20,547 research outputs found
DRAINASE UNTUK MENINGKATKAN KESUBURAN LAHAN RAWA
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki lahan rawa yang cukup luas, diperkirakan sekitar 39,4 juta hektar rawa potensial yang tersebar di beberapa pulau, seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Lahan rawa merupakan suatu ekosistem yang masih menyimpan banyak misteri yang belum terungkap, sehingga dalam berbagai tulisan mengenai rawa, dikatakan memiliki opsi masa depan. Di sisi lain lahan rawa merupakan pilihan akhir setelah yang lainnya tidak memungkinkan lagi untuk dieksploitasi. Belakangan, sumberdaya yang tersimpan di daerah rawa mulai terungkap dan opsi untuk berbagai kegiatan telah dijatuhkan ke daerah rawa. Sebagai contoh, reklamasi rawa dan pembukaan lahan dilakukan sebagai suatu upaya untuk meningkatkan fungsi dan untuk kepentingan masyarakat luas, terutama yang bermukim di daerah sekitar. Usaha ini dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan produksi pangan, meratakan penyebaran penduduk, mempercepat pembangunan di daerah dan ketahanan nasional. Produksi pangan akan meningkat, jika lahan rawa yang ada diberdayakan dengan usaha-usaha untuk meningkatkan kesuburan tanahnya. Keberhasilan program peningkatan produksi pangan melalui pemberdayaan lahan rawa sangat dipengaruhi oleh sistim drainase yang ada. Drainase secara umum dapat mempengaruhi kondisi tanah pertanian, yaitu terhadap aerasi tanah, kelembaban tanah, transportasi dan keefektifan nutrien dan pestisida, temperatur atau suhu tanah, bahan-bahan racun dan hama penyakit, erosi tanah dan banjir, kesuburan tanaman dan hasil tanaman. Kesemua pengaruh adalah positif dari perspektif pertanian dan menggambarkan nilai teknologi drainase untuk produksi pertanian. Agar pengaruh positif dari perspektif pertanian tersebut muncul, maka ada 2 konsep sistem drainase yang dilakukan yaitu dengan pencucian lahan (leaching) dan pembuatan saluran drainase dangkal. Pencucian lahan (leaching) dimaksudkan agar air di lahan tidak asam, yaitu dengan membuang bahan beracun (toxi) yang ada di lahan rawa dengan proses drainase, tanah yang dicuci adalah tanah pada zona perakaran. Sementara pembuatan saluran drainase dangkal dimaksudkan untuk membuang bahan beracun (toxi) dengan oksidasi dari drainase zona perakaran. Elevasi muka air tanah dijaga pada kedalaman 0.40 – 0.60 m dari muka tanah melalui pembuatan saluran parit dangkal
Analisis Resistansi Pentanahan Pada Menara Transmisi 150 kV Jalur Maros – Sungguminasa
Sistem pentanahan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha pengamanan dan perlindungan sistem tenaga listrik. Pada saat terjadi gangguan disistem tenaga listrik, sistem pentanahan dapat menyalurkan arus gangguan dengan cepat ke dalam tanah dan disebarkan ke segala arah. Saluran Udara Tagangan Tinggi (SUTT) pada jalur Maros - Sungguminasa merupakan jalur yang letak towernya berada pada jenis tanah yang berbeda – beda, sehingga membuat penulis mengambil jalur Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) Maros - Sungguminasa untuk menjadi tempat penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi literatur, observasi, wawancara, dan analisis data. Setelah memperoleh data hasil pengukuran nilai resistansi pentanahan tower transmisi 150 kV Maros - Sungguminasa, didapatkan nilai tahanan pentanahan pada tanah rawa sebesar 1, 33 Ω, dan pada tanah liat sebesar 1, 35 Ω. Selanjutnya menghitung persentase perbandingan antara data hasil pengukuran dengan standar yang telah ditentukan, didapatkan presentase perbandingan nilai rata - rata tahanan pentanahan di tanah liat dengan standar adalah 13,5% dan persentase perbandingan nilai rata - rata tahanan pentanahan di tanah rawa dengan standar adalah 13,3%. Maka dari kedua hasil tersebut, dapat diketahui bahwa nilai tahanan pentanahan di tanah rawa lebih baik dibandingkan nilai tahanan pentanahan di tanah liat dengan persentase perbandingan sebesar 13, 3% untuk tanah rawa
Dinamika Aliran Air Tanah pada Lahan Rawa Pasang Surut
Pada lahan rawa pasang surut, tinggi muka air tanah akan mengalami fluktuasi karena adanya pengaruh pasang surut air laut sehingga komoditas tanaman yang akan dikembangkan harus memperhatikan kemampuan adaptasi dari suatu tanaman terhadap kedalaman muka air tanah pada lahan tersebut. Dalam upaya untuk memaksimalkan fungsi lahan rawa pasang surut perlu dilakukan penelitian mengenai dinamika aliran air tanah pada lahan rawa pasang surut. Pengendalian muka air tanah pada kedalaman tertentu dapat meningkatkan suatu produksi tanaman. Penelitian ini menggunakan data primer berupa data muka air tanah, data muka air di saluran, data sifat fisik tanah, temperatur serta curah hujan. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa peta lokasi penelitian. Analisis yang dilakukan adalah analisis hubungan antara curah hujan,temperatur, sifat fisik tanah serta muka air di saluran terhadap fluktuasi muka air tanah. Selain itu juga dilakukan simulasi model fluktuasi muka air tanah yang berdasarkan pada hukum Darcy dan persamaan kontinuitas. Temperatur pada lokasi penelitian berkisar antara 210C – 340C, curah hujan maksimum yang terjadi sebesar 226 mm/hari serta elevasi rata-rata muka air tanah adalah +1,561 m untuk penampang melintang dan +1,590 m untuk penampang memanjang. Tanah pada lokasi penelitian dikategorikan pada jenis tanah lempung dengan nilai porositas berkisar antara 66,8 - 75,5 %. Hasil analisis menunjukkan bahwa curah hujan, temperatur, konduktivitas tanah, dan fluktuasi muka air di saluran mempunyai pengaruh pada fluktuasi muka air tanah. Hasil simulasi model menunjukkan bahwa model dapat menduga dengan baik kedalaman muka air tanah pada lahan rawa pasang surut tipe C yang berada di Desa Punggur Besar, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat dengan rata-rata nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 90,7%
KLASIFIKASI TANAH RAWA PEGUNUNGAN VOLKANIK DI KABUPATEN BENER MERIAH
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi tanah rawa pegunungan volkan berdasarkan Taksonomi Tanah di Kabupaten Bener Meriah. Penelitian ini dilakukan dengan metode survai deskriptif-kuantitaf. Terdapat tiga pedon yang diamati, yaitu rawa yang pernah ditanami padi, rawa yang ditanami cabai, dan rawa alami. Di lapangan diamati sifat-sifat morfologinya, kemudian diambil bahan tanahnya dari setiap horison dan dianalisis sifat fisika, kimia, dan mineralogi di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga pedon sama-sama memiliki sifat tanah andik. Epipedon masing-masing pedon adalah umbrik, molik dan okhrik. Semua pedon memiliki horison penciri bawah sombrik. Semua pedon tergolong ordo Andisol. Semua pedon tergolong subordo Aquand. Semua pedon tergolong great group Endoaquand. Subgrup masing- masing pedon adalah Lithic, Histic, dan Typic. Famili pedon P1 dan P3 adalah medial, campuran, isohipertermik; sedangkan pedon P2: medial, isohipertermik. Klasifikasi tanah setiap pedon: Lithic Endoaquand, medial, campuran, isohipertermik; Histic Endoaquand, medial, isohipertermik; dan Typic Endoaquand, medial, campuran, isohipertermik
KUALITAS TANAH PADA LAHAN SAWAH DENGAN IRIGASI AIR RAWA JOMBOR DI KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN
Sebagian besar air irigasi persawahan di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten disuplai oleh Rawa Jombor. Sampah organik di perairan Rawa Jombor menyebabkan pengayaan unsur hara pada air, meningkatkan unsur hara tanah melalui irigasi. Namun jika kadar unsur hara telah melebihi ambang batas air irigasi tentu berpengaruh terhadap kualitas tanah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas air irigasi Rawa Jombor dan mengetahui indeks kualitas tanah pada lahan sawah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Pengambilan sampel tanah ditentukan berdasarkan Peta Satuan yang dibuat dari overlay peta penggunaan lahan (sawah) dan jenis tanah dengan rincian SPL 1 (sawah irigasi teknis dengan jenis tanah Litosol), SPL 2 (sawah irigasi teknis dengan Aluvial jenis tanah), SPL 3 (sawah irigasi teknis dengan jenis tanah Regosol), dan SPL 0 (padi sawah dengan jenis tanah Regosol). Pengambilan sampel air dilakukan berdasarkan inlet air irigasi setiap SPL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air irigasi masih memenuhi kriteria kualitas air untuk irigasi. Kualitas tanah ditentukan dengan Indeks Kualitas Tanah yang dihitung berdasarkan kriteria Mausbach dan Seybold (1998). Hasil indeks kualitas tanah SPL 1 (0,55) dengan kriteria sedang, SPL 2 (0,48) dengan kriteria sedang, SPL 3 (0,59) dengan kriteria sedang, dan SPL 0 (0,71) dengan kriteria baik
Desain Dinding Penahan Tanah (Retaining Walls) Di Tanah Rawa Pada Proyek Jalan
Genangan Dinding penahan tanah dibuat untuk dapat menahangayatanah lateral dari tanah isian dibelakang dinding, hal yang harus diketahui adalah sifat-sifat tanah berupa berat satuan volume (gs), sudut geser dalam (f) dan kohesi (C).Adabeberapa type yang biasa dibangun yang disesuaikan dengan kebutuhan proyekAda 2 (dua) tahap dalam desain dinding penahan tanah, yaitu :Analisa perhitungan tekanan tanah lateral, selanjutnya periksa stabilitas terhadap guling (overturning stability), geser (sliding stability) dan keruntuhan daya dukung (bearing capasity failure).Periksa setiap komponen konstruksi untuk kekuatan struktur, periksa tegangan geser dan tegangan tekan yang diinginkan.Pada kondisi tanah rawa pada proyek jalan digunakan dinding penahan tanah tipe gravitasi. Desain dinding penahan tanah yang aman pada daerah rawa menggunakan desain dinding penahan yang ditambah dengan sepatu pada ujung tumitnya dan perkuatan daya dukung tanah menggunakan kayu galam
Analisis Pengaruh Endapan Litologi Aquifer Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Studi Kasus Pada Daerah Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir
Daerah Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir merupakan salah satu daerah yang memiliki Cekungan Air Tanah (CAT) yaitu Cekungan Air Tanah Palembang - Kayuagung. Pada daerah penelitian ini didominasi oleh rawa, dapat mempengaruhi kualitas air tanah. Daerah penelitian memiliki jumlah penduduk 42.402 jiwa dengan kebutuhan air bersih 243.546.250L/Tahun. Lokasi penelitian terdapat 2 macam formasi geologi yaitu Alluvium (Qa) dan endapan rawa (Qs). Tujuan dari penelitian untuk mendapatkan kualitas air tanah dangkal pada wilayah telitian, dapat diidentifikasikan sebagai air bersih untuk kebutuhan masyarakat. Metode penelitian dilakukan dengan analisis lapangan dengan menggunakan uji lab fisik dan kimia air. Penelitian ini terdapat 15 titik pengamatan air tanah dangkal, dengan pengambilan sampel setiap endapan litologi aquifer
ANALISA PERBANDINGAN NILAI TAHANAN PENTANAHAN BERDASARKAN JENIS TANAH PADA PERUMAHAN SURYAKBAR TANJUNG BARANGAN PALEMBANG
Pentanahan atau grounding adalah sistem proteksi yang sangat penting dalam instalasi listrik pada rumah, karena berfungsi membuang arus berlebih kedalam tanah sehingga dapat mengamankan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan nilai tahanan pentanahan berdasarkan jenis tanah, untuk mengetahui faktor pengaruh tahanan pentanahan seperti kelembaban tanah dan potensial hidrogen (pH) tanah dan untuk mengetahui perbandingan pengukuran dan perhitungan nilai tahanan pentanahan pada perumahan Suryakabar Tanjung Barangan Palembang. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata tahanan pentanahan pada metode elektroda tunggal di kondisi tanah rawa lumpur sebesar 6,696 Ω dan tanah liat sebesar 90,772 Ω. Pada metode elektroda ganda S>L di kondisi tanah rawa lumpur sebesar 3,622 Ω dan tanah liat sebesar 41,646 Ω. Pada metode elektroda ganda S<L di kondisi tanah rawa lumpur sebesar 5,010 Ω dan tanah liat sebesar 58,964 Ω. Pada kondisi tanah rawa lumpur didapatkan nilai kelembaban tanah sebesar 10 dan pH tanah sebesar 5,5. Pada kondisi tanah liat didapatkan nilai kelembaban tanah sebesar 8 dan pH tanah sebesar 7
- …