216 research outputs found

    Diskursus Islamisasi Ilmu Perspektif Ismail Raji Al-Faruqi

    Get PDF
    This paper aims to understand and hope about the Islamization of science perspective al Faruqi that disciplines are not regulated and programmed from the sky. Discipline is born from the matrix of a special worldview and hierarchically always subordinated to the worldview. The disciplines of science have no autonomous  existence for themselves but evolve according to specific historical and cultural environments and have only a meaning in the world view which gives birth and evolves them. The division of knowledge into the present disciplines is a peculiar manifestation of Western civilization when formulating the problems at hand. For example, the discipline of orientalism was developed because the West regarded Islam as a problem to be studied, analyzed and dictated. Thus, accepting the division of disciplines according to Western epistemology as al Faruqi still does, is synonymous with subordinating the Islamic world-view to Western civilization

    KESATUAN ILMU DALAM BINGKAI PEMIKIRANPENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF ISMAIL RAJI AL-FARUQI

    Get PDF
    Merefleksikan nilai-nilai keilmuan para mujtahid dan ulama zaman dahulu adalah idealitas untuk mengantarkan ilmu pengetahuan pada pembudayaan ilmu keislaman yang integralistik. Idealitas itu adalah hal yang layak diimpikan, mengingat betapa umat Islam dahulu pernah mengalami zaman kemajuan intelektual. Islam kini dan masa lalu sungguhpun berbeda pengalaman dalam memberlakukan nilai-nilainya, tetapi kerangka teoretiknya memi-liki substansi keislaman yang holistik-integralistik, tidak parsial, tetapi padu. Kenyataannya setelah Islam melewati masa-masa kejayaan tersebut, Islam berada dalam dominasi frame keislaman megapuritanistik dan megasekuleristik. Entah ini konstruksi ala-miah atau west high conspiration (konspirasi besar barat), yang jelas kondisi yang berlaku saat ini adalah diskursus-diskursus ter-sebut. Oleh karena itu harus ada parameter terbarukan dalam per-spektif integralisasi ilmu, sebagaimana dikembangkan oleh Ismail Raji al-Faruqi, konsep kesatuan ilmu atau islamisasi ilmu penge-tahuan yang mampu membawa pengembangan ilmu pengetahuan pada kedudukan yang sebenarnya

    ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN : TIPOLOGI ISLAMISASI ILMU ISMA’ĪL RAJI AL-FĀRUQĪ

    Get PDF
    Islamisasi Ilmu merupakan langkah yang ditempuh oleh beberapa pakar dalam mengkritisi ilmu pengetahuan yang mengesampingkan aspek-aspek keagamaan. Seiring dengan hal ini, maka penelitian ini dalam rangka membahas tentang Islamisasi ilmu menurut Isma>'i>l Raji al-Fa>ruqi>, salah satu cendikiawan Muslim yang menguraikan aspek-aspek Islamisasi ilmu. al-Fa>ruqi> merumuskan aspek-aspek Islamisasi Ilmu berangkat dari dasar beberapa dalil agama, hingga kemudian mencetuskan metode serta cara kerja. Dalam tujuan yang ingin dicapai untuk membaca konsep tersebut, pada penelitian ini diuraikan secara analitis, dari sumber data primer dan sekunder. Tulisan ini menyimpulkan bahwa Islamisasi ilmu berfungsi sebagai filter,model dialog dan konfirmasi ilmu dan agama. Sehingga menciptakan sebuah gagasan bahwa aspek ilmu dan agama bukanlah hal yang terpisah, melainkan berada dalam ranah yang sama bersifat dialogis. Islamisasi ilmu berusaha menyaring ilmu-ilmu dengan nilai-nilai Islam. Ini juga merupakan bentuk tipologi dialog antara ilmu pengetahuan modern dan nilai-nilai religius. Selain itu, dilihat sebagai bentuk konfirmasi ilmiah Islam, al-Fa>ruqi> merumuskan Islamisasi Ilmu atas Asas Islam yaitu Tawh } id . Cara kerjanya mengacu pada lima prinsip tawh } idatau keesaan, yaitu: keesaan Tuhan, kesatuan alam semesta, kesatuan kebenaran dan kesatuan ilmu, kesatuan kehidupan dan kesatuan umat manusia, dengan keyakinan bahwa dari semua tujuan akhir, kehendak dan keinginan yang dibangun oleh manusia bermuara akhirnya adalah Tuhan

    ILMU PENDIDIKAN DALAM WACANA ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN

    Get PDF
    The idea of Islamization of science has become an interesting phenomenon lately which has always been a hot topic of discussion among Muslim academics. This is interesting because it responds to the development of modern epistemology which is dominated by non-Islamic Western civilization. By using a library research method with a content analysis approach, all information, whether written or printed in the form of a book, will be elaborated on and understood by the contents of the text in order to answer all the research questions. The results of the study indicate that the speed of dissemination of the development of knowledge institutionally is based on the epistemology of Islamic scholarship, which continues to be studied and critically studied. This shows that Islamic teachings are updated on developments and are able to design the future order of life. Even though at the beginning, the conceptual level was more at the epistemological level where science was described as explained by Al-Faruqi, also Kuntowijoyo and M. Amin Abdullah, but contributed greatly to the grand design of Islamic scholarship, especially in Islamic universities.

    UPAYA PENALARAN ISLAM : TELAAH GAGASAN ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN DAN ISLAM SEBAGAI ILMU

    Get PDF
    Efforts to secularize knowledge by the West aroused intellectual fervor among Muslims. Muslims feel aggrieved by the ideology promoted by the West. In their efforts to counteract the secularization of knowledge, Muslims try to make Islam a scientific paradigm. So the idea of Islamization of science and Islam as a science was raised by Muslim scholars. The two ideas have different concepts. The Islamization of science seeks to dig from context to text, while Islam as a science departs from text to context. Despite their different methods, the two of them are an attempt to Islamic reasoning

    Epistemologi Tauhid Al-faruqi

    Full text link
    : Al-Faruqi's Theological Epistemology. This writing discusses the concept of tauhid theological epistimology incorporated as part of al-Faruqi's construction of Islamic studies. As a contemporary Muslim thinker, al-Faruqi maintains that tauhid is a substantial point in human's character building in various dimensions. As such, this gives rise to producing the dynamics of tauhid meanings in all aspects of life. This kind of tauhid essence has to be persued at the ontological and epis- temological conceptions. In order to explore such subtance, historical descriptive analysis approach is used so that the formulation of tauhid epistemology of al Faruqi could be known in detail throw light into the tauhid meanings in this life. The writer found that al-Faruqi's scientific paradigm at the level of applying tauhid could be observed through epistemological perspective. This study tries to formulate such epistemological analysis, hoping that it will enlighten human life based on the principles of Islamic creed or tauhid

    ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN (Telaah Kritis Pemikiran Ismail Raji al-Faruqi)

    Get PDF
    Wacana Islamisasi Ilmu Pengetahuan memunculkan kembali terma lama tentang “sinergitas antara filsafat dan agama”. Terma agama yang dikehendaki ialah satuan-satuan teoritis dan praktis pada tataran ilmu pengetahuan yang berstandart “Islam”. Wacana Islamisasi muncul ke permukaan sebagai respons terhadap perkembangan filsafat ilmu produk Barat yang berwatak materialis-sekuleris. Menyadari keterlepasan ilmu Barat dengan nilai-nilai agama, ilmuan muslim terdorong untuk mengembangkan ilmu pengetahuan berbasis agama demi usaha pengembalian totalitas dan integralitas pemahaman dan pemaknaan Islam dan berusaha mencari solusi yang signifikan dan akurat dengan merekonstruksi paradigma pemikiran Islam,  yang populer disebut Islamisasi Ilmu Pengetahuan, yakni menerima secara positif sains modern sesuai vision islam. Salah  pencetus islamisasi ilmu pengetahuan adalah Isma’il Raji al-Faruqi

    DISKURSUS ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PEMIKIRAN ISMAIL RAJI AL-FARUQI DAN PARA PENGKAJINYA

    Get PDF
    Abstract: The idea of Islamization of Ismail Raji Al-Faruqi was triggered by the negative stigma of the emergence of western science and the beginning of the characterization of science. This dichotomy not only expands the realm of science, but also extends within the domain of religion. From the first dichotomy generates a stigma of religious and general knowledge, while from the second dichotomy, it causes a secular attitude. As a result of this dichotomy, most Muslims distance themselves from general science and government resulting in their backwardness in the development of science and technology. On the other hand, Islam itself has the concept of tawhid in its faith. This concept was used as a foundation by Ismail Raji al-Faruqi in carrying out and replacing the idea of Islamization of science to pursue the backwardness of Muslims for centuries. This article finds many arguments of the examiners of the concept of Islamization of Al-Faruqi Science, who pro-call this a sign of awakening Islam and the independence of science, whereas the contras feel this is a momentary euphoria that will not last long.Keyword: Islamization, Science, Ismail Raji Al-Faruqi, Secular, Dichotomy. Abstrak: Ide Islamisasi Ismail Raji Al-Faruqi dipicu oleh stigma negatif atas munculnya ilmu pengetahuan barat dan mulainya pendokotomian ilmu. Dikotomi ini tidak hanya memperluas ranah ilmu pengetahuan, tetapi juga meluas dalam domain agama. Dari dikotomi pertama menghasilkan stigma pengetahuan agama dan umum, sedangkan dari dikotomi kedua, itu menyebabkan sikap sekuler. Sebagai hasil dari dikotomi ini, sebagian besar umat Islam menjauhkan diri dari ilmu pengetahuan umum dan pemerintahan yang mengakibatkan keterbelakangan mereka dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sisi lain, Islam sendiri memiliki konsep tauhid dalam imannya. Konsep ini digunakan sebagai landasan oleh Ismail Raji al-Faruqi dalam menjalankan dan menggantikan gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan untuk mengejar keterbelakangan umat Islam selama berabad-abad. Artikel ini menemukan banyak argumentasi para pengkaji konsep Islamisasi Ilmu pengetahuan Al-Faruqi, yang pro menyebut ini adalah tanda kebangkitan revivalisme Islam dan kemandirian ilmu pengetahuan, sedangkan yang kontra merasa ini adalah euphoria sesaat yang tidak akan bertahan lama.Kata Kunci: Islamisasi, Ilmu, Ismail Raji Al-Faruqi, Sekuler, Dikotomi.Ă‚

    INTEGRASI NILAI-NILAI ISLAM PADA PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DALAM MEMBINA KARAKTER ISLAMI : Studi Kasus di Sekolah Menengah Atas Persatuan Guru Islam Indonesia 2 Bandung

    Get PDF
    Fenomena dikotomi ilmu umum dan ilmu agama dalam teori dan praktek pendidikan di Indonesia menyebabkan berbagai macam problematika, salah satunya pembelajaran pragmentaris yang mengakibatkan berbagai macam kenakalan peserta didik. Tujuan penelitian ini untuk menemukan model hipotetik integrasi nilai – nilai Islam pada pembelajaran sosiologi dalam membina karakter Islami berdasarkan penelitian lapangan di SMA PGII 2 Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif jenis studi kasus. Peneliti bertindak sebagai instrumen utama. Teknik pengambilan data dengan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data dengan reduksi data, display data, koding, interpretasi data, dan penarikan kesimpulan. Uji kredibilitas data dengan memperpanjang waktu penelitian, meningkatkan ketekunan, triangulasi, menggunakan bahan referensi, member check, dan focus group discussion. Berdasarkan hasil penelitian, tujuan integrasi nilai – nilai Islam pada pembelajaran sosiologi di SMA PGII 2 Bandung dalam membina akhlak al-Karimah merupakan salah satu upaya untuk mengintegrasikan ilmu dan karakter, sehingga akan menguatkan dalam membina generasi yang sholeh, cerdas, bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Ditinjau dari perencanaan, karakteristiknya baru integrasi justifikasi materi sosiologi dengan ayat-ayat Alquran. Ditinjau dari pelaksanaan, integrasi baru bersifat tataran kurikulum dan kultur pembelajaran secara parsial. Ditinjau dari evaluasi, pelaksanaan evaluasi pengetahuan masih mendominasi dan belum terintegrasi dengan nilai-nilai Islam. Ditinjau dari keberhasilan, integrasi berhasil dalam tataran justifikasi materi sosiologi dengan ayat-ayat Alquran. Adapun dalam tataran pengembangan karakter sikap, mesti ditingkatkan kembali tidak boleh netral dari nilai-nilai Islam. Implikasinya, mesti ada upaya melakukan integrasi mulai ranah epistemologi ilmu sosiologi, mengoreksi konsep-konsep sosiologi yang berasal dari barat jika bertentangan dengan konsep ajaran Islam, dan memahami relevansi Islam dengan sosiologi. Dalam tataran implementasi, perencanaan integrasi mesti dilakukan secara sistematik dalam ranah kurikulum, substansi materi, metode pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan kultur pembelajaran. Kata Kunci : Integrasi, Karakter Islami, Nilai-Nilai Islam, Pembelajaran Sosiologi, SMA PGII 2 Bandung. ------ The phenomenon of the dichotomy between general science and religious one in the realms of educational theories and practices in Indonesia in fact led to a series of various issues. In particular, one of these issues is the learning fragmentary which results in various kinds of student delinquency. The purpose of this study is to discover a hypothetical model of the integration of Islamic values in the study of sociology in order to foster Islamic characters based on the field study conducted at SMA PGII 2 Bandung. This study employed a qualitative approach with a descriptive method in the form of case study. In this study, the researcher acted as the main instrument. In addition, interviews, observation, and study documentation were employed as a means of data collection techniques. The data was also analyzed using data reduction, data display, coding, data interpretation, and drawing conclusions. Furthermore, the test data credibility was carried out by extending research time, increasing perseverance, using triangulation, using reference materials, member checks, and focus group discussions. Based on the results of the study, the primary objective of integrating Islamic values in sociology learning at SMA PGII 2 Bandung in order to foster Akhlak al-Karimah (excellent character and conduct) was regarded as an effort to integrate knowledge and characters. Therefore, it would be a means of strengthening the process of fostering a pious, intelligent, and beneficial generation for themselves and their environment. With respect to the planning, the characteristics were just integration of justification of sociological materials with the verses of the Quran. In regard to its implementation, the new integration was in fact in the form of partial curriculum and learning culture. Additionally, with respect to the evaluation, the implementation of knowledge evaluation was still dominant and was not yet integrated with the Islamic values. Then, in regard to the achievement, the integration was successfully implemented at the level of justification of sociological materials with Qur'anic verses. Particularly, in the level of attitude character development, this portion undeniably should be improved and it should not be neutral from the Islamic values. In regard to its implication, there had to be integration among the epistemological realms of sociology, correcting western sociological concepts which were contradictory with the concept of Islamic teachings, and understanding the relevance of Islam to the study of sociology. Then, at the level of integration planning implementation, it should be carried out systematically in the realms of curriculum, material substance, learning methods, learning evaluation, and learning cultures. Keywords : Integration, Islamic Character, Islamic Values, Learning Sociology, SMA PGII 2 Bandung
    • …
    corecore