18 research outputs found

    Persepsi calon jamaah haji terhadap program interprofessional education berbasis kesehatan haji

    Get PDF
    Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk mayoritas beragama Islam. Hal ini juga membuat jumlah pendaftar haji cukup banyak tiap tahun. Calon jamaah haji yang menunggu untuk berangkat cukup banyak dengan waktu tunggu keberangkatan yang cukup lama antara 20 tahun sampai 40 tahun. Hal tersebut menjadikan calon jamaah haji melaksanakan ibadah haji pada usia lansia. Usia lansia mengakibatkan fungsi fisiologi organ tubuh mengalami penurunan sehingga mempengaruhi kondisi fisik dan mental yang dapat menjadi hambatan calon jamaah haji tidak mencapai kondisi isthita’ah. Program Interprofessional Education (IPE) berbasis Kesehatan Haji Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dilaksanakan untuk meningkatkan kesehatan CJH agar siap menunaikan ibadah haji dalam kondisi istitha’ah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis persepsi calon jemaah haji terhadap penyelenggaraan pelayanan IPE berbasis kesehatan haji. Penelitian deskriptif kualitatif dengan metode survei ini dilakukan pada bulan Oktober-November 2021 dengan menggunakan instrumen kuesioner. Sebanyak 40 orang calon jemaah haji menjadi responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa calon jemaah haji memiliki indeks persepsi di atas 87% untuk setiap itemnya. Hal ini mengimplementasikan bahwa responden menerima program ini dengan baik dan memiliki persepsi yang sangat baik terhadap program Pendidikan Interprofessional Berbasis Kesehatan Haji

    Persepsi mahasiswa terhadap interprofessional education berbasis kesehatan haji

    Get PDF
    Background: The Faculty of Medicine and Health Sciences, State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim implements interprofessional education based on Hajj health to initiate teamwork between pharmacy students and medical students. This is in an effort to help prospective pilgrims achieve the requirements of istitha'ah, namely the ability of pilgrims from a health perspective so that they can perform the pilgrimage. It is important to pay attention to the health of prospective pilgrims considering the risk of degenerative diseases in pilgrims so that it can increase the death rate of pilgrims while performing the pilgrimage. Interprofessional education can help monitor the health of pilgrims with collaborative work between the fields of medicine and pharmacy. Student perceptions of the implementation of Hajj health-based interprofessional education is one of the important parameters in evaluating the implementation of Hajj health-based interprofessional education to be able to formulate improvements in the next program. Aim of the Study: This study aims to assess the perceptions of medical students and pharmacy students towards the Hajj health-based interprofessional education program. Method: The research design is descriptive cross-sectional study with purposive sampling technique. The inclusion criteria were students taking the Hajj health-based interprofessional education program in 2021 and the exclusion criteria were students who did not fill out a complete questionnaire. The research instrument was a Likert scale questionnaire adopted from Student Perceptions of Interprofessional Clinical Education. Data presented using Microsoft Office Professional Plus Excel 2016. Results: The study sample consisted of 79 pharmacy students and 34 medical students with the majority being female. Study participants aged 19-24 years. as many as 88.61% of pharmacy students have a good perception of hajj health-based interprofessional education, as well as 91.18% of medical students. Conclusion: The majority of students in the study had a good perception of Hajj health-based interprofessional education. The existence of students who have a bad perception of this program requires a follow-up plan so that the program objectives can be achieved to spur inter-professional collaboration and provide maximum contribution to the health of the hajj

    Buku panduan pendidikan interprofesi berbasis kesehatan Jamaah Haji (Hajj pilgrims health-based interprofesional education)

    Get PDF
    Buku Panduan ini berisikan rincian tahapan proses pembelajaran yang akan ditempuh mahasiswa dalam mengikuti kegiatan Pendidikan Interprofesional berbasis Kesehatan Jamaah Haji meliputi metode kegiatan belajar, metode penilaian, dan jadwal pembelajaran. Buku ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi mahasiswa dalam menyusun rencana belajarnya sehingga luaran pembelajaran yang disusun oleh unit kesehatan haji fakultas dalam rangka mencapai profil lulusan sesuai visi misi fakultas. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dekan Fakultas Kedokteran UIN Maulana Malik Ibrahim Malang serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan modul ini. Saran dan kritik senantiasa akan kami tampung untuk penyempurnaan pada modul-modul berikutnya

    Peluang dan tantangan pengelolaan obat di embarkasi Surabaya tahun 2023

    Get PDF
    Indonesia memiliki jumlah penduduk beragama Islam terbanyak di dunia. Berdasarkan pendataan tahun 2016 di Indonesia memiliki penduduk beragama Islam sekitar 85%, hal tersebut menunjukkan Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia (Wafiatusy dan Setyowati, 2017). Dari sekian banyak pemeluk agama Islam, beberapa diantara memiliki keinginan untuk dapat menjalankan ibadah Haji di Arah Saudi dan disebut dengan Calon jamaah haji (CJH). Dalam upaya membantu para CJH Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang membuat suatu program unggulan dalam upaya pengembangan di bidang kesehatan haji. Salah satu unsur penting dalam upaya pelayanan kesehatan jamaah haji adalah obat dan perbekalan kesehatan. Oleh karena itu perlu dipersiapkan dengan perencanaan yang baik agar obat & perbekalan kesehatan mutunya terjamin dan kuantitasnya memadai. Penggunaan obat di Embarkasi/Apotik Asrama Haji Sukolilo terbanyak yaitu vitamin kombinasi: Lesitin, Vit B1, B2, B6, B12, E yaitu sebanyak 3.500 tablet kemudian untuk penggunaan obat paling sedikit yaitu Kloramfenikol tetes telinga 3% yaitu 6 botol. Penggunaan BMHP terbanyak yaitu Pot urin dan Glucose stick untuk glucose meter yaitu 11.000, lalu penggunaan BMHP paling sedikit yaitu Plester hidroalergenik yaitu 15 buah. Dari data Rekam Medik yang tercatat di aplikasi SIMHAJI sebagian besar Jamaah Haji yang masuk ke Poliklinik Asrama Haji banyak yang menderita Mual, Muntah, Darah Tinggi, Kelelahan, Hipoglikemia. Manajemen obat pengelolaan obat belum berbasis elektronik, yang menimbulkan masalah seperti, sulit untuk mengetahui berapa jumlah pasti persediaan. Hal ini mengakibatkan stok obat habis tidak terakomodir, keterlambatan pemesanan obat untuk stok dan pendistribusian obat. Segingga diperlukan manajemen pengelolaan. Obat berbasis elektronik, untuk mengatasi masalah tersebut

    Pengaruh edukasi swamedikasi obat analgesik menggunakan metode video edukasi terhadap tingkat pengetahuan calon jemaah haji Kecamatan Batu, Kota Batu

    Get PDF
    Salah satu upaya dari peningkatan kesehatan dengan melakukan edukasi untuk meningkatkan pemahaman mengenai swamedikasi dalam menggunakan obat yang tepat dan benar. Menurut World Health Organization (WHO), self-medication atau swamedikasi merupakan tindakan seseorang dalam memilih dan menggunakan obat tanpa resep dokter untuk mengatasi gangguan atau gejala yang dideritanya. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012 melaporkan bahwa sebanyak 44,4% masyarakat Indonesia melakukan swamedikasi. Hasil Riskesdas (2013) mengungkapkan sebesar 35,2% keluarga di Indonesia menyimpan obat dirumah (Octavia, 2019). Penggunaan obat secara mandiri harus mematuhi prinsip penggunaan obat yang aman dan rasional, seperti pada umumnya. Dalam praktik swamedikasi, kriteria penggunaan obat yang rasional mencakup pemilihan obat yang tepat, dosis obat yang sesuai, serta menghindari polifarmasi (Khuluq, 2020)

    Integrasi nilai Islam dalam kurikulum pendidikan kedokteran

    Get PDF
    Latar belakang: Pendidikan kedokteran memliki pern yang sangat strategis dalam menghasilkan dokter profesional yang akan memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat. KUrikulum pendidikan kedokteran yang mengintegrasikan muatan keislaman diperlukan untuk memperkuat profesionalisme sebagai dokter muslim. Tujuan: penelitianini bertujuan untuk mengkaji implementasi integrasi Islam di beberapa Fakultas Kedokteran Islam di Indonesia. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif pendekatan fenomenologi. Subyek penelitian adalah Fakultas Kedokteran di bawah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN). Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumen dan wawancara. Hasil: Masing-masing Fakultas Kedokteran memiliki konsep penerapan integrasi islam dalam pendidikan kedokteran dengan pendekatan dan cara yang berbeda. Kesimpulan: Implementasi integrasi Islam dalam ilmu kedokteran tercermin dalam pengembangan kurikulum, kegiatan pembelajaran dan penilaian

    The influence of analgesic self-medication education on the knowledge of hajj pilgrims

    Get PDF
    The self-medication of analgesic drugs by elderly prospective hajj pilgrims in Indonesia requires better education to enhance understanding of safe and rational drug use, thus reducing the risk of side effects. Therefore, the research aimed at providing education to increase the knowledge of prospective Hajj pilgrims. The purpose of this study is to analyze the effects of providing video education on the knowledge level of self-medication with analgesic drugs among prospective Hajj pilgrims in the city of Batu. This study is an pre-experimental research using a one-group pretest-posttest design on 21 prospective hajj pilgrims in the Batu District, Batu City. The sampling was conducted using a purposive sampling method. Data were obtained through questionnaires administered to respondents both before and after the intervention. The analysis of the impact of video education on the knowledge of prospective hajj pilgrims about self-medication with analgetic drugs was performed using the Wilcoxon signed-rank statistical test. After being given education, there was a significant increase in the respondents knowledge about self-medication with analgetic drugs, rising from 19.04% having good knowledge previously to 90.47% after the video education session, with the Wilcoxon test results indicating a significant difference between the pretest and post-test scores; the relatively low z-score (-3.794) and very low p-value (0.00) indicate that the ranking for the group with post-test scores is higher, signifying a significant improvement, thus post-test scores are better than pretest scores

    The influence of analgesic self-medication education on the knowledge of hajj pilgrims

    Get PDF
    The self-medication of analgesic drugs by elderly prospective hajj pilgrims in Indonesia requires better education to enhance understanding of safe and rational drug use, thus reducing the risk of side effects. Therefore, the research aimed at providing education to increase the knowledge of prospective Hajj pilgrims. The purpose of this study is to analyze the effects of providing video education on the knowledge level of self-medication with analgesic drugs among prospective Hajj pilgrims in the city of Batu. This study is an pre-experimental research using a one-group pretest-posttest design on 21 prospective hajj pilgrims in the Batu District, Batu City. The sampling was conducted using a purposive sampling method. Data were obtained through questionnaires administered to respondents both before and after the intervention. The analysis of the impact of video education on the knowledge of prospective hajj pilgrims about self-medication with analgetic drugs was performed using the Wilcoxon signed-rank statistical test. After being given education, there was a significant increase in the respondents knowledge about self-medication with analgetic drugs, rising from 19.04% having good knowledge previously to 90.47% after the video education session, with the Wilcoxon test results indicating a significant difference between the pretest and post-test scores; the relatively low z-score (-3.794) and very low p-value (0.00) indicate that the ranking for the group with post-test scores is higher, signifying a significant improvement, thus post-test scores are better than pretest scores

    Modul Sistem Kesehatan Nasional

    Get PDF

    PENGUMUMAN KELULUSAN RDP 2018 HIBAH UNAND

    Get PDF
    corecore