34,553 research outputs found

    Performa Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii dari Maumere dan Tembalang pada Budidaya Sistem Longline

    Full text link
    Rumput laut Kappaphycus alvarezii yang banyak dibudidayakan berasal dari Maumere dan Tembalang. Kappaphycus alvarezii memiliki nilai ekonomis tinggi karena kandungan karaginannya yang banyak digunakan untuk produk makanan, produk kosmetik, dan obat-obatan ini bertujuan untuk mengevaluasi perbedaan performa rumput laut tembalang dan maumere yang dipelihara dengan metode longline di laut. Penelitan dilakukan dengan membudidayakan rumput laut metode longline yaitu menggunakan tali ris sepanjang 50 m, masing-masing 2 tali untuk rumput laut maumere dan 2 tali untuk rumput laut tembalang kemudian dipelihara selama 45 hari. Selama pemeliharaan dilakukan pengontrolan setiap hari dan pengambil sampel untuk mengetahui performa rumput laut dilakukan setiap 15 hari sekaligus pengambilan sampel air untuk mengetahui kualitas air lokasi budidaya. Hasil evaluasi yang didapatkan menunjukkan bahwa performa rumput laut Maumere lebih tinggi dibandingkan dengan rumput laut dan Kualitas air tempat pemeliharaan rumput laut sesuai untuk kelangsungan hidup rumput laut

    Pengaruh Suhu dan Waktu Pengeringan terhadap Mutu Rumput Laut Kering

    Full text link
    Indonesia sebagai salah satu penghasil rumput laut Eucheuma cottoni terbesar di Dunia maka di perlukan pengembanagn dalam penaganan hasil dari rumput laut yang dihasilkansalah satunya adalah tahap pengeringan rumput laut. Kandungan rumput laut merupakan salah satu bagian yang harus diperhatikan dalam pemrosesesan rumput laut. Mengingat manfaat rumput laut yang luas dalam industri kosmetik, pangan dan obat-obatan. Hasil penelitian ini bertujuan untuk menngetahui waktu dan suhu operasi dalam proses pengeringan serta memahami proses pengeringan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan massa kering rumput laut dalam 150 gram sebesar 12,75 gram serta kondisi optimum dalam proses pengeringan rumput laut, yaitu lama waktu pengeringan 4 jam dengan suhu 65oC yang dinyatakan dengan nilai moisture content sebesar 0,16 kg H2O/kg RL dengan laju pengeringan sebesar 3,63 kg H2O/m.jam dan sisa kadar air dalam rumput laut sebesar 1,36

    Strategi Riset Rumput Laut Untuk Produksi Produk Spesifik Daerah Sulawesi Tengah

    Full text link
    Masyarakat Sulawesi Tengah pada dasarnya telah mengenal rumput laut sejak dulu, namun baru dilakukan kegiatan budidaya dalam skala kecil pada tahun 1990. Perkembangan budidaya rumput laut kearah yang lebih maju, setelah tim peneliti dari Lembaga Penelitian Perikanan Laut (LPPL) berhasil membudidayakan rumput laut jenis Eucheuma cottonii di Kepulauan Samaringga pada tahun 1997 (Fauziah, 2009; Hamja, 2009). Sejak itu, kegiatan budidaya rumput laut oleh masyarakat pesisir Sulawesi Tengah berkembang dari tahun ke tahun sejalan dengan meningkatnya kebutuhan dan nilai ekonomi rumput laut itu sendiri, yang saat ini sebagian besar masyarakat Sulawesi Tengah telah mengenal rumput laut dan telah menjadikan sebagai sumber pendapatan utama. Selain Eucheuma cottonii , berkembang pula budidaya rumput laut jenis Gracilaria sp, terutama di daerah Kabupaten Morowali. Rumput laut Eucheuma cottonii di budidayakan di laut dan merupakan penghasil karaginan, sedangkan Gracilaria sp di budidayakan di Tambak dan merupakan penghasil agar-agar. Pada tahun 2005, produksi rumput laut Eucheuma cottonii dan Gracilaria sp di Sulawesi Tengah mencapai 244.133 ton basah. Dengan produksi tersebut, Sulawesi Tengah menempati urutan ketiga penghasil rumput laut terbesar di Indonesia, setelah Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur. Produksi tersebut sesungguhnya masih sangat rendah, jika dibandingkan dengan luas areal tersedia sebesar 106.00

    Analisis Rendahnya Pendapatanpetani Rumput Laut di Desa Batununggul (sebuah Kajian Persepektif dari Sosial Ekonomi)

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, (1) penyebab rendahnya pendapatan petani rumput laut di Desa Batununggul, (2) dampak dari rendahnya pendapatan terhadap kehidupan sosial ekonomi petani rumput laut di Desa Batununggul, dan (3) upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani rumput laut di Desa Batununggul. Data dikumpul dengan menggunakan (1) wawancara (2) dokumantasi, (3) observasi, serta data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab rendahnya pendapatan petani rumput laut di Desa Batununggul adalah (1) hasil produksi yang sedikit, (2) rendahnya harga rumput laut. Dampak dari rendahnya pendapatan petani rumput laut di Desa Batununggul adalah, (1) sulit memenuhi biaya pendidikan anak, (2) sulitnya memenuhi kebutuhan hidup keluarga, dan (3) keadaan rumah tempat tinggal yang kurang layak huni. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani rumput laut di Desa Batununggul adalah dengan meningkatkan produktivitas secara kualitas dan kuantitas, serta menciptakan kestabilan harga, dengan cara (1) pemilihan bibit unggul, (2) perawatan rumput laut secara intensif, (3) inovasi untuk menambah nilai ekonomi rumput laut, dan (5) peranserta pemerintah untuk menetukan harga yang ideal. Kata Kunci: Pendapatan Petani Rumput Lau

    Analisis Kesesuaian Perairan Ketapang, Lampung Selatan Sebagai Lahan Budidaya Rumput Laut Kappapycus Alvarezii

    Get PDF
    Lampung menjadi salah satu penghasil rumput laut jenis Kappaphycus alvareziikarena memiliki perairan yang relatif tenang dan banyak dilindungi pulau kecil. Daerah yang menjadi pusat budidaya rumput laut adalah Pesawaran, Pulau Pahawang, Perairan Pulau Legondi dan Lampung Selatan. Salah satu daerah di Kabupaten Lampung Selatan yang menjadi areal budidaya rumput laut adalah perairan Ketapang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk USAha budidaya rumput laut dari parameter kualitas perairan, lokasi dan pertumbuhan rumput laut. Pengambilan data dilakukan selama bulan Oktober-Desember 2014 di tiga lokasi (stasiun) budidaya rumput laut di Kecamatan Ketapang. Analisis kesesuaian lahan menggunakan metode pembobotan (skoring) yang dilanjutkan dengan pengamatan pertumbuhan rumput laut pada masing-masing stasiun. Hasil pengamatan dan skoring penilaiankesesuaian lahan di Ketapang menunjukkan bahwa perairan tersebut sangat sesuai untuk budidaya rumput laut kecuali pada stasiun I yang kurang sesuai karena tingkat kedalaman yang rendah serta substrat yang berupa lumpur

    PENGARUH PENAMBAHAN RUMPUT LAUT (Euchema cottonii) TERHADAP KUALITAS KIMIA DAN HEDONIK BAKSO KELINCI

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan rumput laut (Euchema cottonii) terhadap kualitas kimia dan hedonik bakso kelinci serta mengetahui aras penambahan rumput laut yang terbaik. Materi yang digunakan daging kelinci New Zealand jantan dan rumput laut (Euchema cottonii). Kualitas kimia terdiri dari kadar serat kasar dengan metode Gravimetri dan kadar protein dengan metode Kjeldahl. Kualitas hedonik terdiri dari kesukaan terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola searah, dengan aras penambahan rumput laut 0, 10, 20, 30% dari berat tepung tapioka. Data sifat kimia dan hedonik dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam. Jika analisis sidik ragam menunjukkan perbedaan yang nyata pada perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan Multiple Range Test. Uji kimia menggunakan 5 ulangan dan uji hedonik menggunakan 25 ulangan. Penambahan rumput laut memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P0,05) terhadap warna dan aroma bakso kelinci. Penambahan rumput laut (Euchema cottonii) pada adonan bakso meningkatkan kualitas kimia dan hedonik bakso kelinci serta memiliki aras penambahan rumput laut terbaik 20%. Kata kunci : rumput laut, bakso kelinci, kualitas kimia dan hedoni
    corecore