26 research outputs found

    Local Virtuality in an Organization: Implications for Community of Practice

    No full text
    Abstract. We focus on two phenomena in our case study of a high-tech firm. Local virtuality: The pervasive use of computer mediated communication for interaction with physical proximate people, even when located near-by. Hyperconnectivity: The instant availability of people for communication anywhere and anytime. We show that computer mediated communication has gone beyond long-distance media to be the predominant mode of communication. The result is a high level of trust and community, especially in a department with high interdependence and a common goal. A Computer Mediated Organization Even as computer mediated communication (CMC) – the internet and all that – permeates most organizations, there is more assertion than evidence about how CMC is actually affecting them. How does CMC affect communication, community and trust in organizations? The routinized, normalized use of CMC is especially evident in high-tech companies of knowledge workers whose employees are technologically savvy. Hence, we use a case study of communication in such a high-tech firm to address this question. We focu

    Digital inequalities 3.0: emergent inequalities in the information age

    No full text
    Marking the 25th anniversary of the “digital divide,” we continue our metaphor of the digital inequality stack by mapping out the rapidly evolving nature of digital inequality using a broad lens. We tackle complex, and often unseen, inequalities spawned by the platform economy, automation, big data, algorithms, cybercrime, cybersafety, gaming, emotional well-being, assistive technologies, civic engagement, and mobility. These inequalities are woven throughout the digital inequality stack in many ways including differentiated access, use, consumption, literacies, skills, and production. While many users are competent prosumers who nimbly work within different layers of the stack, very few individuals are “full stack engineers” able to create or recreate digital devices, networks, and software platforms as pure producers. This new frontier of digital inequalities further differentiates digitally skilled creators from mere users. Therefore, we document emergent forms of inequality that radically diminish individuals’ agency and augment the power of technology creators, big tech, and other already powerful social actors whose dominance is increasing

    Evaluasi peranan pplh dalam mendukung sustainable tourism

    No full text
    Jawa Timur memiliki banyak sekali objek wisata yang indah dan alami, baik yang sudah maupun belum dikembangkan. Selama ini dalam mengembangkan suatu objek wisata belum ada perencanaan yang matang mengenai antisipasi dampak-dampak negatif yang mungkin timbul terhadap lingkungan hidup. Sebaliknya, di beberapa negara di dunia telah dikembangkan konsep sustainable tourism, yang menitikberatkan pada terjaganya lingkungan hidup di sekitar objek wisata walaupun terjadi pengembangan. Konsep ini dilaksanakan oleh LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) independen yang peduli terhadap lingkungan hidup dan kemajuan dunia pariwisata terhadap daerah binaan. Adapun dua contoh dari LSM tersebut adalah antara lain : BETA (Belize Ecotourism Association) dengan Belize sebagai binaannya dan KEEP (Kathmandu Environmental Education Project). dengan Kathmandu sebagai binaannya. Di Jawa Timur sendiri sebenarnya sudah ada LSM independen yang peduli terhadap pendidikan lingkungan hidup, yang dikenal sebagai PPLH (Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup) Seloliman Trawas. Selain memberikan pendidikan mengenai lingkungan hidup, PPLH juga telah menerapkan konsep ecotourism dalam kesehariannya, baik aktivitas maupun manajemennya dan terhadap desa Seloliman sebagai desa binaannya. Penulis ingin melihat apakah PPLH sebagai pendidik lingkungan hidup telah ikut menyumbang dalam pengembangan konsep sustainable tourism di obyek-obyek wisata di Jawa Timur. Dalam penelitian ini penulis juga akan melakukan studi banding antara PPLH dengan LSM-LSM lain di luar negeri dalam hal kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam mendukung sustainable tourism, dalam hal ini dengan BETA dan KEEP. Kemudian penulis akan menggunakan tcori Edward Inskeep dari bukunya yang berjudul Tourism Planning untuk melihat apakah ketiga LSM tersebut telah memenuhi kewajiban mereka sebagai LSM yang peduli terhadap konsep sustainable tourism. Dari penelitian ini ditemukan bahwa PPLH belum banyak melaksanakan tugasnya sebagai pendidik bagi pengelola obyek-obyek wisata di Jawa Timur dalam mengembangkan konsep sustainable tourism, sedangkan KEEP dan BETA telah melaksanakan kewajiban ini melalui aktivitas-aktivitasnya. Peran PPLH masih kecil bila dibandingkan dengan BETA dan KEEP. Sebagai tambahan, penulis akan memberi saran berupa kegiatan yang dapat dilakukan PPLH untuk lebih teiiibat dalam memberikan pendidikan bagi pengelola obyek-obyek wisata di Jawa Timur untuk mengembangkan konsep sustainable tourism
    corecore