat channeling yaitu memberikan perawatan terjadwal dan rutin terhadap mesin sealer setiap harinya, menyesuaikan pengaturan jarak antara tinggi sealing dengan tinggi botol, melakukan quality control pada saat pembelian botol kemasan, dan meningkatkan jadwal mobilitas operator. Usulan perbaikan pada cacat scratch adalah menambahakan silikon pada bagian atas dan bawah keranjang dan menggunakan sistem kerja pemindahan botol ke dalam keranjang menggunakan robotic case packer, melakukan quality control saat pembelian bahan seal aluminium foil, serta melakukan penjadwalan secara berkala setiap bulan untuk pengecekan kondisi kelayakan pada peralatan dan mesin yang digunaka

    Analisis Strategi Pengembangan Usaha Fine Chocolate Menggunakan Metode SWOT dan QSPM (Studi Kasus PT. Kakao Bhineka Sejahtera Kota Batu)

    No full text
    Cokelat merupakan salah satu produk pangan yang memiliki jumlah penggemar yang cukup besar. Jawa Timur merupakan salah satu Provinsi yang memiliki peningkatan produksi cokelat tertinggi dengan jumlah 31.666 ton/tahun pada tahun 2017 dan mengalami peningkatan menjadi 33.654 ton/tahun pada tahun 2018. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi cokelat di Jawa Timur yakni PT. Kakao Bhineka Sejahtera. PT. Kakao Bhineka Sejahtera didirikan di Kota Batu pada tahun 2020 yang bergerak pada industri pengolahan biji kakao hingga menjadi beberapa jenis produk cokelat siap konsumsi. Dengan usia yang masih dua tahun PT. Kakao Bhineka Sejahtera tergolong perusahaan baru yang masih memiliki beberapa kendala seperti alat dan mesin yang digunakan memiliki kapasitas produksi yang kecil, kualitas bahan baku tidak selalu baik, PT. Kakao Bhineka Sejahtera hanya memiliki satu outlet dan tidak menjual produknya melalui toko retail maupun supermarket. Tujuan dari penelitian ini yakni menganalisis posisi perusahaan dalam mengembangkan usaha dan menganalisis skala prioritas alternatif strategi untuk mengembangkan usaha pada PT. Kakao Bhineka Sejahtera. Metode yang digunakan yakni SWOT dan QSPM. Metode SWOT berperan sebagai metode untuk menentukan posisi perusahaan dalam mengembangkan usaha dengan memperhatikan lingkungan internal dan eksternal. Metode QSPM digunakan untuk memberikan skala prioritas terhadap alternatif strategi yang dihasilkan dari metode SWOT. Variabel pada penelitian ini yakni faktor internal dan eksternal dari PT. Kakao Bhineka Sejahtera. Faktor internal meliputi sumber daya manusia, keuangan, produksi, produk, pemasaran. Faktor internal meliputi pemerintah, pemasok, pesaing, konsumen, lingkungan. Responden pada penelitian ini berjumlah 5 orang yang terdiri dari 1 orang direktur PT. Kakao Bhineka Sejahtera, 3 orang pekerja pada bagian produksi, 1 orang RnD. Analisis SWOT menghasilkan 8 alternatif strategi dan dianalisis menggunakan matriks QSPM sehingga menghasilkan tiga peringkat alternatif strategi terbaik yakni meningkatkan kualitas produk untuk menghadapi persaingan antar kompetitor (ST7) sebagai prioritas pertama dengan TAS (6,460), memperluas pemasaran secara offline (ST5) sebagai prioritas kedua dengan TAS (5,323), meningkatkan loyalitas konsumen (ST9) sebagai prioritas ketiga dengan TAS (5,312)

    Analisis Kinerja Rantai Pasok Menggunakan Metode Supply Chain Operation References (SCOR) dan Analytical Hierarchy Process (AHP) di PT XYZ

    No full text
    PT XYZ merupakan produsen minuman berkarbonasi berlokasi di Tangerang, Banten. Terdapat berbagai merk minuman berkarbonasi yang diproduksi PT XYZ, salah satunya adalah merk A Dalam beberapa periode terakhir penjualan minuman berkarbonasi PT XYZ menurun. Pada tahun 2019 penjualan mencapai angka 3,71 triliun rupiah, sedangkan pada tahun 2020 penjualan hanya mencapai 1.99 triliun rupiah. PT. XYZ memperlukan cara untuk meningkatkan penjualan, salah satunya dengan meningkatan kinerja dalam mengelola rantai pasok. Kinerja rantai pasok dapat ditingkatkan dengan pengukuran kinerja rantai pasok. Pengukuran kinerja rantai pasok dilakukan menggunakan metode Supply Chain Operational Reference (SCOR) dan penentuan prioritas perbaikan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Pengukuran kinerja rantai pasok menggunakan metode SCOR menghasilkan nilai kinerja sebesar 39,4244. Nilai kinerja rantai pasok secara keseluruhan termasuk kategori poor menandakan kinerja rantai pasok minuman merk A PT. XYZ buruk. Penentuan prioritas untuk penetuan strategi rantai pasok menggunakan metode AHP menunjukkan faktor terpenting dalam menentukan alternatif yang menjadi prioritas perbaikan adalah ketersediaan sumber daya dengan nilai 0,6496 dan alternatif yang menjadi prioritas perbaikan adalah strategi fluktuasi dengan bobot alternatif tertinggi yaitu 0,395

    Analisis Evaluasi Kinerja Rantai Pasok dengan Metode Supply Chain Operation Reference dan Analitycal Hierarchy Process (Studi Kasus di PT. Putra Jaya Nanas, Kabupaten Blitar).

    No full text
    Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) merupakan tanaman holtikultura yang banyak tumbuh dan tersebar di Indonesia. Salah satu sentra produksi buah nanas di Jawa Timur berada di Kabupaten Blitar Kecamatan Ponggok yang pada tahun 2019 mencapai 29.636,9 ton buah nanas. PT. Putra Jaya Nanas adalah salah satu perusahaan yang mengolah bahan baku nanas menjadi produk unggulan yakni minuman sari buah nanas dengan merk “Segarrr”. Kapasitas dalam satu kali produksi mencapai 50-55 kardus yang setiap kardus berisi 32 cup minuman sari buah nanas berukuran 120 ml. Aktivitas rantai pasok minuman sari buah nanas dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas produk. Permasalahan rantai pasok terjadi pada supplier, perusahaan dan distributor. Tujuan dari penelitian untuk menganalisis kinerja rantai pasok dan menentukan bobot kinerja rantai pasok. Metode dalam mengukur kinerja rantai pasok menggunakan model Supply Chain Operation Reference (SCOR) dan Analitycal Hierarchy Process (AHP). Model SCOR digunakan untuk menilai kinerja dari rantai pasok menyeluruh pada PT. Putra Jaya Nanas, sedangkan metode AHP sebagai dasar menentukan tingkat kepentingan relatif. Output indikator SCOR digunakan sebagai input AHP untuk mendapatkan bobot global/relatif yang digunakan dalam mengukur kinerja keseluruhan. Responden pakar yang digunakan ada 8 orang yaitu 1 orang tengkulak nanas, 6 orang pekerja PT. Putra Jaya Nanas (1 orang pemilik perusahaan, 1 orang admin, 3 orang bagian produksi dan 1 orang quality control) dan 1 orang distributor. Hasil penelitian menunjukkan terdapat Key Performance Indicator (KPI) yang terbagi atas tiap proses utama SCOR yaitu Plan, Source, Make, Deliver, Return dan atributnya Reliability, Responsiveness, Agility. Bobot tingkat kepentingan tertinggi level 1 pada proses source, level 2 adalah atribut responsiveness pada proses return, dan level 3 pada KPI hubungan internal antar bagian dalam perusahaan memengaruhi perencanaan (P.1.1), Kecepatan tenaga kerja bagian produksi (M.2.1), waktu yang dibutuhkan mulai dari permintaan sampai barang diterima pelanggan (D.2.1), waktu yang dibutuhkan dalam mengganti produk (R.2.1). Analisis pengukuran warna merah menunjukkan kinerja perlu diperbaiki, kuning artinya kinerja perlu ditingkatkan serta hijau artinya kinerja sudah baik, perlu dipertahankan dan dari 19 KPI yang memperoleh kinerja warna merah dan average performance ada 4 KPI yaitu Kecepatan tenaga kerja melakukan kegiatan perencanaan (P.2.2), jumlah produk cacat yang terjadi pada proses produksi (M.1.1), Kecepatan tenaga kerja bagian produksi (M.2.1) dan waktu yang dibutuhkan dalam mengganti produk (R.2.1). Nilai kinerja keseluruhan dari rantai pasok sebesar 73,340 menunjukkan warna kuning dan good performance artinya kinerja rantai pasok perusahaan sudah baik dan perlu ditingkatkan agar kinerja semakin teratur dan terarah serta dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Beberapa upaya untuk meningkatkan kinerja rantai pasok minuman sari buah nanas di PT. Putra Jaya Nanas dengan memperbaiki kinerja yang memiliki nilai KPI terendah yaitu dari supplier menambah relasi petani nanas, manufaktur melakukan penambahan tenaga kerja khusus, pengembangan tenaga kerja, perawatan terhadap mesin, analisis persediaan dengan baik, dan memiliki persediaan produk yang cukup serta distributor menambah persediaan

    Analisis Produktivitas Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Menggunakan Metode Marvin E. Mundel di Unit Sungai Rungau Mill PT Binasawit Abadi Pratama, Seruyan, Kalimantan Tengah

    No full text
    Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan sektor perkebunan di Indonesia. Selama tahun 2014-2018, perkebunan rakyat (PR) dan perkebunan swasta besar (PBS) kelapa sawit meningkat sebesar 7,35% dan 9,83%. Unit Sungai Rungau Mill (SRUM) merupakan salah satu unit pabri pengolahan miyak kelapa sawit yang dinaungi PT. Binasawit Abadi Pratama. Situasi bisnis yang semakin kompetitif menuntut perusahaan untuk meningkatkan produktivitas. Peningkatan produktivitas diperlukan pengukuran produktivitas yang mampu membantu perusahaan dalam mengetahui kinerja perusahaan Selama ini SRUM hanya mengevaluasi melalui laporan keuangan dan hasil produksi. Perusahaan juga mengevaluasi pencapaian target setiap bulan untuk mengukur kinerja perusahaan namun belum dengan mengukur produktivitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat produktivitas secara parsial dan secara total menggunakan metode Marvin E. Mundel dan memberikan saran peningkatan produktivitas pada pengolahan kelapa sawit di Unit Sungai Rungau Mill. Penelitian ini menggunakan metode Marvin E. Mundel untuk menghitung indeks produktivitas. Metode Marvin E. Mundel terdiri dari 3 tahapan yaitu perhitungan deflator, perhitungan harga konstan dan perhitungan indeks produktivitas. Input penelitian yang digunakan terdiri dari biaya bahan baku, biaya energi, biaya pemeliharaan, biaya tenaga kerja dan biaya modal. Data yang dibutuhkan dari periode Januari 2020 hingga April 2021 dengan Januari 2020 sebagai periode dasar. Dari pengukuran produktivtitas didapatkan indeks produktivitas bahan baku terendah terjadi pada Agustus 2020 sebesar 101,19% dan tertinggi pada Maret 2020 sebesar 155,49%. Indeks produktivitas tenaga kerja terendah terjadi pada Mei 2020 sebesar 79,85% dan tertinggi pada Maret 2021 sebesar 206,74%. Indeks produktivitas energi terendah terjadi pada Maret 2020 sebesar 62,61% dan tertinggi pada Desember 2020 sebesar 689,63%. Indeks produktivitas perawatan terendah terjadi pada Mei 2020 sebesar 106,6% dan tertinggi pada Desember 2020 sebesar 313,77%. Indeks produktivitas modal terendah terjadi pada Juli 2020 sebesar 80,28% dan tertinggi pada April 2021 sebesar 186,39%. Indeks produktivitas total terendah terjadi pada Agustus 2020 sebesar 102,09% dan tertinggi terjadi pada April 2021 sebesar 143,76%. Permasalahan yang terjadi pada input tenaga kerja terkait dengan penurunan OER sehingga dirasa perlu lebih memperhatikan beban dan jam kerja yang diberikan, terus meningkatkan motivasi pekerja dan menghindari penimbunan TBS yang terlalu lama di lantai loading ramp oleh para pekerja. Masalah input energi berkaitan dengan kenaikan biaya penggunaan suku cadang pada mesin boiler, sehingga dipandang perlu untuk melakukan perawatan secara berkala agar kondisi kerja dan efisiensi boiler tetap terjaga secara optimal. Permasalahan pada input modal terkait fluktuasi output sehingga dirasa perusahaan perlu melakukan diversifikasi produk serta membangun hubungan baik dengan para calon investor untuk kebutuhan diversifikasi produk

    Analisis Evaluasi Kinerja Rantai Pasok dengan Metode Supply Chain Operation Reference dan Analitycal Hierarchy Process (Studi Kasus di PT. Putra Jaya Nanas, Kabupaten Blitar)

    No full text
    Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) merupakan tanaman holtikultura yang banyak tumbuh dan tersebar di Indonesia. Salah satu sentra produksi buah nanas di Jawa Timur berada di Kabupaten Blitar Kecamatan Ponggok yang pada tahun 2019 mencapai 29.636,9 ton buah nanas. PT. Putra Jaya Nanas adalah salah satu perusahaan yang mengolah bahan baku nanas menjadi produk unggulan yakni minuman sari buah nanas dengan merk “Segarrr”. Kapasitas dalam satu kali produksi mencapai 50-55 kardus yang setiap kardus berisi 32 cup minuman sari buah nanas berukuran 120 ml. Aktivitas rantai pasok minuman sari buah nanas dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas produk. Permasalahan rantai pasok terjadi pada supplier, perusahaan dan distributor. Tujuan dari penelitian untuk menganalisis kinerja rantai pasok dan menentukan bobot kinerja rantai pasok. Metode dalam mengukur kinerja rantai pasok menggunakan model Supply Chain Operation Reference (SCOR) dan Analitycal Hierarchy Process (AHP). Model SCOR digunakan untuk menilai kinerja dari rantai pasok menyeluruh pada PT. Putra Jaya Nanas, sedangkan metode AHP sebagai dasar menentukan tingkat kepentingan relatif. Output indikator SCOR digunakan sebagai input AHP untuk mendapatkan bobot global/relatif yang digunakan dalam mengukur kinerja keseluruhan. Responden pakar yang digunakan ada 8 orang yaitu 1 orang tengkulak nanas, 6 orang pekerja PT. Putra Jaya Nanas (1 orang pemilik perusahaan, 1 orang admin, 3 orang bagian produksi dan 1 orang quality control) dan 1 orang distributor. Hasil penelitian menunjukkan terdapat Key Performance Indicator (KPI) yang terbagi atas tiap proses utama SCOR yaitu Plan, Source, Make, Deliver, Return dan atributnya Reliability, Responsiveness, Agility. Bobot tingkat kepentingan tertinggi level 1 pada proses source, level 2 adalah atribut responsiveness pada proses return, dan level 3 pada KPI hubungan internal antar bagian dalam perusahaan memengaruhi perencanaan (P.1.1), Kecepatan tenaga kerja bagian produksi (M.2.1), waktu yang dibutuhkan mulai dari permintaan sampai barang diterima pelanggan (D.2.1), waktu yang dibutuhkan dalam mengganti produk (R.2.1). Analisis pengukuran warna merah menunjukkan kinerja perlu diperbaiki, kuning artinya kinerja perlu ditingkatkan serta hijau artinya kinerja sudah baik, perlu dipertahankan dan dari 19 KPI yang memperoleh kinerja warna merah dan average performance ada 4 KPI yaitu Kecepatan tenaga kerja melakukan kegiatan perencanaan (P.2.2), jumlah produk cacat yang terjadi pada proses produksi (M.1.1), Kecepatan tenaga kerja bagian produksi (M.2.1) dan waktu yang dibutuhkan dalam mengganti produk (R.2.1). Nilai kinerja keseluruhan dari rantai pasok sebesar 73,340 menunjukkan warna kuning dan good performance artinya kinerja rantai pasok perusahaan sudah baik dan perlu ditingkatkan agar kinerja semakin teratur dan terarah serta dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Beberapa upaya untuk meningkatkan kinerja rantai pasok minuman sari buah nanas di PT. Putra Jaya Nanas dengan memperbaiki kinerja yang memiliki nilai KPI terendah yaitu dari supplier menambah relasi petani nanas, manufaktur melakukan penambahan tenaga kerja khusus, pengembangan tenaga kerja, perawatan terhadap mesin, analisis persediaan dengan baik, dan memiliki persediaan produk yang cukup serta distributor menambah persediaan

    Analisis Produktivitas Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) Pada Proses Produksi Makanan Ringan di CV. X, Malang

    No full text
    Makanan ringan merupakan bidang usaha yang banyak dilakukan oleh UMKM. Hal tersebut karena bahan baku yang melimpah dan produksi yang relatif mudah serta pada umumnya produk bertahan cukup lama. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam produksi makan ringan yaitu CV. X yang memproduksi berbagai macam varian stik seperti stik keju, wortel, rumput laut, brokoli, seaweed broccoli, dan carrot broccoli. Produk stik memiliki minat yang tinggi di konsumen Malang dan sekitarnya sehingga perusahaan diharuskan untuk melakukan produksi yang efektif dan efisien sehingga meningkatkan produktivitas. Untuk mengetahui tingkat produktivitas maka butuh dilakukannya analisis produktivitas pada proses produksi di CV. X. Pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat produktivitas dan memberikan saran usulan untuk perbaikan produktivitas makanan ringan di CV. X. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk analisis produktivitas adalah metode objective matrix (OMAX). Penelitian ini menggunakan metode OMAX karena dapat menjelaskan efek dari kriteria yang mempengaruhi penurunan atau kenaikan produktivitas secara langsung. Selain itu metode ini juga menggunakan bobot berdasarkan penilaian ahli yang berasal dari perusahaan sehingga hasil pengukuran dapat mencerminkan produktivitas dengan akurat. Kriteria yang digunakan pada penelitian ini meliputi bahan baku, penggunaan listrik, jam mesin dan jam kerja karyawan. Bobot dari setiap kriteria yang ada dihitung dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan dari hasil kuesioner responden ahli yang berjumlah tiga orang yaitu pemilik perusahaan dan dua karyawan. Produktivitas parsial pada bahan baku dan jam mesin memiliki nilai tertinggi pada Agustus minggu ke-4 dengan nilai 6. Kriteria penggunaan listrik dan jam kerja karyawan tertinggi terdapat pada Agustus minggu ke-1 dengan nilai 8 dan 10. Hasil produktivitas CV. X menunjukkan nilai tertinggi pada bulan Agustus minggu ke-3 yaitu senilai 5,404. Nilai indeks produktivitas tertinggi terdapat pada bulan Agustus minggu ke-1 dengan nilai 74,445%. Hasil usulan perbaikan yang dapat diterapkan dalam menghasilkan 41,010 kg output adalah dengan menggunakan 44,298 kg bahan baku, 7,875 jam mesin, 4,372 kWh penggunaan listrik, dan 13,518 jam kerja karyawan. Usulan yang dapat dilakukan dalam rangka memperbaiki produktivitas di perusahaan adalah dengan memerhatikan tempat penyimpanan untuk menjaga kualitas bahan baku yang digunakan seperti tepung terigu, keju dan sayur. Usulan pada kriteria penggunaan lisitrik yaitu perusahaan dapat mematikan lampu saat sedang tidak digunakan. Usulan pada jam mesin adalah dengan memperbaiki jadwal proses produksi. Untuk kriteria jam kerja karyawan adalah dengan menerapkan jam kerja yang sesuai dengan output dan menerapkan perencanaan kombinasi output produksi

    Analisis Persediaan Bahan Baku Menggunakan Metode Economic Order Quantity Probabilistik (Studi Kasus di Unit Pengolahan Hasil Rumah Coklat Trenggalek)

    No full text
    Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan Indonesia yang dapat diolah menjadi produk kokoa dan cokelat yang mengandung antioksidan alami. Biji kakao memiliki peranan besar untuk perekonomian Indonesia. Biji kakao memiliki pangsa pasar nasional maupun internasional sehingga permintaan produk pertanian besar sekali. Perkembangan komoditas kakao mengalami perkembangan yang baik, namun untuk produktivitas produk turunan biji fermentasi kakao masih belum maksimal. Banyak petani yang ikut membudidayakan kakao namun hasil panennya dijual di luar daerah. Rumah Coklat Trenggalek merupakan tempat yang dirikan oleh Dinas Pertanian dan Pangan Trenggalek dengan tujuan untuk mengolah hasil panen kakao di Trenggalek. Unit Pengolahan Hasil (UPH) Rumah Coklat memiliki kapasitas penyimpanan biji fermentasi kakao yang terbatas dan kapasitas produksi yang kecil sehingga sulit menyeimbangkan jumlah biji fermentasi kakao yang diberikan petani, penyimpanan biji fermentasi kakao, dan kapasitas produksi yang ketergantungan dengan permintaan produk yang kecil. Unit Pengolahan Hasil (UPH) Rumah Coklat telah bekerja sama dengan beberapa pabrik di luar daerah untuk memanfaatkan dan menjual biji fermentasi kakao agar dapat dimanfaatkan dengan lebih baik. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian tugas akhir ini adalah menentukan nilai optimal pengadaan bahan baku setiap tahun di UPH Rumah Coklat Trenggalek untuk mencapai total biaya produksi yang ekonomis. Penelitian ini menggunakan metode Economic Order Quantity. Economic Order Quantity merupakan suatu model yang berkaitan dengan mengadakan atau menyediakan bahan baku di suatu perusahaan. Metode Economic Order Quantity merupakan metode guna menentukan berapa banyak pesanan yang terekonomis. Data yang digunakan adalah data historis perusahaan selama bulan Januari 2022 hingga Desember 2022. Analisis diawali dengan peramalan menggunakan software POM QM for Windows V5 kemudian dilanjutkan analisis dengan metode EOQ Probabilistik. Jumlah pemesanan bahan baku yang optimal menggunakan metode EOQ probabilistik adalah sebanyak 36,25 kg dengan nilai safety stock 2,206 kg dan nilai reorder point 3,61 kg. Pada perhitungan menggunakan metode EOQ probabilistik dihasilkan nilai Rp 6.945.613,38 sedangkan perhitungan dari perusahaan sebesar Rp 10.510.839,5. Selisih yang diberikan sebanyak Rp 4.003.917,12 sehingga dapat disimpulkan bahwa perhitungan menggunakan metode EOQ probabilistik dapat mencapai nilai yang lebih ekonomis. Perusahaan dapat mempertimbangkan nilai dari perhitungan safety stock dan reorder point yang sebelumnya masih belum diterapkan di perusahaan untuk menghindari adanya kekurangan bahan baku di masa yang akan datang
    corecore