10,333 research outputs found
Preparasi Film Elektrolit Gel Kitosan-Ki/I2sebagai Elektrolit Redoks pada Dye-Sensitized Solar Cells(DSSC)
Telah dilakukan preparasi film elektrolit gel polimer kitosan-KI/I2 dengan metode solvent casting. Pada tahap awal, dilakukan kajian waktu pembentukan gel dan pengaruh jumlah KI terhadap sifat redoks dan konduktivitas ionik elektrolit gel kitosan. Elektrolit gel kitosan selanjutnya dibuat film disertai penambahan EG dan gliserol sebagai plasticizer. Waktu pembentukan elektrolit gel optimum adalah 6 jam dengan konduktivitas sebesar 1,73 x 10-4 S. Konduktivitas ionik dan puncak arus oksidasi-reduksi meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah garam KI.Kristalinitas kitosan menurun dengan bertambahnya garam KI. Konduktivitas ionik tertinggi diperoleh dari film elektrolit gel kitosan/EG-KI/I2 yaitu sebesar 1,84 x 10-6 S cm-1
Pengaruh Suhu dan Tekanan Proses Pembuatan terhadap Konduktivitas Ionik Membran Pemfc Berbasis Polistiren Tersulfonasi.
PENGARUH SUHU DAN TEKANAN PROSES PEMBUATAN TERHADAP KONDUKTIVITAS IONIK MEMBRAN PEMFC BERBASIS POLISTIREN TERSULFONASI. Telah dilakukan pembuatan membran PEMFC berbasis polistiren tersulfonasi (sPS) dengan metode hotpres. Parameter yang divariasikan adalah suhu dan tekanan pada saat pengepresan. Membran yang dihasilkan memberikan hasil yang menunjukkan Perubahan karakter membran yang berpengaruh pada sifat konduktivitas ioniknya. Analisis yang digunakan dalam pengkajian kali ini adalah Fourier Transform Infrared (FTIR), analisis kandungan gugus -SO3H, pengukuran konduktivitas ionik, dan Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil analisis dari berbagai metode tersebut adalah suhu dan tekanan memberikan efek yang cukup berarti pada kandungan gugus -SO3H akhir dari membran yang dibuat. Analisis data menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara rigiditas membran terhadap sifat konduktivitas ioniknya
Sintesis dan Pengukuran Konduktivitas Listrik Konduktor Superionik Gelas (Agi)x(ag2o-b2o3)1-x
SINTESIS DAN PENGUKURAN KONDUKTIVITAS LISTRIK KONDUKTOR SUPERIONIK GELAS (AgI)x(Ag2O-B2O3)1-x. Telah disintesis konduktor superionik berbasis gelas (AgI)x(Ag2O-B2O3)1-x dengan x bervariasi yaitu 0,3, 0,4, 0,5, 0,6, 0,7 dan 0,8 menggunakan teknik quenching dengan pendingin nitrogen cair. Sifat termal (AgI)x(Ag2O-B2O3)1-x yang terbentuk diamati dengan menggunakan Differential Thermal Analysis (DTA), sedangkan fasa kristal dan amorf diamati dengan teknik difraksi sinar-x (XRD). Konduktivitas ionik dari (AgI)x(Ag2O-B2O3)1-x diamati dengan cara mengukur hambatan listrik menggunakan metode-ac yang menerapkan prinsip jembatan wheatstone pada suhu yang bervariasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa suhu transisi gelas, suhu kristalisasi dan suhu lebur (AgI)x(Ag2O-B2O3)1-x menurun dengan bertambahnya kandungan AgI. Hasil pengukuran sifat termal dan XRD tidak menunjukkan adanya transisi fasa β AgI menjadi fasa α AgI pada bahan (AgI)x(Ag2O-B2O3)1-x. Konduktivitas ioniknya ≈ 10-4 S/cm pada suhu kamar atau sekitar seribu kali lebih tinggi dibandingkan AgI murni. Konduktivitas juga bertambah dengan naiknya suhu. Bahan (AgI)0,5Ag2O-B2O3)0,5 memiliki konduktivitas paling tinggi dibandingkan konduktivitas (AgI)x(Ag2O-B2O3)1-x pada komposisi lain
Pengaruh Variasi Jarak Anyaman Serat Cantula terhadap Kekuatan Tekan dan Konduktivitas Panas Komposit Semen Serbuk Aren–cantula
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi jarak anyaman terhadap kekuatan tekan dan konduktivitas panas dari komposit semen serbuk aren-cantula. Komposit terdiri dari semen dan serbuk aren sebagai matrik, serat cantula sebagai penguat dan CaCl2 sebagai additive. Proses pembuatan komposit menggunakan metode penekanan, dengan variasi jarak anyaman seratcantula yaitu 1 cm, 1,5 cm, 2 cm, 2,5 cm. Pengujian tekan berdasarkan ASTM D 1037, konduktivitas panas mengacu pada ASTM E 1225. Dalam penelitian terjadi peningkatan kekuatan tekan dan konduktivitas panas seiring dengan penambahan jarak anyaman. Kekuatan tekan tertinggi 69,03 MPa pada jarak anyaman 2,5 cm, dan konduktivitas panas tertinggi 0,253 W/m0Kpada jarak anyaman 2,5 cm
Pengembangan instrumen berbasis konduktivitas untuk mendeteksi cemaran pangan dalam produk pertanian
Salah satu cemaran pangan dalam produk pertanian adalah residu pestisida. Instrumen untuk mendeteksi kadar residu pestisida dapat dikembangkan dengan mengukur konduktivitas pestisida yang dihidrolisis secara enzimatis. Enzim diamobilkan pada suatu elektroda dalam sel konduktivitas, sehingga dapat dihasilkan konduktivitas larutan secara langsung. Berdasarkan hubungan linier antara konsentrasi pestisida dengan konduktivitas dapat dibuat instrumen yang menghasilkan data dalam satuan konsentrasi. Pestisida yang diuji adalah diazinon, malathion, profenofos dan klorpirifos. Variabel kinerja instrumen adalah ukuran elektroda, pH larutan uji, dan voltase. Kepekaan maksimum dihasilkan pada elektroda ukuran 1x5 mm2, pH larutan 8,5 dan voltase 100 mV. Instrumen ini dapat mengukur kadar pestisida pada kisaran 0 "“ 1000 ppb, dengan akurasi 86-100 %.
Pengembangan Adsorbent Bed Untuk Peningkatan Konduktivitas Termal Melalui Penambahan Partikel Metal Aluminium
Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan konduktivitas termal adsorbent dengan cara memberikan penambahan butiran metal ke dalam adsorbent bed sehingga menjadi suatu campuran butiran dalam suatu bed. Adsorbent bed berisi butiran karbon aktif dan partikel metal aluminium. Kegiatan yang dilakukan meliputi: desain dan pabrikasi prototipe adsorbent bed, dilanjutkan studi perfroma termal dari adsorbent bed. Studi perfroma termal dari adsorbent bed meliputi: studi pengaruh rasio metal/adsorben pada konduktivitas termal dari adsorbent bed. Parameter yang diteliti adalah rasio metal/adsorben (5, 10, 15% berat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan partikel aluminium meningkatan nilai konduktivitas termal adsorbent bed sebesar 10,9 Wm-1K-1; 21,9 Wm-1K-1; dan 30,9 Wm-1K-1 pada penambahan volume partikel aluminium 5%, 10%, dan 15% yang dibandingkan dengan adsorbent bed karbon aktif yang memiliki nilai konduktivitas termal 1,6 Wm-1K-1. Nilai konduktivitas termal hasil eksperimen lebih tinggi daripada nilai konduktivitas termal kalkulasi. Persentase perbedaan tersebut menurun seiring dengan meningkatnya temperatur permukaan bed. Persentase perbedaan yang relatif tinggi berkisar pada nilai 45%, sedangkan perbedaan yang relatif rendah berkisar pada 10%. Rentang perbedaan yang rendah yaitu 10-20% terjadi pada rentang temperatur 55-65 oC
Pembuatan Elektroda Fuel Cell dengan Metode Elektrodeposisi Menggunakan Katalis Pt-Cr/C dan Pt/C dan Karakterisasinya
Telah dilakukan penelitian Pembuatan Elektroda Fuel Cell dengan Metode Elektrodeposisi Menggunakan Katalis Pt-Cr/C dan Pt/C yang dilanjutkan dengan karakterisasi konduktivitas dan massa terdeposisi. Penelitian diawali dengan membuat backing layer dari substrat karbon dengan pengikat teflon emulsion dengan perbandingan karbon dan teflon emulsion 1 : 1, kemudian dikarakterisasi konduktivitasnya. Elektroda Fuel Cell dibuat dengan melakukan elektrodeposisi larutan platina (H2PtCl6.6H2O) dan larutan krom (CrCl6.6H2O) pada backing layer dengan konsentrasi bervariasi pada beda potensial 7,5 Volt dan waktu 10 menit. Hasil pengamatan konduktivitas backing layer menunjukkan bahwa backing layer yang dibuat sudah memenuhi syarat sebagai backing layer fuel cell dengan konduktivitas rata-rata sebesar 1,8133.10−1 mhos untuk permukaan dan 2,397.10−2 mhos untuk konduktivitas penampangnya. Hasil elektrodeposisi Pt dan Cr pada backing layer untuk membuat elektroda Pt-Cr/C dan Pt pada backing layer untuk membuat elektroda Pt/C menunjukkan konduktivitas elektrik permukaan mengalami kenaikan, sementara konduktivitas penampangnya tidak mengalami kenaikan secara signifikan. Hasil elektrodeposisi juga menunjukkan bahwa massa katalis Pt dan Cr terdeposisi paling banyak dalam elektroda Pt-Cr/C diperoleh pada komposisi massa Pt : Cr = 40 : 60 dan massa katalis Pt terdeposisi paling banyak dalam elektroda Pt/C diperoleh pada massa Pt = 0,6 mg/cm2
- …